chapter 27

4.4K 394 251
                                    

 "Gue curiga, Kak Indira ngerencanain sesuatu. Seharusnya dia tetep di sini nemenin dan jagain Kak Gre, tapi udah main ngilang gitu aja. Gak ngasih kabar lagi," ujar Jinan, merasa kesal dengan tingkah kakaknya satu itu.

 Jinan dan Christo baru saja balik ke rumah sakit dan kini berjalan di lorong lantai dasar menuju lift. Dua cowok kece ini terjaga pukul enam pagi dan langsung kelaparan. Namun sayangnya makanan di kantin rumah sakit belum ada. Jadilah mereka pamit ke Desy cari makan di luar. Sekalian juga membeli makanan untuk Stefi, Okta, Nat, dan Elaine.

 "Iye juga yak. Duh, gak ngerti lagi gue ama jalan pikirannya Kak Indira. Selalu gak ketebak. Etapi, Ci Desy kayaknya tau sesuatu gitu deh. Gue peratiin dia pas ditanya sama Kak Nat, matanya kayak coba ngeles gitu. Kak Anin juga sama. Tiba-tiba aja gak bisa dihubungin. Aneh gak tuh!" Christo menimpali. Menaruh curiga pada Desy dan Anin.

 "Entah apa yang mereka bertiga rencanakan. Semoga aja itu buat kebaikan Kak Gre," Jinan menghela napas panjangnya. "Jujur, gue sedih banget liat Kak Gre dengan kondisinya sekarang. Lo harus tau dan ngerasain gimana baik sama perhatiannya Kak Gre ke Kak Indira. Dia bisa ngerubah sifat dingin Kak Indira jadi sehangat mentari pagi."

 "Pujian seorang Jinan, terdengar berlebihan heh, tapi gue percaya kok. Yah, walaupun baru kali ini gue tatap langsung sama Kak Gracia, gue udah bisa ngerasain kalau dia tu orang yang baik dan pastinya kuat juga."

 "Yeah, dia tu-"

Bruk!

 "Eh, maaf mas, maaf. Gak sengaja-" ucapan Jinan terpotong ketika ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki.

 "Ah ya, gak papa kok," laki-laki itu balas tersenyum, lalu segera berbalik menuju pintu keluar rumah sakit. Jinan sempat menangkap laki-laki itu tengah membawa sebuah amplop besar.

 "Chris, oy! Ngelamun lo?" tegur Jinan melihat Christo tampak memperhatikan laki-laki tadi hingga ia hilang dari pandangan. "Ngapain liatin dia?"

 "Ha? Enggak-eh, duh, gue ngerasa gak asing sama tu cowok, Ji. Hmmm oh ya! Dia! Dia yang gue certain ke lo. Cowok yang ngeberantakin barang-barang pas gue nyamar kerja di minimarket buat pantauin gebetan lo."

 Jinan mengangkat sebelah alisnya penasaran, kemudian terlihat berpikir sebentar, "Jangan-jangan!"

-------

 Kini Shani tengah duduk di ruang tengah nan luas milik keluarga Alexander. Di depannya duduk saling melingkar si pemilik rumah, Deva Kinal Alexander, Jessica Veranda Tanumihardja, serta Shania Junianatha. Tambahan dua orang lagi yang tak terpikirkan olehnya akan bertemu dengan mereka di sini. Saat ini juga.

 Waktu yang tak tepat sekali.

 Ghaid Alfarish dan Boby Chaesar, salah satu rekan bisnisnya sekarang. Entah ada hubungan apa mereka dengan keluarga Alexander. Kalau soal kerjaan, gak mungkin juga berkunjung pagi-pagi sekali seperti ini.

 Tapi, kalau bukan itu-ah, terserahlah. Tujuan Shani ke sini Cuma satu. Tak ia pedulikan hal-hal lain mengusik tujuannya itu.

 "Maaf sebelumnya menganggu kalian pagi-pagi begini. Uhm, sepertinya kami harus mengenalkan diri dulu. Saya Anindhita dan dia Sha-"

 "Nama saya Shani Indira Natio. Silahkan panggil saja Indira. Saya istri dari putri bungsu Anda, Pak Deva. Shania Gracia Natio," Shani seketika memotong ucapan Anin yang akan memperkenalkan dirinya.

 Ucapan Shani pastinya mengundang raut tak percaya dan kekagetan semua yang ada di ruangan itu, kecuali Anin dan Hamids tentu saja. Tapi, keduanya seketika menahan napas dan mendengus kesal dengan cara perempuan berparas ayu itu berbicara. Dengan ekspresinya yang datar, dingin, serta nada tenang, malah terdengar arogan.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang