32

11.6K 596 10
                                    

"Hey! Cow's chubby!! Wait me!!!"teriak Farel di ujung koridor kampus.

Zahra memutar bola matanya malas lalu menghembuskan nafasnya pelan. Sabar Ra, batinnya.

Lantunan zikir astagfirullah selalu dirapalkan dalam hatinya. Daripada ia memarahi sahabatnya itu, tidak ada gunanya.

"Hey bumil"ucap Farel sambil tersenyum meledek. Untung saja sepi, hanya mereka berdua.

"Assalamualaikum!"ucap Zahra.

"Waalaikumsalam"jawab Farel.

"Gimana laporannya Rel? Udah?"tanya Zahra. Ia baru mengingat ada tugas dari Pak Robi tentang laporan Bahasa Indonesia.

"Alhamdulillah udah"jawab Farel.

"Alhamdulillah selamat"ucap Zahra sambil mengelus dadanya. Farel terheran.

"Selamat dari apa, Ra?"

"Selamat akhirnya aku ga jadi dihukum sama Pak Robi" Zahra tersenyum penuh arti.

Farel memutar bola matanya. "Pasti ga kerja tugas lagi kan?"

Zahra hanya terkikik geli karena Farel mengetahui alasannya.

"Iya deh yanh mesra-mesraan bareng suami"celetuk Farel.

"Hahah makanya cepetan sana khitbah Ayu"ucap Zahra.

"Alhamdulillah, seminggu lagi aku akan mengkhitbah dia"ucap Farel.

Zahra terbelalak. "Beneran, Rel?"

"Iya, Ra.  Masa aku main-main sih?"

"Alhamdulillah, akhirnya teman-temanku ga jomblo lagi"

"Apaan sih? Gaje banget! Dasar Bumil!!!"

"Farel!!!!!"

***

I

lham menatap datar seorang remaja yang sedang menunduk sambil mengerucutkan bibirnya. Sesekali ia menghela napas pelan sambil melirik Ilham.

"Ini sudah berapa kalinya kamu melanggar peraturan?"tanya Ilham dingin.

Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, ia takut pada Ilham walaupun di hatinya beberapa love love beterbangan tidak tentu arah.

"Jawab Siska!"

Siska menelan ludahnya. Ia melirik ke arah belakang menggunakan ekor matanya, sudah tinggal mereka berdua di depan tenda.

"Su-sudah 3 kali Pak"jawab Siska pelan.

"Lalu?"

Siska mendongak. Ia tidak paham.

"Lalu apakah saya harus memberitahukan pak Komandan bahwa pelatihan yang kamu lakukan beberapa minggu ini gagal sampai di sini?"

Mata Siska membulat.

"Jangan Pak, saya mohon"pinta Siska. Matanya berkaca-kaca. Ia memikirkan omongan tetangga pada keluarganya nanti.

Ilham menghembuskan nafas kasar lalu berbalik sambil menggeleng.

Siska menutup mulutnya dengan tangan kanannya, agar isakannya tidak terdengar.

Walaupun begitu, Ilham tahu bahwa wanita itu sudah menangis.

"Saya beri kamu satu kesempatan, besok pagi jam 6 segera di sini, jangan jam karet, perlengkapan kamu siapkan. Dan kita mulai, sebelum semua peserta mulai ramai di sini. Paham??"

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang