Perlakuan Ilham memang seperti bunglon. Bisa berubah kapan saja. Yang buruknya, sikapnya berubah tanpa bilang-bilang, batin Zahra.
Akhir-akhir ini Ilham sedikit protektif padanya. Sedikit??? Oh tidak!
Ilham selalu menyempatkan waktu untuk mengingatkan Zahra meminum vitamin dan jangan lupa makan. Bahkan setiap 3 jam Ilham pasti menyuruh Zahra makan.
Saat ada kerjaan mendadak dari sang komandan pada saat malam, Ilham menyempatkan diri untuk membeli makanan kesukaan Zahra yaitu ikan asin sambal hijau.
Jika sambal hijau yang Zahra sering makan dulu bersama ibunya banyak, tapi saat Ilham yang membelikan itu, sambalnya malah hilang. Zahra selalu mengeluh karena terasa asinnya.
Zahra sendiri sering diganggu "Chubby" oleh Ayu dan Farel. Malah Farel menambahkannya sedikit yaitu "Cow's chubby"
Menyebalkan bukan??
Cow = Sapi
Chubby = gemuk.Jika Sapi selalu identik dengan yang namanya gemuk, lalu untuk apa ditambahkan nama gemuk di belakangnya? Berarti Zahra over gemuk dong??
Tapi Ilham selalu memuji badan Zahra. Katanya seksi. Itu yang membuat Zahra menjadi semangat. Apalagi mengingat itu faktor kehamilannya. Kehamilan yang sudah menginjak lamanya 4 bulan.
Zahra melirik Ilham yang sedang asik dengan TV. Siaran bola sedang ditayangkan. Mulai deh dikacangin, batin Zahra.
Zahra menekuk mukanya sambil melirik Ilham. Tapi tidak ada gunanya. Ia pun membuka aplikasi Facebook di hp nya.
Cling!!
Zahra membulatkan matanya berbinar. Rupanya ada yang mengirimkan satu resep rujak ke halaman masakan yang Zahra ikuti.
Zahra menelan ludahnya.
Zahra melirik Ilham. Ia menggembungkan pipinya lalu mendaratkan kepalanya di dada Ilham. Ilham agak terkejut, namun ia tersenyum.
"Mas?"
Zahra siap menyerbu Ilham dengan sikap manjanya.
"Iya, Ra?"
"Aku laper"
"Aku bikinin mi instan sebentar ya?"
Zahra menggeleng lalu mendongakkan kepalanya. Menatap Ilham tepat di manik mata Ilham.
"Ikan asin?"tanya Ilham.
Zahra menggeleng. "Aku udah kayak ikan buntal yang diasinin"
Ilham terkekeh. "Lalu apa?"
"Rujak, Mas"
Ilham menelan ludahnya. Istrinya mengidam. Ia melirik jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Apakah masih ada yang buka?
Zahra tersadar respon Ilham. "Masih, Mas. Kita cari. Pasti masih ada yang buka. Ayo, Mas"manja Zahra.
"Iya. Yaudah yuk!"
Oh bahagianya hati Zahra.
"Tapi jangan pake sambal ya"ucap Ilham.
Zahra mengerucutkan bibirnya. "Aku heran deh. Ikan asin sambal hijau yang Mas sering beli itu ga ada sambalnya"
Ilham terkekeh sendiri.
***
Ilham celingak-celinguk memerhatikan warung-warung yang di pinggir jalan, kebetulan belum tutup.
"Kebanyakan Nasi Goreng sama Bakso, Ra. Rujak.... Nah itu dia"
Mata Zahra berbinar bahagia. Ilham langsung menepikan mobilnya menuju ke warung itu. Zahra segera turun setelah Ilham mematikan mesin mobilnya.
Ilham yang menyadari istrinya yang sudah keluar itu menghela napasnya. Zahra melupakannya beberapa detik. Ia pun bergegas turun setelah mengunci mobilnya dengan remote.
"Mas, makan rujak juga?"tanya Zahra.
"Kamu aja, Ra. Mas kan tadi udah makan masakan kamu"jawab Ilham lembut. Zahra mengangguk paham. Dengan segera Zahra menghampiri ibu pemilik warung itu."Bu, rujaknya satu ya"ucap Zahra. Ibu pemilik warung itu tersenyum ramah sebagai tanda menanggapi ucapan Zahra.
Zahra pun menyusul Ilham yang sudah duduk duluan di salah satu kursi di warung itu.
"Mas, mau minum teh?"tanya Zahra. Ilham menggeleng.
"Ra, makannya di rumah aja Yuk"ajak Ilham sambil berdiri. Zahra mengangguk. "Bu, rujaknya dibungkus aja"
"Siap neng"jawab pemilik warung itu.
***
"Makannya pelan-pelan, Ra"
Ucapan Ilham sedari tadi tidak ditanggapi oleh Zahra, responnya hanya mengangguk namun tingkahnya tidak menunjukkan bahwa dia patuh pada ucapan Ilham.
Ilham menelan ludahnya, ekor matanya mengikuti gerakan Zahra yang tidak berhenti sebentar. Apalagi melihat sambal yang Zahra minta dibanyakin oleh pemiliknya. Ilham menggeleng kan kepalanya.
"Nanti kalo sakit perut, awas ya"ancam Ilham. Zahra menatap Ilham tajam.
"Kalo bukan karena anak kamu, aku gak mungkin pengen kayak gini. Jadi ga ikhlas nih?"
Ilham menghembuskan nafasnya pelan. Dasar bumil, pikirnya.
"Demi Allah, aku ikhlas Ra. Tapi kamu juga pelan-pelan dong makannya, sambalnya juga dikit aja yang dimakan"ucap Ilham selembut mungkin.
Zahra menggeleng, "Kalo sambalnya ga dihabisin sama aku, siapa yang mau habisin? Mas? Gak kan? Nanti mubazir, kan sayang"
Ilham memutar bola matanya, istrinya itu memang punya seribu alasan.
Bahkan Ilham tahu, bahwa Zahra sering diam-diam membeli nasi goreng pedas di kantin kampus. Itu berkat Farel.
Ya, Ilham sudah tidak salah paham lagi pada Farel. Sejak pertemuan mereka yang direncanakan Zahra. Jadilah mereka sering bertemu hanya untuk membahas yang tidak penting, contohnya masa lalu Zahra.
"Nanti aku yang makan sisa sambalnya"jawab Ilham skakmat. Zahra hanya mengangguk pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate