Akhirnya hari bahagia yang ditunggu Zahra pun sudah terlaksana. Ia dan Ilham sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Hanya kerabat dekat saja yang menghadiri pernikahan mereka. Tempatnya pun dilaksanakan di Masjid dekat rumah Zahra.
Zahra masih memeluk Ayahnya. Ia masih seperti anak kecil. Bahkan baju yang ia kenakan masih baju pengantinnya..
Ibu melangkah kearah Zahra dan Ayah.
"Astagfirullah Zahra!"
Zahra langsung melepaskan pelukannya pada Ayahnya dan langsung menatap ibunya bingung.
"Kamu dari tadi di sini sama ayah? Suami kamu dari tadi nyariin"ucap ibu.
Zahra menepuk jidatnya. "Astagfirullah! Zahra lupa!"
"Lupa punya suami, Ra?"tanya Ardan di belakang Zahra. Zahra menatap ibu sambil terkekeh.
"Udah sana cepetan!"
Zahra langsung berlari menuju kamarnya.
Brukk!!!!
Zahra menabrak Ilham sampai terjatuh. Ia berada di atas Ilham.
Zahra langsung berusaha bangun dsri posisinya. Namun tangan Ilham mencegahnya pada pinggang Zahra.
"Gini aja dulu, Ra"ucap Ilham.
Zahra merasakan pipinya memanas. Denyut jantungnya meningkat. Bukan, bukan hanya denyut jantungnya. Tapi ia dapat mendengar denyut jantung Ilham.
Ilham menatap intens setiap sudut wajah kekasih halalnya itu. Dia tidak membiarkan kehilangan satu persen saja menikmati rincian wajah Zahra.
"Astagfirullah!!!! Inget! Pintunya ditutup, ga menghormati orang yang belum nikah aja!"ucap Ardan sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.
Zahra dan Ilham segera bangun dan terkekeh melihat kelakuan Ardan.
"Iya deh yang belum halal!"teriak Zahra.
"Iya deh yang udah halal!"balas Ardan.
***
Zahra keluar dari kamar mandi. Handuk masih melingkar di lehernya, air begitu menyegarkan. Ia memandangi Ilham yang sedang membaca Al-Quran.
Ya Allah, terima kasih Engkau memberikan imam yang suka membuka Al-Quran untuk membaca ayat-ayatMu.
"Shodaqollahulazzim"ucap Ilham sembari menutup Al-Quran.
"Kamu lagi ngapain, Ra?"tanya Ilham. Zahra salah tingkah, ia terbuai melihat Ilham membaca Al-Quran.
"A-aku mau mandi"jawab Zahra asal-asalan.
"Mandi? Bukannya kamu habis mandi?" Dalam hati Ilham sudah tertawa geli mendengar jawaban Zahra.
"Ish kak Ilham udah deh! Jangan godain Zahra terus"ucap Zahra malu campur kesal.
Ilham tertawa lepas sambil memegangi perutnya. Zahra mengerucutkan bibirnya lalu berjalan hingga ke pojok ranjang.
Ilham menyadari tingkah Zahra. Ia langsung berjalan dan duduk di samping Zahra.
Ilham mengalungkan lengannya di leher Zahra.
"Sayang, jangan marah dong"ucap Ilham berbisik. Pipi Zahra merona karena dipanggil Sayang.
Zahra tetap pada posisinya, ia pun hanya terdiam. Pikiran Ilham mulai kacau, ia takut istrinya itu ngambek pada dirinya.
"Sayang, aku janji ga bakal godain kamu lagi"ucap Ilham. Zahra tersenyum.
Kak Ilham emang takut banget aku ngambek. Hihi.
Cup!
Zahra mencium pipi kiri Ilham sekilas. Ilham menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Ka-kamu—"
Cup!
Zahra mencium pipi kanan Ilham. Lalu Zahra segera meninggalkan Ilham yang masih mematung.
"Ra, nanggung dikit lagi!"
***
"Tuh! Adek kamu aja udah duluan nikah daripada kamu"ucap ayah. Mereka sedang makan bersama.
"Oh iya, ibu mau nagih janji sama kamu Ardan"ucap ibu. Ardan menaikkan alisnya satu.
"Ardan ga pernah janji sama ibu"ucap Ardan mencoba mengingat-ngingat.
"Janji kamu bakalan khitbah cewek kamu"ucap ibu.
Ardan mengangguk paham. Tapi di lain sisi ia mulai mengingat kenyataan pahit itu lagi.
Zahra yang melihat perubahan wajah Ardan mulai khawatir. "Kak Ardan pasti akan membawa pilihannya kok Bu, Yah"
Ardan terdiam.
"Iya kan kak??" Ardan mengangguk.
"Oh iya. Ra, gimana kamu mau lanjut kapan?"tanya Ilham.
"Lusa udah pengumuman kak Ilham"jawab Zahra sambil tersenyum.
Ilham menunjukkan kekesalan pada wajahnya. Ia pun beranjak menuju kamar."Kak Ilham marah ya Bu?"tanya Zahra.
Ibu menghembuskan nafasnya. "Kamu harusnya lebih peka, Ra"
Zahra menyadari kesalahannya. Ia langsung mengikuti Ilham.
"Kak, kak Ilham marah?"tanya Zahra.
"Kamu ga anggap aku suami kan, Ra?"ucap Ilham dingin. Zahra merasa takut.
"Kok kak Ilham ngomong gitu sih?"ucap Zahra takut. Tangannya bergetar. Air matanya mulai menetes.
"Loh, kamu ngapain nangis?"tanya Ilham khawatir. Ia langsung merengkuh Zahra ke dekapannya.
"Aku takuuut hiks"
"Maafin aku,Ra"ucap Ilham sambil melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata Zahra.
Zahra menggeleng. "Zahra yang salah, seharusnya Zahra yang minta maaf"
"Ssst!!! Enggak kok Ra"ucap Ilham pelan. Ia menatap Zahra. Mereka saling menatap, tangis Zahra pun mereda.
"Kak Ilham ga marah??"tanya Zahra mencairkan suasana.
"Tadi sih sempat marah"
"Kak Ilham marah kenapa?"
"Ga suka kamu manggilnya 'kak Ilham'. Aku kan bukan Ardan, Ra"
Zahra terdiam. Ia mengerti apa yang dimaksud Ilham.
"Jadi?"
***
"Mas Ilham"goda Zahra.
"Ra, udah deh jangan godain aku mulu"ucap Ilham. Sedari tadi Zahra menggodanya, pipi Ilham pun mengembang menanggapinya.
"Bilang aja Mas suka kan?"
Ilham langsung berjalan kearah Zahra. Zahra memundurkan langkahnya hingga ia menabrak tembok.
Nafas Ilham bisa Zahra rasakan.
"Mas emang suka, tapi..."
Ilham menipiskan jarak di antara mereka. Zahra menutup matanya. "Tapi mas sukanya lihat kamu merem, kayak minta dicium gitu"
"Mas Ilham!!!!"
Ilham tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate