Zahra dan Ilham memasuki sebuah pesta. Entah pesta apa. Yang jelas mereka diundang oleh tetangga mereka.
Zahra tampak cantik dengan balutan gamis berwarna hijau dan hijab berwarna hitam. Ilham pun serasi warnanya dengan Zahra.
"Hai, Ra"
Zahra berbalik ke arah belakang. Ada Farel, ia tersenyum manis pada Zahra. Zahra melirik perempuan di samping Farel, Ayu.
"Mau berdansa denganku?" Zahra mengangguk dan segera mereka pergi ke lantai dansa.
Farel sedari tadi menatap sendu ke arah Zahra. "Aku sakit, Ra"
"Sakit apa, Rel?"
"Aku sakit saat tau kalo kamu udah nikah sama Ilham"
Zahra hanya terdiam. Ia berbalik ke arah Ilham dan Ayu yang terdiam sambil melihat mereka. Zahra melepaskan genggaman tangannya dan Farel lalu ia pun menuju Ilham dan Ayu.
"Kamu jahat, Ra. Kamu nutupin semuanya dari aku? Aku itu sahabat kamu, Ra. Dan kenapa kamu menikah dengan lelaki yang aku suka??? Sahabat macam apa kau ini?! " ucap Ayu sambil melipat tangannya di dada.
"Maaf, Yu. Semua di luar dugaanku"ucap Zahra sambil menunduk. Saat Zahra mengangkat kepalanya, suasana pesta yang sangat ceria dan ramai kini berubah menjadi kesunyian. Dan hanya ada seorang perempuan yang memakai topeng menyeringai sambil memegang pisau kearah Zahra."Si-siapa kamu?"tanya Zahra.
"Aku akan membunuhmu!! Karena kamu merebut laki-laki yang aku suka dari dulu!!!"
Nafas Zahra tercekat. Wanita itu bersiap menancapkan pisaunya ke arah Zahra.
"Aaaaa!!!!"
"Ra? Astagfirullah, Ra? Kamu ga apa-apa? Kamu barusan mimpi buruk?"
Zahra mengusap wajahnya pelan. Rasanya ia ingin menangis saja. Kejadian di dalam mimpinya seperti nyata. Kata-kata yang dilontarkan para sahabatnya merujuk pada kesalahan Zahra.
"Ra, kamu baik-baik aja kan?"tanya Ilham khawatir. Tiba-tiba ia langsung memeluk Zahra dan mengusap kepala Zahra pelan.
"Jangan diingat, Ra. Semua hanya mimpi"ucap Ilham.
Benar kata Mas Ilham, semua ini hanya mimpi buruk - Zahra.
Zahra mencoba merilekskan pikirannya. Lalu ia pun tertidur dalam pelukan Ilham.
***
Zahra melangkahkan kakinya ke Universitas Indonesia. Ia merasakan jantungnya berdetak kencang.
Tenang, Ra
Zahra menghembuskan nafasnya berkali-kali berharap jantungnya akan stabil.
Zahra tiba di depan aula. Ia tersenyum dan menghembuskan nafas lega. Dengan langkah besar Zahra memasuki aula dan segera mencari tempat duduk.
***
Zahra melirik arlojinya sekali lagi. Ia menghembuskan nafasnya pelan, Ilham belum datang juga. Ia celingak-celinguk.
Jalanan sangat sepi. Karena ia sudah menunggu dari 2 jam yang lalu, dan calon MABA juga banyak yang sudah pulang.
Drrt!!! Drrtt!!!
"Nomor yang tidak dikenal??"gumam Zahra. Ia ragu mengangkat telepon itu. Tapi, jika itu penting bagaimana?? Dan Zahra pun menekan tombol hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate