52

19.1K 691 15
                                    

Tepat tiga hari yang lalu surat dari Pengadilan Kantor Agama di tangan Zahra. Hari ini sidangnya. Ia tidak berminat mendatangi sidang itu.

Toh, kehadirannya tidak akan membuat suaminya berubah pikiran. Ia hanya bisa menguatkan dirinya dengan berdoa pada Illahi.

Di sinilah Zahra, sudah beberapa hari ia tinggal di Rumah Allah. Ia ingin mengasingkan diri dari semua keluarganya. Percuma mendatangi rumah orang tuanya. Ayahnya sudah melarang dia. Ini konsekuensinya.

Sudah banyak kali Zahra mendengarkan ceramah di Masjid ini, bahkan ia meminta saran yang baik dari para ustadzah.

Semuanya ditolak Zahra hanya satu ceramah yang ia simpan dalam hati. Yaitu, berserah diri.

Ustadzah Rani pernah bilang "Jika ia jodohmu, Allah akan membuat skenario yang indah untuk kisah kalian. Anggap saja perkara dalam rumah tangga itu sebagian kecil dari skenario Allah. Dia membuat bumbu-bumbu dalam rumah tangga kita. Seperti halnya dalam rasa, ada rasa manis, asin, asam, dan pahit. Jadi, tidak semua keadaan itu manis. Tinggal bagaimana kita menyikapi semua keadaan itu dengan ikhlas. Berserah diri lah pada Allah jika kamu tidak mampu lagi. Allah akan memberikan jalan"

Allah akan memberikan jalan. Ya, Zahra percaya itu. Hanya sekarang, Zahra tidak tahu harus melakukan apa.

Masalahnya, semakin Zahra bertindak memperkuat kepercayaan di hadapan suaminya. Malah semakin membuat suaminya tidak mempercayai dirinya.
Aku ikhlas Ya Allah. Jika Mas Ilham memilih perceraian ini, aku ikhlas. Aku hanya kehilangan dia, tapi aku tidak ingin kehilangan Mu.

"Ra, ayo makan" ucap Bu Ati, istri penjaga Masjid. Ia tersenyum pada Zahra. Sudah beberapa kali Bu Ati mengajak Zahra makan, namun selalu ditolak.

"Jangan katakan tidak lagi, Ra. Allah murka pada manusia yang mempersulit dirinya sendiri"

Zahra segera mengambil makanan yang dipersiapkan oleh Ibu Ati. Dia memakannya.

Zahra pernah mendengar saat guru Bahasa Indonesia kelas 10 nya berkata, "Penyakit lambung itu bukan karena terlambat makan, tapi karena penyakit hati. Makanan sudah banyak yang masuk ke dalam perut, namun saat kita merasakan hati kita sakit, rasanya makanan itu sama saja belum kita makan. Tidak enak rasanya"

Zahra melahap makanannya. Ia tidak mau keadaannya membuat Ibu Ati dan keluarga cemas.

"Percayakan sama Allah, Ra"ucap Ibu Ati saat melirik Surat di samping Zahra. Zahra hanya diam, ia capek memikirkan semuanya.

"Assalamualaikum, Ra"

Sontak mata Zahra dan Bu Ati tertuju pada pintu masuk Masjid. Di sana ada seorang lelaki yang masih berusaha menetralkan laju jantungnya. Tampaknya ia baru saja berlari.

"Farel?"

Farel mendekati Zahra dan Ibu Ati. "Ra, Ilham—"

"Stop, Rel! Udah. Hiks. Jangan buat aku tambah sakit lagi. Udah cukup, Rel. Udah" lirih Zahra.

Dari tadi ia menahan mati-matian agar air matanya tidak tumpah lagi. Namun, barusan Farel datang menggores luka nya lagi.

Ibu Ati mengusap pelan belakang Zahra. Ia mengucapkan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun Zahra membalasnya bahwa sekarang keadaan tidak baik-baik saja.

"Ilham kecelakaan, Ra"

Mata Zahra terpaku pada Farel sekarang. Nafasnya terhenti tiba-tiba. Suaminya kecelakaan???

"Tadi dia membatalkan perceraian kalian di sidang, ia mengingatmu sekarang Ra. Sekarang dia ada di Rumah Sakit. Dia kritis. Apa kamu tidak akan menjenguknya?" kata-kata Farel yang diucapkannya pelan membuat Zahra mematung.

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang