12

14K 908 16
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Zahra tersenyum memandangi selembar kertas di tangannya dari tadi.

Ya Allah, tinggal selangkah lagi aku akan kuliah ke luar negeri.

Ia menengok kearah sampingnya. Diambilnya map biru itu lalu dibukanya sambil tersenyum.

Map itu berisi SKHU dan IJAZAH nya. Ia lulus tahun ini dengan nilai terbaik.

Ya Allah, hamba banyak-banyak terima kasih kepadaMu. TanpaMu hamba tidak bisa apa-apa.

Tok! Tok! Tok!

Zahra melirik pintunya lalu ia dengan cepat membuka pintu kamarnya.

"Ibu"

Ibu tersenyum.

"Kamu ngapain?"tanya ibu.

"Zahra ga lagi ngapa-ngapain kok Bu. Ada yang Zahra perlu bantuan,Bu?"

Ibu menggeleng "Kamu mandi nanti makan malam turun ke bawah, Oke??"

"Siap Kapten"ucap Zahra. Ibu terkekeh lalu berlalu dari kamar Zahra.

Zahra segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih lalu sholat maghrib.

  ***

"Alhamdulillah anak ayah udah lulus SMA"ucap Ayah. Zahra tersenyum menampilkan deretan giginya dengan sepasang gigi gingsul yang menyembul di pojok kanan kiri gigi depan.

"Oh iya, sebelum kita makan. Ada yang mau ayah bicarain, khusus untuk Zahra"

Zahra menatap ayahnya. Ayah menarik nafas pelan lalu menghembuskannya.

"Anak teman ayah mengkhitbah kamu, Ra. Dan Ayah sudah terima pinangannya"

Jder!!!!

Zahra masih mematung.

"A-ayah"

Ayah mengangguk.

"Yah, kenapa ayah ga beritahu Zahra dulu,  Yah?"ucap Zahra menahan tangisnya.

"Kenapa Ayah langsung terima??"lanjut Zahra

Ayah mengangguk. "Karena ayah yakin, ini yang terbaik buat kamu"

Akhirnya air mata Zahra lolos. Ia menangis tanpa isakan.

"Hapus air mata kamu, Ra."

" Apakah ayah salah menerima pinangan itu? "

"Kalo pun kamu ingin membatalkannya ayah bisa apa? "

"Ra, kamu marah sama ayah?"

Zahra menghapus air matanya, ia berusaha tegar. Lalu ia menatap ayahnya.

"Zahra ga marah sama ayah. Kalo Ayah merasa ini yang terbaik buat Zahra, Zahra percayakan semua ini sama Allah"

Ayah tersenyum sambil mengangguk. Ia mengusap pelan kepala Zahra dengan kasih sayang.

"Malam ini dia akan datang bersama Ayahnya"ucap ayah.

Tok! Tok! Tok!

Jantung Zahra berdegup kencang.

"Assalamualaikum"

Zahra terdiam menatap lelaki paruh baya yang memasuki rumahnya. Ia seperti mengenali pria itu.

Loh? Itu bukannya Pak Handoko? Ya! Dia kepsek!

Zahra masih terheran sembari menatap Pak Handoko yang semakin dekat dengan meja makan. Lalu ia duduk di samping ayahnya.

Ardan mendekat kearah Zahra lalu membisiknya.

"Jangan takut, Ra. Bukan dia yang melamarmu"

Zahra menatap Ardan yang menatapnya dengan tatapan meledek.

Muka Ardan saja sudah merah padam karena menahan tawanya.

"Gimana kabar kamu, Ra??"tanya pak Handoko.

"Baik, Pak"jawab Zahra pelan.

Pak Handoko tersenyum kearah Zahra.

"Ardan, udah punya calon?"tanya Pak Handoko pada Ardan.

Ardan gugup. "Su-sudah pak"

Zahra tersenyum kearah Ardan. Ardan menatapnya dengan tatapan dingin.

"Lama ya kita ga ketemu"ucap pak Handoko. Ardan mengangguk sambil tersenyum.

Zahra terheran.

Tiba-tiba seorang lelaki masuk "Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Hah?!"

Zahra terbengong. Lelaki itu tersenyum manis.

Apa ini mimpi?

Zahra mencubiti telapak tangannya lalu meringis.

Lelaki itu mendekat kearahnya lalu duduk di sampingnya.

"Gimana kabar kamu, Ra? Lama tidak berjumpa"

***

Siapakah yang melamar Zahra???

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang