chapter 37

5.5K 377 139
                                    

 Shani menatap diam dari balik jendela yang tertutup halaman belakang resort, tempat ia, Gracia dan dua orang lainnya tempati sementara. Hembusan napas pelannya mengembun di kaca jendela, di cuaca pagi yang masih dingin.

 Pikirannya melayang pada diskusinya dengan Gracia beberapa waktu lalu. Sebenarnya dia sudah mempersiapkan semuanya tentang rencana honeymoon ke dua mereka. Tapi itu semua buyar dan ia terpaksa memutar otak, ketika Gracia tiba-tiba saja menyebutkan nama kota tujuan mereka yang tak pernah sedikitpun kembali terlintas di otaknya.

 "Please sayang, kita honeymoon-nya ke sana aja, ya. Apalagi ada kenalan kita di sana, jadi lebih mudah kemana-mananya. Impian aku sejak kecil ingin mengelilingi dan mengabadikan setiap keindahan kota itu."

 Apalah daya Shani menolak permintaan istri tercintanya.

 "Tapi kenapa harus kota ini, Gre? Dari sekian banyak tempat, kenapa harus Zurich?" gumam Shani, kali ini menghela napas panjang.

Krek

 Pintu kamar mandi terbuka sedikit,

 "Shaniii, ambilin handuk dong! Aku lupa bawanya," seru Gracia, kepalanya menyembul dari celah pintu.

 Alis terawang perempuan bak bidadari itu bertaut, kala tak mendapat respon dari Shani.

 "Shaniii, sayang! Ambilin aku handuk!" Gracia berseru lagi, namun kembali ia tak mendapat perhatian perempuan tinggi itu.

 Kesal, Gracia balik masuk ke dalam kamar mandi, mengambil botol sampo, dan melemparkannya ke arah Shani.

Dukh!

 "Aww!"

 Shani terkejut, mengaduh kesakitan saat kepalanya ditimpuk botol sampo. Berbalik, tatapan tajamnya jatuh pada pelaku yang hanya menampakkan kepalanya saja dari celah pintu kamar mandi.

 "Ambilin aku handuk!"

 "Huh?"

 "Ambilin aku handuk, Shani! Aku kedinginan nih!" geram Gracia saat Shani malah cengo menatapnya.

 Kembali alis terawang Gracia bertaut melihat perempuan tinggi itu kini malah tersenyum aneh padanya.

 "Ngapain pake handuk? Sini, biar aku aja yang keringin dan angetin badan kamu," ujar Shani santai, berjalan mendekati Gracia.

 "Shan-"

 Tanpa menunggu lanjutan kata Gracia, Shani tanpa permisi dengan cepat mendorong terbuka pintu kamar mandi, ikut masuk, dan menutupnya lagi.

-----

 Untuk kesekian kalinya, Jinan kembali melirik sang kakak yang meskipun menampilkan raut datar andalannya, tapi yang sebenarnya ia sedang menahan rasa sakit. Lirikannya sesekali jatuh pada bagian pinggang Shani.

 "Jinan, kalo kamu mutusin untuk nanya apa yang terjadi, sebaiknya gak usah."

 Jinan nyengir lebar saat gelagatnya disadari Shani.

 "Jangan keseringan Kak, bahaya. Tapi, yah, kalo Kak Gre, sih aku paham banget-eeettt santai bosqu! Aku udah punya sendiri. Lagian, mana mungkin aku tikung Kak Indira. Bisa habis aku!"

 Shani menghela napas setelah memberikan delikan tajamnya pada Jinan yang tersenyum menggodanya.

 "Kak," panggil Jinan sesaat tak ada suara di antara mereka.

 "Hn," respon singkat Shani yang tampak sibuk mengotak-atik ponselnya.

 "Gimana rasanya menginjakkan kaki di kota ini lagi?" tanya Jinan pelan, memperhatikan setiap inchi perubahan ekspresi perempuan yang duduk di sampingnya di sofa ruang tengah.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang