chapter 22

4.2K 367 77
                                    

Di ruang tamu sebuah rumah yang mewah, tampak beberapa orang tengah berbincang. Tertawa dan bersenda gurau merayakan kesuksesan mereka.

"Hahaha gue gak percaya. Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa juga ngancurin si Indira!" salah satu dari mereka, seorang laki-laki berjas, terlihat begitu puas sambil meminum beer-nya dalam sekali teguk.

"Aku sangat menikmati wajah gelisahnya. Meski selalu sembunyi dibalik topeng datarnya itu. Heh, dia pikir, dia siapa bisa dengan seenaknya menolak rencanaku, hahaha.." seorang laki-laki lainnya dengan hanya memakai rompi, menimpali perkataan rekannya.

"Kau sangat cerdik, Gun. Saya bangga sama kemampuan kamu. Perempuan sombong itu, memang sekali-kali harus dikasih pelajaran," satu-satu pria paruh baya di sana, menepuk-nepuk pundak pemuda yang duduk di sampingnya.

"Hehehe dia saja yang terlalu bodoh dan ceroboh. Gak sulit ternyata mengacaukan sistem yang dia punya. Meski harus saya akui, beberapa karyawan kepercayaannya itu sedikit menyusahkan. Tapi, otakku lebih encer dari mereka ternyata hahaha," pemuda yang dipanggil Gun itu ikut tertawa bersama ketiga laki-laki yang lebih tua darinya.

Beberapa orang wanita di sana, tampak hanya tersenyum melayani celotehan keempat laki-laki yang menyewa mereka. Ketika terdengar bunyi lonceng dari jam tua menunjukkan pukul sepuluh malam, ketiga wanita itu serempak melirik satu wanita lain yang duduk dengan nyamannya di sebelah laki-laki berjas.

Wanita itu hanya membalas dengan senyuman kecil pada mereka. Dengan anggunnya dia menyesap wine dalam gelas, hingga tetesan terkahir itu habis, saat itu juga seseorang datang dan mengacaukan pesta kecil itu.

PRANG!!!

"Waaa!!"

"Apa!?"

"Kyaaa!!"

Suara teriakan saling bersahutan, ketika layangan keras tongkat baseball menghancurkan meja kaca yang mereka kelilingi.

"Hei! Siapa kau!? Kurang ajar. Berani sekali kau masuk dan berbuat onar di sini, hah!" si Pria paruh baya berteriak marah pada seseorang yang dengan tiba-tiba datang dan membuat kekacauan.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan!?" laki-laki berompi memandang tajam pada si pengacau.

Tak ada balasan pada sosok yang memakai jaket hoodie hitam, celana hitam serta sepatu sneaker. Kedua tangannya yang memakai sarung tangan hitam, memegang erat tongkat baseball berwarna silver. Tongkat yang baru saja ia gunakan untuk menghancurkan meja.

Sosok yang memakai helm full face itu hanya diam berdiri di hadapan mereka.

"Hei! Siapa kau ini, hah!" si laki-laki berjas bangkit berdiri, hendak menghampiri sosok itu. Tangannya mengepal kuat dan siap melayang ke arah sosok serba hitam itu.

Buk!

"Arrrghh!!"

Tangannya yang melayangkan pukulan taklah sampai ke tujuannya, kala tongkat besi itu memukul kuat lengannya. Laki-laki itu seketika jatuh terjungkal ke belakang. Tubuhnya menghempas pada pecahan kaca di bawahnya. Mengerang kesakitan, bukan hanya di lengannya saja, tapi juga punggungnya.

Melihat apa yang dilakukan sosok serba hitam itu pada rekan mereka, membuat ketiga laki-laki lainnya terdiam di tempat. Si pria paruh baya dan laki-laki berompi menatap ketakutan pada sosok yang tiba-tiba muncul itu. Sementara Gun menatap tajam sosok di depannya itu.

Suasana yang tiba-tiba berubah mencekam itu berlangsung beberapa saat. Tak ada yang berani bersuara selain laki-laki berjas yang masih mengerang kesakitan di bawah sana.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang