chapter 17

4.6K 380 61
                                        

 Semua yang ada di ruangan itu terkejut, ketika mendengar seruan sarat amarah dari seorang Shani. Gracia langsung menoleh dan menatap tak percaya pada istrinya, dengan raut menahan amarah juga kepalan tangan yang seperti siap dilayangkan.

 Dirinya kaget dan segera menahan tubuh Shani yang melangkah cepat menuju laki-laki di sebelahnya.

 "Shani! Kamu apa-apaan? Hei!" Gracia cukup kewalahan menahan tubuh Shani. Dia melingkarkan kedua tangannya di tubuh istrinya itu dan sekuat tenaga menahan laju Shani.

 "Gre, lepasin aku. Dia...ugh, kau...bisa-bisanya kau kembali lagi ke Negara ini setelah semua yang kau lakukan, sialan!"

 "Shani!" Gracia kaget mendengar umpatan Shani.

 Baru kali ini dia melihat istrinya kehilangan kontrol emosi seperti ini. Kenapa Shani bisa semarah ini bertemu dengan suami Elaine? Apa mereka saling mengenal? Apa yang pernah terjadi di antara mereka? Berbagai pertanyaan muncul di benaknya.

 Kenapa reuni yang ia tunggu-tunggu harus seperti ini?!

 Elaine tak mengerti apa yang terjadi. Meski begitu, ia mencoba tetap tenang. Memperhatikan suaminya yang memasang raut tenangnya. Shani yang masih menggeram kesal dalam dekapan erat Gracia. Serta Okta yang mengamankan Stefi dari perseteruan tiba-tiba orang dewasa di sekitarnya.

 "Ckckck..."

 Alis Elaine naik satu melihat cengiran suaminya. Entah apa yang direncanakan laki-laki itu. Sementara tatapan Shani semakin tajam dan Gracia malah panik sendiri, ketika laki-laki itu melangkah mendekati mereka berdua.

Tuk!

 "Aw! Kau-"

Tuk!

 "Siala-"

Tuk!

 "Apa yang kau-"

Tuk!

 Ketika jari-jari itu akan menambah jentikannya di kening Shani, perempuan itu langsung mencoba menangkap tangan laki-laki itu. Sayangnya dia tidak bisa karena tubuhnya masih ditahan Gracia, yang malah bengong.

 "Nanggung, satu lagi. Mumpung dipegangin."

Tuk!

 "ADAM UDAHAN, SIALAN!"

 Oke. Baik Gracia, Elaine, Okta, Stefi maupun beberapa karyawan yang sedari tadi menjadi penonton setia, serempak menampilkan raut cengo masing-masing.

  Sementara laki-laki yang dipanggil Adam oleh Shani itu, malah tertawa puas. Shani yang sudah lepas dari pelukan erat Gracia berdecak kesal, memberengut sambil mengusap-usap jidatnya yang disentil lima kali.

 "Hahaha...reaksimu sungguh diluar dugaanku, Indira. Lama gak ketemu, heh. Sini-sini, sama Babang Adam."

 Adam dengan cengiran lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun, melebarkan kedua tangannya, bersiap untuk merangkul Shani. Bukannya pelukan yang ia dapat, tapi sebuah pukulan keras di perut.

Bugh!

 "Jijik."

 "Ouch! Itu lebih menyakitkan daripada pukulanmu, Indira," Adam masih memperlihatkan cengirannya, meski harus meringis menahan sakit.

 Shani yang ingin melontarkan balasan, tak jadi karena Gracia menyela lebih dulu.

 "Ooop! Oke-oke! Aku gak tau dan gak ngerti apa yang terjadi sama kalian berdua. Tapi, tolong hentikan aksi konyol ini," Gracia berucap keras, mendapatkan perhatian semuanya.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang