chapter 49

3.5K 277 46
                                    

Warning warning warning🎶
#justfiction

Sekitar sepuluh menit berlalu sejak Yona dan Orn membawa pergi Gracia dari ruang operasi. Keadaan ruangan itu pun masih sunyi, dengan tubuh-tubuh yang tergeletak tak bergerak, pun tak ada seorang yang masuk ke sana. Entah mungkin saja Orn sudah membereskan mereka yang bertugas di sekitar ruangan itu.

Drrtt.drrrtt..

Getaran sebuah benda dalam kantong jaket Igor tak disangka mampu memancing kesadaran pemiliknya. Gerakan tangannya lemah, namun perlahan mulai bertenaga bergerak merogoh kantong dan menarik keluar benda yang terus bergetar itu. Mata tajamnya terbuka memicing pada layar yang memperlihatkan satu ruangan tempat ia menyimpan 'prajurit'nya, ada yang mencoba untuk memasukinya.

Menyimpan kembali benda itu, tangannya berpindah pada bagian dadanya yang ditembak oleh Yona tadi. Nyaris. Instingnya untuk mengenakan rompi anti peluru dibalik jaket, memang tidak salah. 

Well, dia sudah bisa memperkirakannya, walau harap pada perempuan itu juga tak kalah besarnya. Igor benar-benar membutuhkan kejeniusan Yona. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Pria itu bangkit berdiri, meregangkan sedikit tubuh yang kaku akibat tembakan meleset tadi. Dia bukan tipe seorang pertarung, karenanya dia butuh prajurit tangguh untuk melindunginya. Berjalan mendekati Pie, menendang-nendang pinggir tubuh laki-laki itu.

Get up! I know you aren't died yet. Get up, Pie!”

Senyum mengerikan muncul di wajah pria itu, saat melihat respon yang diinginkan.

I will not let you win this game again, Shani.”

----

Adam menyetel satu bom kecil di depan sebuah pintu. Terlalu malas mengotak-atik kode pintu. Tak susah jika memakai bom. Pintu besi itu pun koyak dan Petra masuk lebih dulu dengan dia menjadi back upnya. Suara tembakan langsung bergema di ruangan itu. Tanpa banyak kata dan jeda, Adam dan Petra menembaki semua orang yang mereka temui.

Termasuk mesin-mesin, komputer, dan alat-alat lainnya. Tanpa ampun menghancurkan semuanya, hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang menyimpan tabung-tabung besar berisi manusia di dalamnya. Bagi Adam, ia tak terlalu kaget menemukan hal seperti ini, tapi bagi Petra, dia sempat terdiam memandangi manusia-manusia yang dimasukkan dalam tabung-tabung itu. Seketika mengirim sinyal bahaya dan ketakutan apa yang sebenarnya terjadi di fasilitas ini.

Sebuah ledakan menyadarkan Petra dari lamun singkatnya, melihat pada Adam yang entah sejak kapan sudah meledakkan satu tabung dan melenyapkan satu manusia eksperimen itu. Membuat perdebatan singkat mengacaukan pikirannya. Menatap horor pada laki-laki yang dipartnerkan dengannya ini.

I don't know.”

Adam menghentikan kegiatannya memasang bom. Mendongak pada Petra yang masih terdiam di tempatnya. “What?”

“Sejak kita masuk ke gedung ini, tanpa ampun menembaki semua yang kita temui. Entah itu petugas, pekerja, penjaga, pria-wanita, heh untungnya belum ketemu anak kecil. Aku bertanya-tanya, apakah aku ditugaskan ke sini hanya untuk ikut menjadi salah satu pembunuh masal? Bukannya aku belum pernah menembaki orang sebelumnya, hanya saja, ini mulai terasa mengerikan bagiku,” entah kenapa, Petra tiba-tiba saja mengutarakan keresahan yang sedari tadi dirasakannya.

Adam diam sejenak, tak langsung membalas. Dia lebih dulu menyelesaikan rakitan bomnya dan berjalan sedikit menjauh. Tanpa kata menekan tombol pemicu yang seketika meledakkan satu tabung, menyisakan sesosok tubuh manusia tergeletak di lantai. Lagi, tanpa kata mendekati sosok tubuh itu dan menembakinya.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang