chapter 7

7.2K 467 52
                                    


 Shani meminum jusnya setelah percakapan bisnis dengan pemilik perusahaan yang baru saja sah menjalin kerjasama dengan perusahaannya. Tak banyak peraturan berbelit, karena sesama pemilik perusahaan pun, sudah saling mengenal kinerja masing-masing. Shani merasa cukup puas dengan rekan kerja barunya ini.

 Ghaid Alfarish, seorang CEO sakaligus pemilik perusahaan terkemuka Alfarish Group, tak hentinya menatap kagum perempuan muda di depannya itu. Berparas cantik, elegan, pintar, berbakat dalam bisnis, tak ada yang tak kenal dengannya. Sosok Shani Indira Natio sudah menyita perhatiannya sejak dia dengan santainya memenangkan satu tender, yang bahkan hampir semua perusahaan kesulitan untuk mendapatkannya.

 Senyum senang terukir di wajah tampannya, meski umur sudah tak lagi muda. "Om sangat senang dan berterima kasih kamu mau bekerjasama dengan perusahaan Om, Indira."

 Shani membalas ucapan itu dengan anggukan kecil. Raut datar masih setia melekat di wajah cantiknya. "Ini juga karena melihat bagaimana cara kerja Om, saya bisa dengan mudahnya menerima. Setidaknya dengan kerjasama ini, masing-masing perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang menjanjikan."

 "Haha...optimisme dan semangat kamu dalam dunia bisnis yang semakin ketat ini membuat Om kagum. Semakin banyak saja anak muda yang sukses sekarang ini, huh. Dan salah satunya kamu," Ghaid tertawa senang, kemudian menghela napas pelan. "Aah, Om jadi ingat mendiang Papa kamu dulu. Dia juga seorang pekerja keras dan sangat tekun dalam menjalankan bisnisnya...yah, miriplah denganmu saat ini."

 "Tidak ada yang mirip. Saya bekerja sesuai dengan prinsip dan cara saya sendiri."

 Ghaid kembali menghela napas, namun kemudian tersenyum kecil, maklum kala merasa dirinya sudah melampaui batas topik perbincangan. Merasakan nada serta aura perempuan muda di depannya bertambah datar dan dingin saja.

 "Ah, maaf jika Om ada menyinggung kamu."

  Lagi, Shani hanya merespon dengan anggukan kecil. Seakan tak peduli. Tapi sepertinya Ghaid masih ingin berbincang santai dengan Shani. Ini satu-satunya kesempatan baginya bisa berbincang dengannya.

 Ghaid berdehem kecil, seperti meminta perhatian rekan bisnisnya itu yang tampak tengah serius mengecek ponselnya. Shani menekan perasaan jengahnya. Perbincangan sudah selesai. Pekerjaannya hari ini sudah selesai. Dia ingin segera pulang.

 Anin yang berada di sampingnya dapat merasakan dengan jelas ketidak nyamanan si Bos. Ingin menyela, tapi dia juga tak ingin memberikan kesan buruk pada dua laki-laki di depan mereka. Bisa bekerjasama dengan perusahaan Alfarish Group merupakan suatu kesempatan yang bagus. Untungnya lagi, mereka sendiri yang malah menawarkannya. Akan sangat mengecewakan jika ia malah mengusik perbincangan pria itu dengan Bosnya.

 Anin pun hanya bisa berharap sang Bos masih mau melayani beberapa percakapan lagi.

 "Ehm, dengan paras kamu yang cantik juga pekerjaan yang mapan, apakah kamu sekiranya sudah memiliki seorang pendamping?"

 'Tapi bukan yang itu juga!' Anin seketika berteriak dalam hati.

 Bukan hanya dia saja yang terkejut, tapi Boby yang duduk di depannya ikut tersedak minumannya ketika mendengar pertanyaan tak terduga dari seorang pria berusia 47 tahun itu. Boby menatap tak percaya pada atasannya, apa yang dipikirkan Bosnya itu? Sedangkan reaksi dari Shani lagi-lagi hanya tatapan datar tanpa ekspresi berarti.

 "Sudah. Kenapa?" balasan super singkat, dengan sedikit mengangkat alis.

 "Aahh..." Ghaid tak menyembunyikan raut kekecewaannya dan mendesah pasrah. Terdiam sesaat, kemudian memfokuskan pandangannya kembali pada Shani. Tidak menyadari, atau mungkin tidak mempedulikan sama sekali reaksi Boby maupun Anin yang memandang heran dan tak percaya padanya.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang