"Gue mau jujur sama lo Gre, kalau selama ini gue suka sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"
Frans menggenggam erat gelang yang ia simpan dalam saku celananya. Dirinya sangat gugup saat ini, berdiri di hadapan gadis yang sudah ia sukai sejak mereka baru masuk ke sekolah ini. Meskipun Gracia yang lebih dulu lulus darinya, tapi rasa sukanya sudah tak bisa ia tahan lagi. Dia tak ingin menyesal karena belum mengungkapkan perasaannya pada gadis cantik ini.
Sementara si gadis yang 'ditembak', tampak cukup kaget dengan pernyataan tiba-tiba ini. Gracia berdiri tak nyaman dengan Frans yang memandang penuh harap padanya. Kedua manik indah itu memandang ke sekitar, menghindar.
Mereka berada di taman belakang sekolah yang cukup sepi. Frans mengajaknya ke sini ketika mereka masih berada di tengah-tengah acara kelulusan anak kelas tiga.
"Hum, Frans... bukannya aku gak mau jadi pacar kamu, tapi... duh, gimana ya. Aku nganggep kamu Cuma temen, sama kayak yang lainnya," ujar Gracia hati-hati.
Sebenarnya, selain Vino, Frans bukanlah cowok pertama yang mencoba 'menembak' seorang Shania Gracia. Gadis ini populer juga disukai hampir semua warga sekolah, termasuk guru-guru, jadi tak heran sudah banyak ia menerima pernyataan cinta seperti ini. Tapi sayang, semuanya gugur.
Well, karena Vino sudah ambil start duluan meminta Gracia untuk menjadi kekasihnya. Gracia bukanlah cewek yang mudah berpaling. Dia gadis yang setia, begitu pun Vino. Meski menjalani hubungan backstreet, rasa sayang yang mereka punya malah semakin kuat saja. Karena mereka percaya bahwa kesetiaan itu adalah segalanya.
Frans berdiri lemas mendengar balasan dari Gracia. Gelang yang ia genggam erat, dilepas perlahan, mengeluarkan tangan dari saku celana, dan mengusap wajah, kecewa.
"Haaahhh... padahal gue udah sabar nunggu, ngumpulin keberanian buat nyatain perasaan gue ke lo, tapi, ugh."
Gracia memandang cowok di depannya dengan perasaan bersalah. Frans adalah teman baiknya, sama seperti Grace, tapi, "Maafin aku, Frans. Aku mau jujur sama kamu. Hati aku udah milik orang lain dan aku gak mau ngecewain dia. Maaf, aku harus nolak kamu..."
"Astaga, harus banget ngomong gitu, Gre? Udah ditolak, eh kamu ternyata udah punya pacar? Eh-haaaa??" Frans baru sadar dengan apa yang diucapkan Gracia.
"Wait-wait, lo udah punya pacar? Lo pacaran? Sama siapa? Sejak kapan? Kenapa gue gak tau sama sekali? Anak sini kah? Gre, lo jangan boong-"
"Iyaaa gue udah punya pacar dan itu Kak Vino!" Gracia akhirnya berseru kesal, ketika Frans menguncang tubuhnya disertai rentetan pertanyaan.
"Ha?" Frans melepas Gracia, terperangah dengan jawabannya. "Kak Vino? Raja Vino Alfarish?"
"Iyaa," balas Gracia ngambek, sambil mengelus kedua pundaknya. Gadis itu menaikkan alis melihat reaksi cowok di depannya.
"Arrgghh udah kalah telak gue mah, kalo Kak Vino yang jadi pacar lo," Frans jatuh duduk di rumput sambil mengacak-acak rambutnya.
'Hadeh... keluar deh dramanya ni anak,' Gracia menghela napas lelah melihat kelakuan absurd temannya ini.
"Frans, udahan ya. Ini, kita acaranya masih lanjut loh. Aku gak mau ntar dicariin anak-anak karena kabur gitu aja. Aku balik duluan ya, dan sekali lagi maaf udah nolak kamu."
Gracia berbalik, berjalan meninggalkan Frans. Tapi beberapa langkah, tangannya digenggam cukup erat, membuat langkahnya berhenti. Gracia membalikkan badan dan menatap tangannya yang digenggam Frans.
"Gre."
Pandangan Gracia kembali menatap wajah Frans.
"Liburan Semester ini gue bakal pindah ke Australi. Mungkin kita gak akan bisa ketemu lagi, tapi... terlepas dari lo yang nolak gue, bisakah... uh, bisakah gue tetep jadi teman lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
with you (greshan)
Fanfictionbersamamu memberiku arti sebuah keluarga yang tak pernah kurasakan sebelumnya. ini memang tak akan mudah, tapi jika bersamamu, aku yakin semua akan baik-baik saja.