49

3.2K 236 13
                                    

Zahra bangun dari posisi tidurnya. Ia menguap berkali-kali. Mengucek matanya sebentar sambil mengumpulkan nyawa nya. Sudah pukul 2 pagi, Zahra akan melaksanakan sholat tahajjud.

Ia segera bergegas menuju kamar Ilham. Apa lelaki itu masih tertidur? Zahra menempelkan telinganya di depan pintu. Ia tidak mendengar suara apa pun.

Cklek!

Brukk!!

"Aw!" Zahra meringis memegang sikunya yang baru saja terkena lantai. Orang yang menjadi tersangka utama itu hanya menatapnya kebingungan.

"Lo ngapain?"

Zahra segera bangun sambil masih mengusap sikunya yang lumayan terasa perih.

"Zahra pengen bangunin Mas, eh Mas malah buka pintu"

"Ngapain?"

"Tahajjud"

Ilham mengangguk. "Gue udah biasa tahajjud. Jadi lo ga perlu cari alasan buat nyuri-nyuri liatin gue"

Zahra hanya terbengong melihat punggung Ilham yang menuju dapur. Lelaki itu aneh sekali. Apa dia masih tidur?

Baguslah, kalo Mas Ilham sudah biasa bangun.

Zahra pun segera mengambil wudhu dan segera memakai mukenah. Ilham datang dari luar dengan rambut yang basah, ia habis mengambil wudhu.

Diliriknya Ilham sebentar. Sebenarnya ia ragu untuk sholat bersama Ilham. Apakah lelaki itu akan mengizinkan mereka sholat bersama?

"Mas ngizinin Zahra tahajjud sama Mas atau enggak?"tanya Zahra pelan. Takut saja, bila Ilham menolak.

Terdengar helaan napas dari lelaki itu. "Boleh kok"

Ingin rasanya Zahra berlari ke arah luar sambil berteriak kegirangan. Segera Ilham meraih peci dan sajadahnya. Mereka pun tahajjud bersama.

***

Yang namanya jodoh memang tidak kemana. Mau dia selupa apa pun pada jodohnya, tapi jika Allah yang berkehendak? Mereka bisa apa?

Zahra menutup bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Ia memasuki kuliahnya lagi, mengulang dari semester awal.

Hari ini Ilham berkata akan menjemputnya. Zahra melirik arlojinya sambil menuruni tangga. Semoga suaminya belum sampai di gerbang. Karena kalau tidak, Zahra akan merasa bersalah karena membiarkannya menunggu.

Mobil Ilham terlihat dari jauh. Senyum Zahra mengembang. Ia tidak tahu harus bagaimana untuk mengungkapkan kebahagiannya.

Senyum Zahra pudar saat melihat kursi yang biasanya dia tempati telah ditempati oleh seorang wanita yang keheranan melihat Zahra. Sedangkan di kursi sebelah wanita itu, Ilham mengintip Zahra.

"Lo mau masuk atau enggak?"

Zahra segera masuk, duduk di jok belakang. Wanita yang memakai dress sependek lutut itu memandang sinis ke arah Zahra.

"Kenalin Syah, dia Zahra. Orang yang mau dijodohin sama gue, ngaku-ngaku sebagai istri gue"

Zahra menatap Ilham yang seakan tidak bisa mengontrol omongannya itu. Sedangkan, wanita itu hanya tertawa.

"Dan lo, Ra, kenalin Aisyah, teman gue"

Aisyah tersenyum sinis pada Zahra. Zahra hanya menjawabnya dengan senyuman kikuk.

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang