45

3.6K 225 12
                                    

Seorang wanita paruh baya memasuki apartemen Ilham. Hanya seorang diri, lelaki yang biasanya menemaninya sedang sibuk kerja.

Tok! Tok! Tok!

"Cklek!"

Ilham tersenyum melihat mertuanya datang.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, Bu. Masuk, Bu" Ilham mempersilahkan mertuanya duduk. Wanita itu celingak-celinguk lalu menghela napas. Tidak ada yang berbeda dari 3 hari yang lalu.

"Kamu udah sehat, Ham?"

Ilham menggeleng lemah. "Saya kan udah bilang, Bu. Obat saya itu Zahra"

Ibu tersenyum miris. "Tadinya ibu datang pengen ngajakin kamu nyari Zahra. Tapi kan kamu—"

"Saya sudah sehat kok Bu" sanggah Ilham cepat.

"Tapi belum sepenuhnya kan?"

"Bu, Ilham pengen cari Zahra. Ayolah, Bu. Hanya ibu yang mengerti perasaan saya"rengek Ilham. Ibu terdiam lalu menggeleng. Ilham kecewa.

"Kalo begitu saya tidak akan minum obat sampai Zahra kembali"ucap Ilham. Ibu kebingungan sendiri. "Ham, kamu—"

"Pokoknya titik. Saya ga akan minum obat sampai Zahra kembali"

Pertahanan Ibu pun runtuh. Ilham adalah orang yang nekat. Ibu menghela napas, setelah itu mengangguk. "Tapi, ingat! Harus minum obat walaupun hasil pencarian nihil?"

Ilham tersenyum "Baiklah"

***

Keringat dingin mulai turun dari dahinya, disekanya. Orang yang di sampingnya khawatir. "Ham, harusnya tadi kamu minum obat dulu sebelum pergi"

Ilham hanya tersenyum.

Mereka sedang mencari Zahra di seluruh tempat yang pasti Zahra kunjungi. Mulai dari taman, sekolah, bahkan rumah-rumah teman Zahra. Siapa tahu Zahra bercerita pada mereka. Namun hasilnya nihil.

Matahari pun sudah naik sejajar dengan kepala, panas matahari begitu terik. Cahaya memantul pada jendela mobil. Pada akhirnya mereka berencana pulang karena lelah. Bukan mereka, hanya ibu, ibu yang memaksa pulang.

Ilham hanya mengangguk pasrah karena kondisi mertuanya yang sedang hamil tidak memungkinkan untuk tidak istirahat.

"Pak, berhenti sebentar"ucap Ibu Zahra pada sopir pribadi yang mereka pesan. Ilham melirik wanita itu.

"Ibu, haus. Mau beli minum sebentar di warung itu. Kamu nitip apa Ham?"

"Air mineral aja, Bu"

Ibu mengangguk lalu turun dan berjalan menuju warung di seberang jalan. Ilham menyeka keringatnya yang kembali turun. Seharusnya dia tidak melupakan obatnya.

Ilham menghela napas. Kenapa menemukanmu sangat sulit, Ra? Apakah ini memang sudah takdir Illahi? Kamu di mana? Aku rindu.

Ilham menatap kosong ke arah luar jendela. Ia mengamati orang yang berlalu lalang dan agak berlari karena cuaca sangat panas.

Brukk!!

Wanita di sampingnya itu berusaha mengambil ponselnya yang jatuh dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang beberapa kantung yang berisi sayuran segar.

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang