Bab 7

6.8K 577 2
                                    

Akademi Elspeth. Sekolah untuk para apprentice. Seperti teman lama.

Benar-benar teman lama sampai-sampai penjaga di gerbang akademi itu enggan menyapa Thea dan Zeta lagi. Toh tahun ajaran depan mereka akan balik lagi, begitu mungkin pikiran mereka. Tak masalah. Thea juga tak berniat menyapa siapapun karena kepalanya masih berdenyut keras akibat Cato menghantamnya dengan kuali saat tahu Thea menyelinap ke pesta kemarin malam. Hampir saja ia kira kepalanya bocor. Ternyata bukan darah yang mengalir di pelipis Thea, melainkan sisa sup labu yang mengental.

"Gedung Aula Utama ada di Kastil Barat, bukan di sini," Thea memberitahu malaikat apprentice baru yang linglung di lorong Kastil Timur. Malaikat itu laki-laki, bertubuh mungil, dengan usia kira-kira belasan tahun. Seperti saat Thea pertama kali masuk Elspeth, malaikat laki-laki itu tatapannya masih sering kosong. "Upacara Penerimaan kan? Kastil Barat. Bukan di sini. Ini Kastil Timur."

Setelah memperjelas ucapannya, barulah laki-laki itu paham yang dimaksud Thea. Ia mencoba mengembangkan sayapnya, tapi yang terjadi malah tubuhnya terpental menghantam dinding. Akhirnya, laki-laki itu memutuskan untuk berjalan kaki. Kasihan sekali. Berjalan kaki ke sana kan perlu 15 menit. Dia pasti terlambat. Sebenarnya Thea bisa saja terbang mengantarkannya, tapi dia sedang malas. Thea hanya ingin duduk bengong di dapur menyantap apapun yang ada di sana sembari siswa-siswi lainnya mengikuti Upacara Penerimaan.

"Senang bertemu kalian kembali, Nona Thea dan Zeta dari Kastil Caera!" sapa semua peri rumah di dapur sekolah. Sapaan itu membuat Thea terkikik karena entah sudah keberapa kalinya mereka disapa seperti itu.

Berbeda dengan Thea, Zeta merengut jengkel menerima sapaan itu. "Kalau sampai tahun ajaran depan aku masih ada di sini dan disapa seperti itu, aku berani sumpah akan melemparkanmu ke kandang naga," ancam Zeta pada Thea.

Thea hanya menahan senyum gelinya. Dia tahu tak ada satu malaikatpun yang mau jadi murid abadi di akademi itu. Tapi bukan salah Thea kalau ia sepayah itu dalam meluluskan diri dari sekolahnya kan? Thea sudah menawarkan Zeta lulus terlebih dahulu, tapi Zeta menolak. Jadi, salah siapa dong mereka masih ada di sana sekarang?

Mereka berdua mengambil tempat duduk di dekat tungku. Bukan karena kedinginan dan ingin menghangatkan diri, tapi karena mereka suka bau roti yang sedang dipanggang. Tak salah memang orang-orang mengatakan dapur Akademi Elspeth adalah salah satu dapur dengan makanan terbaik di Casthea.

Semua peri-peri rumah di dalam dapur itu langsung menghentikan pekerjaan mereka dan tergopoh-gopoh menghidangkan berbagai jenis makanan pada Thea dan Zeta. Mulai dari buah, roti, selai, sereal, jus—semua yang lezat dimakan di pagi hari. Thea mengeluh dalam hati. Andai peri rumahnya sebaik ini, hidupnya akan sangat damai.

"Untung saja semua murid adalah malaikat apprentice baru. Kalau tidak, kau sudah jadi bulan-bulanan karena mencium pacar Serena—"

Bunyi nampan yang terjatuh menghentikan ucapan Zeta. Saat mereka menoleh ke sekeliling dapur, mereka baru sadar kalau semua peri yang ada di sana mendengarkan ucapan mereka. Zeta melirik cemas pada Thea, tapi Thea tampak santai. Sepertinya dia tahu cara mengatasi ini.

Thea meneguk tehnya sebelum ia berdehem untuk mendapatkan perhatian semua peri yang ada di sana. "Aku mau cerita, ngomong-ngomong," Thea sengaja mengeraskan volume suaranya. "Kalian tahu peri rumahku kan?"

"Cato, Nona Thea," semua peri menjawab dengan suara yang mencicit. Reputasi Cato sudah terkenal di antara mereka akibat Thea sering mengeluh soalnya.

"Tadi pagi dia hampir membakar rumahku cuma gara-gara kesal aku terlambat bangun tidur."

Terdengar sedikit tarikan napas di dapur itu.

"Yang mau aku sampaikan adalah—" Thea menuang teh ke cangkirnya lagi. "Apapun yang kalian dengar dariku dan Zeta di dapur ini, harus tetap terkunci di dapur ini. Kalau sampai aku mendengar salah satu dari kalian membocorkannya ke luar dapur ini, aku akan memastikan Cato membuat perhitungan dengan kalian. Walaupun kami tidak akur, tapi Cato pasti dengan senang hati merundung peri-peri lainnya. Paham?"

"Pa...paham, Nona Thea..." suara cicitan mereka terdengar semakin kecil. Tubuh mereka yang sekecil suaranya gemetar membungkuk dalam-dalam pada Thea.

Demikianlah, akhirnya Thea dan Zeta bebas mengatakan apapun di dapur itu.


Jangan lupa voment *wink*

The Immortal ApprenticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang