chapter 14

6.2K 415 62
                                        


 "A-aaargh awh sa-sayaangg aw aw aw aw kamu kena--aaaarrghh..." Shani merintih kesakitan sambil menggeliatkan badan, serta kedua tangannya berusaha menjauhkan dua jari yang menjepit dan memilin kulit pinggangnya.

 Merasa cukup, Gracia lalu mencabut cubitannya dan berdiri tegak dengan kedua tangan di pinggang. Menatap tajam perempuan di depannya yang masih mendesah kesakitan sambil menggeliatkan badan di sofa, memegangi sisi tubuhnya.

 Selang beberapa menit menunggu, akhirnya Shani kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dan mendongak. Napasnya sedikit terengah, menatap penuh keterkejutan, rasa tidak percaya dan wajah horor melihat raut istrinya yang datar dan tatapan tajam.

 Masih mengelus sisa-sisa perih itu, Shani bertanya layaknya anak kecil yang ketahuan mengambil uang dari dompet ibunya.

 "Ka-kamu...kamu ke-kenapa..ti-tiba-tiba nyu-nyubit a-aku...?" Shani mendadak gagu.

 Gracia mendengus kecil dan duduk di meja kaca, berhadapan dengan sang istri, serta kedua tangan yang terlipat menyilang di depan dada.

 "Eh-eh...kamu jangan duduk di situ, ntar jatoh!" melupakan rasa sakitnya, Shani malah khawatir pada sang istri.

 Gracia mendelik kesal. Tangannya dengan cepat kembali mencubit pinggang Shani.

 "Kamu mau bilang kalau aku gendut?! Haa!"

 "Aaaa aw aw aw sa-sakit! Sayang, bukan itu maksud ak-aw aw uuuhh..." Shani mengeluh, kembali meringis memegangi sisi kanan pinggangnya. 'Lengkap dah, kanan-kiri. Bakal ada bekasnya, nih uuhh...'

 "Huh! Gak bakal jatuh. Meski Stefi loncat-loncatan di meja kaca ini pun, tetap gak akan pecah. Jujur aja, aku udah tau apa yang kamu lakuin sama peralatan dan perabotan toko kue juga café ini."

 Shani terdiam dari rintihannya, menatap sang istri sambil mengerutkan kening. Membuat wajah polos-tak tahu. "Maksud kamu apa?"

 Mendengus untuk kesekian kalinya, Gracia pun menghela napas panjang. Melepas lipatan tangan dan menaruhnya di atas kedua lututnya.

 "Meski bentukannya tetap sama seperti yang aku dan Okta udah beli, tapi kamu malah ngegantinya dengan kualitas yang berbeda. Aku gak sebodoh itu untuk gak tau, mana barang yang kualitasnya biasa aja dan yang tinggi-ah! Lupakan-lupakan! Bukan itu yang mau aku bahas."

 Shani bergidik kala mendapat tatapan tajam dengan raut datar itu lagi.

 Gracia menghela napas kasar sebelum mengeluarkan unek-uneknya.

 "Kamu kenapa malah nemuin Hamids tanpa sepengetahuanku, huh? Menceritakan semua tentang aku padanya? Apa tujuan kamu? Apa kamu sebegitu curiganya pada Hamids hingga menemuinya sendirian, mengancamnya? Apa kamu-"

 Shani segera menempelkan jari telunjuknya lembut pada bibir ranum yang berceloteh, menodongnya dengan deretan pertanyaan menuduh. Inginnya mau nutup pake bibir sendiri, tapi ntar kena cubitan lagi...

 "Sayang tenang, ya...satu-satu kalau mau nanya," ujar Shani dengan pelan dan tersenyum semanis mungkin.

 Shani menggeser tubuhnya ke depan, merapatkan kedua lutut Gracia dan memosisikan masing-masing lututnya di sisi tubuh sang istri. Dirinya duduk tegak, memperpendek jarak agar dapat mensejajarkan wajah, saling berhadapan. Ditangkupnya dengan kedua tangan sisi wajah cantik itu dan mengelus lembut pipi tembem yang mengembung, cemberut.

 'Duh, itu bibir ngundang minta dicium banget, sih!'

 Shani menahan diri sekuat tenaga. Dirinya harus menjelaskan kesalahpahaman kecil yang membuat pinggangnya menjadi korban cubitan ganas sang istri.

with you (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang