14 April 2006
Ilham terbangun dan mendapati dirinya di dalam kamar mandi. Ia merasa kepalanya tidak sakit lagi.
Drrtt!!!!
Ia merogoh saku celananya dan langsung mengangkat telepon dari Komandan nya.
"Halo pak?"
"Ilham, segera ke sini"
"Baik komandan!"
Tut!
Ilham segera keluar dari kamar mandi. Ia menyiapkan bajunya dan langsung berjalan menuju kamar mandi untuk mandi.
Ia menyadari bahwa wanita jalang itu sudah pergi dari apartemennya.
Ia memakai topi tentaranya dan langsung keluar menuju mobilnya. Mobil pun melaju meninggalkan apartemennya.
***
Zahra menghampiri Rista yang sedang melamun. Rista menatapnya lalu tersenyum. Zahra pun membalas senyumnya.
"Aku senang deh kalo tau ternyata kamu itu adalah calon kakak iparku sendiri"ucap Zahra sambil tersenyum.
Rista hanya terdiam menanggapi itu. Terselip rasa sedih di dalam hatinya.Gimana harus aku jujur sama semua orang? Mereka berpikir bahwa akulah yang akan menikah dengan Mas Ardan. Tapi seharusnya bukan, aku hanyalah penghalang hubungan Mas Ardan dan kak Riska. Semua ini salahku -Rista.
Zahra memperhatikan raut wajah Rista yang berbeda.
"Ris? Kamu ga apa-apa?"tanya Zahra. Rista mengalihkan pandangannya. Lalu ia berbalik lagi menatap Zahra sambil tersenyum.
"Aku ga apa-apa, Ra. Kamu ke bangku kamu dulu ya Ra. Aku mau belajar"
Zahra mengangguk. Ia pun berdiri dan menghampiri tempat duduknya semula.
***
Ardan tidak ada jadwal kampus hari ini. Ia menyendiri di kamarnya setelah selesai sarapan tadi.Ia tidak habis pikir dengan takdirnya. Kenapa harus terjadi kepadanya???
Kenapa??? Apa salah Ardan sampai dia akan menikah bukan dengan kekasih hatinya???
Ya. Rista bukan gadis pilihan Ardan. Sedikit pun rasa buat Rista hanya sebatas adik. Ardan mencintai kakak Rista, yang hanya beda beberapa bulan dengannya.
Namanya Riska, gadis berhijab yang menarik perhatian Ardan saat setiap kali dia mengantar Zahra. Ia mencari tahu semua tentang Riska lewat sosmed. Akhirnya mereka dekat dan memiliki perasaan satu sama lain.
Semakin hari Ardan semakin yakin bahwa Riska adalah jodohnya, sebab Riska selalu membuat Ardan semakin takut sama Allah.
Tapi...kenapa Rista?? Kenapa harus adik angkat Riska yang harus dia nikahi??? Kenapa???
Riska adalah anak yang diangkat oleh orang tua Rista sebelum ada Rista. Beberapa bulan kemudian, ibu Rista mengandung. Yang membuat Riska mempunyai adik, namun bukan sedarah.
Watak Riska memang berbeda dengan Rista. Riska adalah anak sholehah yang rajin beribadah, rajin membantu, dan sangat ramah. Rista sebaliknya, hanya teman-teman terdekatnya saja yang ia dekati selain dari pada itu ia hanya cuek bebek.
Entah kabar apa? Sampai suatu malam Riska mengajak Ardan bertemu di restoran. Ia mengakhiri hubungan dengan Ardan. Tapi Ardan menolak karena ia mencintai Riska karena Allah.
Riska pun menangis. Ia memang juga sedang jatuh hati pada lelaki itu. Tetapi ia harus mengikuti perintah orang tuanya. Orang tuanya memberikan nya pilihan melepaskan Ardan atau melupakan keluarganya?
Kenapa? Kenapa harus Ardan yang dijadikan pilihan? Kenapa? Sebab Rista sudah melakukan hal yang sangat memalukan bagi keluarganya. Keluarganya merasa sudah ternodai, namun itu salah satunya cara. Mereka harus menyuruh Ardan menikahi Rista, walaupun bukan Ardan yang melakukan itu.
Ardan menjambak rambutnya kasar.
"Ardan?"
Ardan mendongak dengan mata sayu. Ibu merasa khawatir. Ia merengkuh kepala Ardan ke pelukannya.
"Sayang kamu kenapa?"tanya ibu khawatir.
Ardan hanya terdiam. Ia bingung harus bagaimana. Apakah dia akan mengatakan pada keluarganya? Tapi... Dia sudah berjanji pada Riska bahwa Ardan tidak akan membocorkan masalah itu kepada siapa pun.
"Nak, ayo cerita sama ibu"ucap ibu sambil melepaskan pelukannya.
Ardan menggeleng. Ibu hanya menghembuskan nafasnya. Ia paham situasi seperti ini, anaknya belum siap mengatakan yang sejujurnya.
***
Zahra menemani Ayu berkeliling di mall. Ayu sedari tadi mengomentari pakaian yang menurutnya sangat jelek. Zahra pun hanya terdiam mendengarnya.
Zahra melirik toko buku.
"Yu, aku ke toko buku ya?"ucap Zahra. Ayu mengerucutkan bibirnya.
"Iya deh, jangan lama ya?"
Zahra mengangguk. Ia pun menuju kearah toko buku. Ia menikmati kerapian buku di tempat itu. Begitu rapi disusunnya.
Zahra terhenti saat ia melihat orang yang tidak asing di matanya.
"Farel?"
Farel berbalik kearah Zahra. Pandangan mereka bertemu. Farel menyimpan buku yang sempat ia baca ke tempat semula lalu memutar balik tanpa menoleh kearah Zahra.
Zahra berjalan ingin menahannya "Rel, kenapa pindah? Apa itu salahku?"
Farel berhenti. Ia berbalik lalu menatap mata Zahra lembut. Dalam hati Farel masih merasakan degup jantungnya yang tidak terkontrol. Sementara Zahra langsung menunduk sambil beristighfar.
"Ini bukan salahmu, Ra. Ini hanya yang terbaik"
Zahra menggigit bibir bawahnya. "Tapi kenapa harus pindah?"
Farel kaget mendengar suara Zahra yang menahan tangisnya. "Ra, kamu jangan nangis"
Zahra menggeleng sambil menunduk. Farel memegang kedua pundak Zahra. Membuat Zahra menatap nya.
"Aku hanya pengen melakukan hal yang baik menurutku, Ra. Karena aku yakin, tanpa aku kamu pasti bahagia"
Zahra menggeleng dan semakin terisak. "Aku ga bisa, Rel. Hiks! Aku kangen sama kamu"
Farel langsung menarik gadis itu dipelukannya. Membuat Zahra melepaskan tangisannya.
Itu di tempat umum. Untung saja Zahra tidak mengeluarkan suara, hanya tubuhnya yang bergetar.
Zahra terdiam lalu melepaskan pelukan Farel.
Astagfirullah, apa yang baru saja aku lakukan? -Zahra.
Ia kesal dengan Farel. Ia mencubit lengan Farel hingga membekas merah.
"Apa yang baru saja lakuin, Rel?"ucap Zahra kesal. Farel tersenyum tipis. "Tuh kan? Aku kan udah bilang tanpa aku, kamu pasti bahagia ga bakal marah kayak gini"
Zahra hanya terdiam.
"Aku balik dulu ya, Ra. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate