chapter 36

5.4K 403 115
                                    

 "Sayaaaang, kamu liat jam tangan aku, gak?"

 Gracia yang sedang menyiapkan sarapan pagi, menghentikan kegiatannya yang ingin meletakkan sepiring nasi goreng di atas meja. Menghela napas panjang, merasa kesal sendiri pada sang istri yang sering kali melupakan letak jamnya.

 "Di laci mej-"

 "Moooomm jam Ntep gak ketemuuuu!"

 Belum sempat menjawab panggilan Shani, suara Stefi terdengar menanyakan hal yang sama. Lagi, Gracia menghela napas. Disusunnya piring terakhir di atas meja, kemudian melangkah ke arah tangga.

 "Jam Shani ada di laci meja rias. Jam Stefi ada di tas kamu, sayang!" seru Gracia dari bawah tangga.

 Tak mendengar sahutan balasan, Gracia pun langsung menuju teras belakang. Ingin mengambil jemuran yang ia cuci kemarin sore. Tak sempat membereskannya karena sibuk mempersiapkan keperluan Stefi untuk acara sekolahnya hari ini.

 Ketika kembali lagi ke meja makan, dua orang terkasihnya sudah menyantap duluan sarapan pagi mereka.

 "Pagi, sayang," sapa Gracia sambil mengusap dan mengecup singkat puncak kepala sang putri.

 "Pagi, Mom!" balas Stefi semangat.

 "Adududu cantik banget, sih anaknya Mom, muah! Gimana perasaan kamu, sayang? Ini pertama kalinya kamu mau ngenalin Shani di sekolah kamu. Lebih lagi di Hari Ayah. Apa gak papa?" tanya Gracia masih tetap berdiri di samping putrinya dan mengusap-usap kepalanya.

 Shani yang mendengar pertanyaan sang istri menghentikan kegiatan makannya. Perhatiannya beralih pada putri kecilnya yang kini sudah menginjak sekolah dasar. Dirinya cukup kaget saat Stefi datang padanya dan memintanya untuk menghadiri Hari Ayah yang diadakan di sekolahnya.

 Ketika ditanya alasan, kenapa bukan Adam saja yang diajak datang seperti dua tahun pertamanya dulu. Jawaban gadis kecil itu malah membuat hati Shani luluh.

 "Karena, walaupun Shani bukan laki-laki, tapi bagi Ntep, Shani udah jadi sosok ayah yang hebat! Ntep sama sekali gak iri, gak juga ada keinginan kayak temen-temen Ntep yang punya keluarga utuh. Punya Mom sama Shani aja, Ntep udah bersyukur banget! Janji aja, kalian jangan pernah ninggalin Ntep ya."

 Betapa bijaknya ucapan anak umur 8 tahun.

 Memperhatikan perkembangan dan pola pikir Stefi dari tahun ke tahun, baik Gracia maupun Shani masing-masing memiliki kekhawatiran sendiri. Ketakutan akan sang putri yang menolak mereka pun, tak bisa dielakkan.

 Selama mereka hidup bertiga hampir empat tahun lamanya, tak sekalipun Stefi menyinggung soal laki-laki dalam keluarga mereka. Jika iseng bertanya pun, siapa sosok ayah baginya, jawaban gadis itu hanya Adam seorang. Meskipun dia juga menyebut nama Shani, tapi Stefi seperti punya pemikirannya sendiri akan sosok perempuan yang menjadi pendamping hidup ibunya.

 Sepertinya Stefi menyadari keterdiaman kedua perempuan dewasa ini. Meski begitu, gadis kecil itu tampak tenang melanjutkan sarapannya.

 "Gak papa, kok! Mom gak usah khawatir. Ntep udah punya rencana sendiri ntar buat Shani."

 "Rencana?" tanya Shani penasaran.

 "Yup!"

 "Gak aneh-aneh, 'kan?" kali ini Gracia yang bertanya.

 "Gak aneh-aneh kok. Udaaah Mom pergi jalan-jalan aja sama Oma Yona. Mumpung dia masih di sini. Ntar malem, Ntep ceritain apa yang terjadi di sekolah," jelas Stefi.

 Shani memandang Gracia yang menatap khawatir putrinya. Menghela napas pelan, Shani yang selesai dengan sarapannya pun, bangkit berdiri.

 "Yaudah, sih sayang. Liat gimana ntar. Kamu tenang aja, aku bakal jagain Stefi," ujar Shani.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang