Kening Shani sejak tadi terlihat berkerut memandangi layar laptopnya. Raut wajahnya terlihat begitu fokus. Sesaat kemudian, manik tajam di balik kacamata itu mendelik, ketika ia akhirnya menemukan kejanggalan yang mengusiknya belakangan ini.
Memastikan kembali apa yang sudah ditemukannya, tanpa melepas sedetik pun tatapan dari deret angka di depan mata, sebelah tangannya menjangkau ganggang telepon. Baru saja akan memencet nomor, pintu ruangannya terdengar diketuk dari luar.
Tangannya kembali meletakkan ganggang telepon itu, kemudian menyuruh orang yang berada di luar untuk masuk. Alisnya naik satu melihat tak hanya satu karyawan kepercayaannya yang masuk, tapi langsung keempat-empatnya.
"Bu Indira, maaf kami mengganggu," Anin membuka pembicaraan. Rautnya tampak serius, begitu juga Manda dan Sisca. Bahkan Angel, sang resepsionis yang selalu berwajah ceria dan tengil itu pun, ikut memasang wajah seriusnya.
"Ya, ada apa?"
"Begini, Bu. Sebelumnya, apa Bu Indira merasa ada yang aneh pada data-data yang masuk belakangan ini?" Sisca ikut membuka suara.
"Langsung intinya saja. Jika hal aneh yang kalian maksud itu tentang-"
Ucapan Shani terpaksa berhenti ketika ponselnya yang berada di atas meja menunjukkan panggilan masuk.
"Gracia?" gumam Shani, keningnya berkerut. Tak biasanya istrinya itu menelpon jam segini. Padahal setengah jam lagi waktunya pulang kantor.
Shani memberikan instruksi menunggu pada mereka, sebelum mengangkat panggilan.
"Halo sayang, ada apa?"
"Hai, aku ganggu kamu lagi kerja?"
"Gak, gak ganggu sama sekali. Tumben kamu nelpon jam segini, hum?"
"Eh, ya...gini, hm 'kan, Cici sama Koko mau nginep di sini, karena besok mereka harus udah berangkat ke Jepang. Sekalian juga, aku mau ngundang Okta, Ci Desy sama Michelle buat makan malem di rumah. Aku kangen ngumpul sama Okta, sama Michelle..."
Shani menganggukkan kepala, seakan mengerti maksud arah pembicaraan istrinya itu.
"Kamu mau aku jemput Stefi?"
Putrinya itu nginep di rumah Citra, bareng Aby juga Ori. Dirinya mengajukan diri karena tahu kalau saat ini Gracia tengah berbelanja bahan makanan. Terdengar dari suara-suara di seberang telepon. Pastinya dia tidak seorang diri, mungkin Elaine, atau Michelle bersamanya saat ini.
"Iya. Aku gak sempet jemput dia. Ini aku lagi sama Cici, Okta, dan Michelle. Ko Adam sama Ci Desy bakal gabung ntar malem."
"Oke, sayang. Ntar abis pulang kantor aku langsung ke rumah temennya Stefi buat jemput dia. Eh-sayang," Shani memanggil sebelum sambungan sempat terputus.
"Ya?"
"Tolong buatin makanan yang banyak, ya. Aku juga sekalian mau ngundang Anin, Kak Manda, Sisca, sama Angel buat makan malam di rumah. Ada hal penting yang mau aku diskusiin sama mereka sehabis makan malam."
"Oh, bisa kok, bisa! Aku malah seneng mereka mau main ke rumah. Waah udah lama juga nih, aku gak ngobrol bareng mereka. Oke, sayang. Kamu tenang aja, malem ini aku bakal hidangin jamuan besar buat mereka!"
Shani tersenyum senang mendengar nada antusias istrinya. Selain membuat kue, Gracia juga sangat suka memasak. Apalagi jika ia memasak dengan orang-orang tersayangnya, pasti bahagianya berlipat ganda, karena bisa saling bercanda sambil memasak.
Shani pernah melihatnya sekali waktu istrinya itu membuat kue dengan Okta dan Michelle. Betapa hangat hatinya melihat gurat kebahagiaan terpancar dari wajah bidadarinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
with you (greshan)
Fanfictionbersamamu memberiku arti sebuah keluarga yang tak pernah kurasakan sebelumnya. ini memang tak akan mudah, tapi jika bersamamu, aku yakin semua akan baik-baik saja.