"Ayo!"
"Ke mana?"
"Minum bir di atap!"
Kembalinya ingatan Thea menyebabkan kembalinya juga seluruh kenangannya bersama Zeta. Sepuluh tahun yang lalu, di hari pertama sekolah apprentice mereka, Thea memaksa Zeta membolos untuk minum bir di atap Kastil Akademi Elspeth. Saat itu Zeta langsung menolak mentah-mentah, bahkan mengancam mengadukan Thea ke kakak-beradik Caera.
Thea sempat berpikir tidak akan ada yang mau berteman dengannya di Casthea. Semuanya menganggapnya aneh. Ternyata ia salah. Saat Thea bersiap menegak isi kaleng bir yang tadinya ia siapkan untuk Zeta, cewek itu datang bergabung dengannya di atap.
"Aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan di kelas," Zeta berkata, tangannya sedikit menjungkirkan kaleng di tangannya agar isinya bisa keluar memenuhi kerongkongannya. "Aku tidak mengerti apapun yang terjadi di sini. Aku tidak mengerti siapa aku sebenarnya—"
"Repot amat. Anggap hidupmu mulai dari sini dan nikmati saja," Thea menanggapi dengan santai. Baginya, hal itu adalah permasalahan yang paling mudah diselesaikan. Kenapa harus memikirkan kehidupan yang lalu kalau mereka punya kehidupan yang baru?
Thea membuka tasnya. Ternyata ia masih punya satu kaleng bir cadangan lagi di dalam sana. Cadangan, seandainya dia belum merasakan apa-apa setelah minum bir itu. Itu pertama kalinya dia membeli bir di Casthea dan dia belum bisa menakar sekuat apa bir mereka di sana.
Zeta mendengus. "Kau benar. Kenapa aku pusing-pusing sih?—astaga! Serena datang! Kabur!" Zeta melempar kaleng birnya dan langsung menceburkan dirinya dari tepi atap itu. "Ayo, cepat kabur! Tunggu apa lagi sih?" teriak Zeta pada Thea yang masih berdiri di tepi atap itu.
"Aku tidak bisa terbang!" teriak Thea dari bawah. Ia terkekeh menertawai dirinya sendiri.
"Astaga! Kau benar-benar merepotkan!"
Zeta tak punya pilihan lain selain turun kembali untuk meraih kerah jubah Thea dan terbang pergi sambil membawa Thea seperti tas tenteng.
"Janji ya, habis ini kau akan belajar terbang!"
Tak ada jawaban dari Thea.
Zeta sempat panik mengira Thea pingsan. "KAU INI! KAU PIKIR KAU SEDANG NAIK TAKSI?!" bentak Zeta saat mendapati Thea menikmati tumpangan gratis dari Zeta sambil mengagumi pemandangan di bawah mereka dan meneguk birnya.
Kejadian hari itu cukup memberi pelajaran bagi Zeta. Bukan. Bukan soal minum bir di atap sekolah. Itu sih tak pernah absen untuk mereka lakukan. Tapi soal mengubah tabiat Thea. Zeta lelah menasehati Thea untuk jangan minum berlebih. Zeta juga lelah mendorong Thea untuk lulus dari Elspeth. Bahkan saat Thea memutuskan untuk menerima lamaran dari Carlo, Zeta bukannya tidak memperingatkan, tapi Thea tak mau mendengarkannya.
Akhirnya Zeta paham, kalau diperingati begitu Thea akan bebal. Yang bisa dilakukannya adalah menjaga Thea seandainya hal terburuk terjadi padanya, seperti membantu memasukkan tubuhnya ke dalam jendela kamarnya tanpa ketahuan Cato tiap kali Thea mabuk, membantu menyediakan bir untuk menenangkan Thea tiap kali Thea mmengerang frustasi soal Serena, atau bahkan menemaninya menjalani detensi di Dimia.
Dulu Thea sering berpikir apa jadinya hidupnya tanpa Zeta? Dan sekarang ketakutannya menjadi kenyataan. Tidak hanya Zeta pergi untuk selamanya dan tak bisa bereinkarnasi lagi, tapi gadis itu juga mati di tangannya sendiri. Detik-detik kematian Zeta menambah daftar ingatan terkelam Thea. Bagaimana setelah ini dia bisa tidur setiap malamnya?
"Thea, kau baik-baik saja?"
Thea mendengar suara Isla tapi memilih untuk tidak menjawab. Bibirnya terlalu kaku untuk digerakkan. Ia tak tahu apakah pita suaranya sekarang masih berfungsi atau tidak. Setelah Gusta, kini Zeta. Dia mendapat ingatannya kembali tapi kehilangan mereka berdua. Kalau dia tidak mendapatkan ingatannya kembali tadi, apakah dia akan merasa lebih baik? Apakah dia bisa langsung menghancurkan tubuh Zeta tanpa membuat pasukan Agnada bertarung selelah itu? Apakah tidak akan ada air mata yang menetes dari matanya saat menyaksikan tubuh Zeta menjadi serpihan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Apprentice
Fantasi[TAMAT] Thea adalah malaikat yang paling bodoh, ceroboh, dan hanya bisa membuat onar. Tapi kali ini kesalahan yang ia perbuat cukup fatal: ia mencium pacar Serena - pemimpin klannya sendiri. Serena pun murka. Ia melempar Thea ke Dimia (dunia manusia...