39

11.2K 611 4
                                    

Ilham menghirup bunga yang berada di tangannya. Sebelum ke rumah sakit, ia mampir ke Toko Bunga untuk membeli sebuket bunga untuk Zahra.

Zahra suka bunga. Katanya, karena dengan melihat bunga pikirannya akan tenang dan karena mencium wanginya seperti beban Zahra akan hilang. Dan Ilham tahu itu.

Ilham bergegas menuju ruangan tempat Zahra dirawat. Ruangan VIP yang sesekali dicek oleh perawat.

Ilham memutar kenop pintu ruangan itu, lalu ia pun melangkah masuk. Ditaruh nya bunga itu di samping kanan Zahra. Ia tersenyum melihat Zahra.

Aku akan tersenyum, Ra. Karena kamu pernah bilang, jika aku melihatmu aku harus tersenyum, bagaimanapun keadaannya.

"Assalamualaikum sayang, pagi yang sangat cerah ya"ucap Ilham. Seakan-akan Zahra sedang sadar dan mengobrol dengannya.

Ilham menghampiri jendela lalu membuka tirainya. Cahaya lembut dari matahari nampak sekali, apalagi pagi ini masih menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Lalu ia mendekati Zahra lagi lalu mencium keningnya lama.

"Ra, kamu ga buatin Mas makanan? Mas lapar, Ra. Kan biasanya kamu buatin Mas makanan pagi-pagi begini"

"Oh iya, Ra. Ardan sama Rista udah datang loh. Katanya sih sekitar jam 10 sebentar mereka akan datang buat jenguk kamu"

"Kok kamu masih diam sih, Ra? Kamu marah ya sama Mas? Apa karena Mas ga kerja? Mas kerja kok, Ra. Cuma Mas undur waktunya dikit lagi. Soalnya Mas pengen lihat wajah kamu pagi-pagi"

Ilham menghembuskan nafasnya pelan.

"Ra, semua merindukan kamu"

Drttt!!! Drtt!!!

Ilham segera mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Dari Aril.

"Halo, Ril"

"Ham, lo segera ke kantor gih. Ada yang mau komandan bicarain sama lo"

"Sekarang?"

"Iya, ga apa-apa kan?"

"Iya, ga apa-apa. Oke gue segera ke sana"

Tut!

Ilham melirik Zahra yang masih menutup matanya. Ia mencium kening Zahra lagi.

"Mas, pergi kerja dulu ya, Ra. Kamu Mas tinggalin dulu, nanti perawat datang lagi untuk melihat keadaan kamu. Dan Ardan juga Rista akan datang sebentar lagi. assalamualaikum"

Ilham pun melangkah ke luar ruangan.

Setetes air keluar dari pelupuk mata Zahra. Tapi si empu masih senang menutup matanya.

***

Lelaki dengan kemeja hitam itu baru keluar dari rumahnya. Setelah 2 hari mengunci dirinya di dalam rumah. Ia siap menghadapi dunia lagi. 

Farel menyalakan mobilnya dengan remote sambil berjalan ke arah mobilnya. Setelah memasuki mobil lalu memasang seatbelt ia pun siap menemui seseorang tempat bersandarnya dulu. Si gadis kecil mungil kerinduannya.

Lampu berwarna merah itu menyala saat Farel akan melewatinya. Dengan kesal Farel pun memberhentikan mobilnya.

Ia memutar musik slow sambil sesekali ikut menyanyi. Biarkan dirinya kuat untuk sementara. Dia yakin jodoh sudah ada yang atur. Mereka akan bertemu di saat yang tepat.

Farel terpaku melihat seorang wanita yang memakai motor matic berada di sampingnya. Kata itu terngiang lagi di pikirannya.

Jodoh sudah ada yang atur. Mereka akan bertemu di saat yang tepat.

Lampu hijau menyala. Farel mengikuti gadis itu.

***

Ardan mengusap kepala adiknya itu dengan tatapan sedih. Ia mengepalkan tangannya.

"Aku ga akan biarin orang nyakitin kamu akan hidup, Ra"gumamnya. Rista membelalakkan matanya. Ia mendengar ucapan Ardan.

"Mas, maksud kamu?"ucap Rista yang menunggu jawaban Ardan yang diam sambil membelakanginya.

"Aku ga akan biarin orang nyakitin adikku hidup, Ris. Aku ga akan biarin"

"Mas, jangan gegabah"

"Mas, akan nerima konsekuensinya, asal dia mendapatkan nasib seperti ia memperlakukan Zahra dengan kejam"

"Termasuk dengan masuk neraka?"

Ardan terdiam.

"Mas, aku tahu bagaimana perasaan Mas. Tapi kita seharusnya memahami keadaan ini sebagai ujian. Kita harus sabar. Bukan dengan membalas perlakuan Ayu. Kalau kita membalasnya, lalu apa bedanya diri kita dengan Ayu?"

"Jangan sebut nama itu, Rista!"

Rista terdiam. Ardan melangkah pergi hendak meninggalkan ruangan itu. Namun dengan cepat Rista memegang lengan kekarnya.

"Apa pun yang terjadi. Cuma Allah jalannya. Itu ucapan Mas dulu padaku"ucap Rista tanpa menatap Ardan. Ia pun melepaskan genggamannya lalu berjalan mendekati Zahra. Sedangkan Ardan, melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan.

***

Terima kasih atas jawabannya di Part Numpang tanya. Insya Allah, tiap hari aku update kalo ga ada hambatan. 😊 Biar cepat selesai.

Terus Voment ya teman-teman, aku selalu buka koreksi dari kalian kok 😊

Salam hangat sahabat watty 😊

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang