Siang ini, Ilham tersenyum terus. Pasalnya, Zahra sudah dibolehkan pulang. Ia melirik Zahra yang masih terdiam melamun. Dikecupnya pelan pipi Zahra.
"Yuk sayang, masuk"ucap Ilham sambil menuntun Zahra memasuki rumah mereka.
Air mata Zahra runtuh, ia tidak kuat menahan beban di hatinya. Sekuat apa pun dia berusaha, ia akan jatuh. Dan hanya air mata sebagai saksi kesakitan hatinya.
Ilham menarik Zahra kuat hingga Zahra masuk ke dalam pelukannya. Hanya rintihan hati dan tangisan penuh dengan emosi yang dirasakan Zahra.
Ilham tahu bagaimana perasaan Zahra. Bahkan ia sama terpukul nya saat tahu bahwa bayi di kandungan Zahra tidak bernyawa dan sudah keguguran.
"Ra, semua yang Allah berikan, cepat atau lambat akan kembali padaNya"
Zahra mengeratkan pelukannya. Ilham mengelus kepala Zahra pelan. Lalu digendongnya ala bridal style ke kamar.
Ia meletakkan Zahra yang terdiam di atas kasur lalu menarik selimut sebatas dada untuk Zahra. Dikecupnya kening Zahra lama. Lalu ia membacakan doa meminta perlindungan pada Allah untuk istrinya.
"Mas, mandi dulu ya Ra"ucap Ilham lalu beranjak ke kamar mandi.
***
Zahra membuka matanya. Ia melirik jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Ia melirik Ilham. Begitu damai tidurnya.
Kejadian-kejadian itu berputar lagi di kepalanya. Ia menutup kedua telinganya seraya menahan tangis.
"Aku mandul...hiks..."
Zahra melorot ke lantai.
"Mas, jika aku tidak bisa memberi mu keturunan lalu apa gunanya aku menjadi istrimu?"
Lama ia menatap Ilham yang masih tertidur pulas. Ia menghembuskan nafasnya pelan. "Sepertinya meninggalkanmu adalah pilihan yang tepat"
Zahra berjalan mendekati meja kerja Ilham, disana ia mengambil bolpoin dan secarik kertas. Ia ingin pamit melalui kertas itu.
Setelah itu, Zahra mulai membereskan pakaiannya dan bergegas meninggalkan Ilham sebelum lelaki itu terbangun. Saat ia akan menutup pintu kamar, ia membukanya lagi. Ia pasti akan merindukan suaminya.
Dengan langkah pelan ia menghampiri Ilham lalu mencium pelan namun cepat kening suaminya.
"Aku pamit, Mas. Jaga dirimu"
Zahra menutup mulutnya lalu bergegas keluar dari kamar juga rumahnya.
***
Ilham berbalik ke samping kiri hendak memeluk Zahra. Ia membukan matanya saat ia tidak menggapai badan Zahra.
Ilham melirik kamar mandi. Tidak ada suara gemericik air. Apa Zahra sedang memasak?
Ilham melirik jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sudah selesai Adzan subuh. Ia pun beranjak hendak menunaikan shalat subuh. Pasti Zahra sudah menunaikannya dari tadi.
Tapi kenapa tidak membangun kan ku Zahra?
Setelah sholat subuh, Ilham pun bertujuan untuk menghampiri Zahra ke dapur. Namun, yang ia dapatkan hanya kesunyian. Tidak ada tanda-tanda bahwa Zahra berada di dapur. Ia pun mengecek seluruh isi rumah, kosong!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate