Subuh ini Zahra terbangun dan segera memeluk guling yang di samping kanannya.
"Astagfirullah! Aku baru sadar kalo kemarin aku nyuruh Mas Ilham tidur di sofa"gumam Zahra saat tersadar di sampingnya sudah tidak ada Ilham.
Ia melirik jam dinding di kamar itu. Alhamdulillah sudah sepertiga malam. Di malam dengan waktu sepertigamalam Allah ingin mendengar keluhan kita. Dan Zahra sangat menyukai waktu sepertiga malam itu. Mungkin sudah menjadi bagian di hidupnya.
Segera Zahra bergegas dan menuju Ilham. Ia tersenyum melihat Ilham yang tertidur pulas di sofa. Zahra mematikan TV yang baru saja selesai menyiarkan siaran bola.
Pasti begadang lagi.
Zahra memeluk Ilham dengan posisi duduk.
"Ra?" suara Ilham dengan serak. Sepertinya ia terbangun.
"Mas, tahajjud yuk"ucap Zahra. Ilham mengangguk sambil mengucek matanya.
"Mas, maaf ya Zahra usir Mas dari kamar"ucap Zahra pelan sambil memainkan jarinya di atas dada Ilham. Ilham tersenyum.
"Engga apa-apa, aku tahu bumil kan moodnya sering ubah-ubah"jawab Ilham. Zahra tersenyum.
"Jadi tahajjud ga nih?"tanya Ilham. "Yaudah ayok"jawab Zahra.
Mereka pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajjud.
"Assalamualaikum warrahmatullah"ucap Ilham mengakhiri sholat sambil menengok kearah kanan.
"Assalamualaikum warrahmatullah"ucapnya lagi sambil menengok kearah kiri. Lalu ia pun berdoa.
"Ya Allah Ya Rabb, Allahumagfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani shogiro. Ya Allah Ya Rahman, lindungilah rumah tangga hamba dari orang yang dengki apabila dia dengki, lindungilah rumah tangga hamba apabila ada pertengkaran kecil. Semoga pertengkaran yang terjadi di rumah tangga hamba memperkuat cinta kami. Ya Allah Ya Rohim, terima kasih Engkau telah mempercayakan sebuah ruh di dalam rahim istri hamba, semoga dia akan menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya dan selalu taat padaMu. Aamiin"
"Aamiin"Zahra mengamini doa suaminya. Ilham berbalik ke arah Zahra. Zahra segera menyalami tangan Ilham, begitupun Ilham segera mencium kepala Zahra.
Zahra mengangkat kepalanya.
"Ra, kamu nangis?"tanya Ilham yang melihat air mata Zahra yang keluar. "Zahra terharu Mas. Barakallah, Mas. Zahra masih ga percaya bisa mendapatkan imam yang berbakti sama Allah"
Ilham tersenyum lalu menghapus jejak air mata Zahra. "Akulah yang bersyukur, Ra. Aku bersyukur bisa mendapatkan bidadari surga seperti kamu. Yang selalu mengingatkan aku untuk sholat tahajjud. Padahal tadi aku agak ragu bisa atau tidak bangun untuk sholat tahajjud. Saking asiknya nonton bola, Ra"
Zahra tersenyum mendengar ucapan Ilham. Ia segera mendaratkan kepalanya di dada bidang Ilham.
"Oh iya Ra, sebentar kamu ke kampus kan?"tanya Ilham.
"Iya, Mas"
"Nanti aku yang anter ya"
Zahra menggeleng. "Aku naik angkot aja, Mas"
Ilham menggeleng kuat. "Aku kan suami kamu, Ra. Lagian kamu lagi hamil, entar kalo tiba-tiba kamu muntah? Yang panik siapa? Tukang angkotnya kan?"
Zahra terkekeh. "Bukan, Mas. Mas lupa ya? Ayu kan satu gedung sama aku, nanti kalo ketahuan gimana?"
"Tenang aja, Ra. Allah akan membantu kita"
Zahra mempererat pelukannya. "Kenapa kita ga bisa jujur, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate