"Aku...tak sanggup lagi..."
Zeta merosot di kursinya. Thea sudah telungkup duluan di atas meja. Wajah kusut mereka membuat semua orang di kedai kopi itu bisa menebak mereka pasti tidak tidur semalaman.
Dan itu memang benar.
Perlu waktu hampir dua jam untuk membersihkan rumah (hampir) ambruk yang diberikan untuk mereka dengan tubuh manusia mereka yang lemah itu. Itu pun tidak bersih-bersih amat. Paling tidak cukup untuk menjaga paru-paru mereka dan membuat penyataan yang jelas bagi para laba-laba kalau rumah itu bukan milik mereka lagi. Setelah itu mereka harus berbagi kasur gulung tipis yang harus dikembungkan dulu dengan pompa manual.
Mereka mencoba sebisa mereka untuk menyamankan diri mereka dengan kondisi yang menyedihkan itu. Tapi mereka hanya bisa tidur 3 jam di rumah itu sebelum hujan menghantam dan air menetes dari atap yang bocor (rumah itu ada atapnya tidak sih?!). Alhasil mereka mengungsi ke restoran cepat saji yang buka 24 jam di sana dan tidur di atas bangkunya.
Kejadian itu membuat tenaga mereka hanya pulih 25%. Jangankan terbang, mengembangkan sayap saja rasanya melelahkan sekali. Alhasil mereka harus menggunakan tubuh manusia mereka, naik-turun bus dan berjalan kaki ke mana-mana. Lima jam bekerja, mereka hanya berhasil mendapatkan 6 pasangan karena tubuh mereka sudah tidak sanggup lagi.
Menjodohkan sepasang manusia itu sebenarnya perkara mudah bagi para malaikat. Tinggal lihat tanda berbentuk permata di atas kepala mereka. Warna putih adalah warna yang netral. Cinta bisa ditumbuhkan di antara mereka, tapi perlu waktu dan proses. Jika berhasil, warna putih akan berubah menjadi warna merah jambu terlebih dahulu. Warna merah jambu adalah warna yang menunjukkan potensi cinta. Kemungkinan besar warna merah jambu akan berubah menjadi warna merah, yang artinya mereka saling mencintai. Dalam hal benci, yang terjadi adalah kebalikannya. Setelah putih, akan turun menjadi abu-abu yang artinya hubungan mereka dalam bahaya dan berpotensi menjadi buruk. Jika warna abu-abu berubah menjadi hitam, berarti hubungan mereka penuh kebencian.
Dalam kondisi yang normal, dunia yang damai dan penuh cinta, sekali lagi—itu seharusnya menjadi hal yang mudah. Tapi dalam kondisi Thea saat ini, tingkat kesulitannya menjadi berkali-kali lipat. Pendeknya waktu dan tingginya target menyebabkan Thea sebisa mungkin hanya menyihir mereka yang hubungannya berwarna merah jambu. Selain tingkat keberhasilannya yang tinggi, dia juga tidak perlu naik banding meyakinkan Cupid Committee seandainya ada malaikat lain menarget salah satu manusianya. Percayalah, Cupid Committee itu adalah kumpulan malaikat paling banyak maunya.
Si Darah Murni bernama Nathan itu tidak bohong. Kota London penuh dengan hubungan berwarna abu dan hitam. Tidak ada harapan untuk Thea dan Zeta berkutat di sana. Maka, mereka pun memutuskan bergeser ke Edinburgh.
Dan di sinilah mereka, di sebuah kedai kopi di dekat Universitas Edinburgh, bercampur dengan para mahasiswa-mahasiswi yang ambisius menyelesaikan studinya—tertidur di meja mereka.
"Kalian baik-baik saja?"
Mendengar suara yang familiar, Thea mengangkat wajahnya dengan gelagapan. Wajah Gusta yang mengulum senyum di hadapannya membuat Thea bertanya-tanya apakah dia sedang bermimpi? Atau memang dia masih di Casthea dan belum berangkat ke Dimia? Sayangnya hujan di luar jendela dan tanda penunjuk jalan ke Universitas Edinburgh membuat Thea tersadar kalau mereka memang sedang di Dimia dan Gusta juga kebetulan (?) ada di sana.
"Thea? Halo?" Gusta mendengus geli sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Thea untuk mengecek apa Thea masih di alam tidurnya atau sudah benar-benar sadar. Sepertinya reaksi Thea benar-benar terlalu lucu untuk Gusta.
"Gusta? Sedang apa kau di sini?" Thea mengucek-ngucek matanya, memastikan sekali lagi kalau itu benar-benar 'pangeran' dari klan Hellion yang dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Apprentice
Fantasy[TAMAT] Thea adalah malaikat yang paling bodoh, ceroboh, dan hanya bisa membuat onar. Tapi kali ini kesalahan yang ia perbuat cukup fatal: ia mencium pacar Serena - pemimpin klannya sendiri. Serena pun murka. Ia melempar Thea ke Dimia (dunia manusia...