44

3.7K 245 7
                                    

"Baiklah aku akan memberi jawaban"ucap Ardan menghela napas sambil mengusap mukanya. Keadaan menegang. Apalagi orang di samping Ardan, Rista, wanita itu siap meluncurkan air matanya. Ia tahu bagaimana perasaan pada Ardan dan Riska. Itu membuatnya lebih sakit.

"Bahwasannya saya akan menikahi Riska dengan syarat harus menceraikan Rista"

Mereka tampak kaget dengan jawaban Ardan. Air mata Rista merembes, ia menggigit bibirnya kuat sambil menunduk, tidak tepat rasanya jika dia mengeluarkan isakan. Karena pada kenyataannya tidak ada yang bakal peduli padanya. Semua hanya omong kosong!

Riska melirik Rista lalu ia melirik Ardan lagi. "Kalau begitu ceraikan dia, nikahi aku, karena cinta di antara kalian tidak akan pernah tumbuh"

Ardan menatap Riska lalu mengangguk "Masalahnya saya sudah berjanji ikrar suci di hadapan Tuhan dan kamu tahu kan hal yang paling disukai setan? Yaitu perceraian"

Rista menjernihkan pikirannya. Maksud Ardan?? Apakah dengan kata lain mereka tidak akan bercerai dan Riska tidak akan pernah jadi istri kedua Ardan? Bingung!

"Jadi, sebenarnya jawaban kamu apa, Ardan?"tanya Ayah Rista.

"Saya menolak akan menikahi Riska karena dalam agama itu dilarang"jawab Ardan lalu berdiri dan menarik Rista pulang.

Di dalam perjalanan hanya ada kesunyian. Ardan fokus menyetir sedangkan Rista menatap gedung-gedung di luar sana.

Rista menengok kearah Ardan. Ia tahu mimik wajah itu pertanda Ardan sedang merasakan ketidaknyamanan dalam hatinya. Ia pernah melihat Ardan seperti ini, saat mereka akan pergi untuk pertama kalinya dari keluarga.

"Kenapa Mas ga ceraiin Rista? Bukankah itu lebih bagus?"tanya Rista membuka suara. Ardan langsung mengerem mendadak, untung saja Rista sudah memakai seatbelt.

Ardan masih memandang lurus.

"Mas cinta kan sama kak Riska? Mas ga cinta kan sama Rista? Kenapa Mas malah menyakiti hati kalian berdua?"

Ardan menatap Rista teduh. Ia menggapai pipi Rista yang agak basah. Ia tahu dari tadi wanita itu capek-capek mengeluarkan air mata hanya untuk dirinya.

"Kamu lupa sama janji Mas dulu? Bukan kah Mas sudah pernah bilang bahwa kita akan membuka lembaran baru?"tanya Ardan. Matanya sangat teduh. Tidak ada emosi di sana. Tidak ada kesedihan di sana. Lalu apa?

"Tapi ini sama saja Mas Ardan yang jadi korban karena aku. Begitupun kak Riska"sanggah Rista. Dadanya sesak mengatakan itu.

"Di sini ga ada korban ya? Kalo semua udah takdir Allah lalu Mas bisa apa?"ucap Ardan selembut mungkin. Rista hanya terdiam saat melihat Ardan tersenyum simpul di depannya. Ini pertama kalinya ia melihat itu. Ia tidak perlu harus sibuk-sibuk mencari foto Ardan yang tengah tersenyum di sosmed.

Lelaki itu manis.

"Mas ga cinta sama kakakmu, Mas hanya kagum sama dia. Kamu mau tahu kenapa tadi Mas maksa kamu harus ikut ke rumah ayah ibu mu?"

Rista menggeleng. Ardan tersenyum lagi. "Karena Mas pengen kamu lihat perjuangan Mas mempertahankan kamu"

Sebelum Rista akan menyanggahnya lagi, Ardan mengeluarkan kalimat yang membuat Rista terdiam.

"Karena Mas mencintai kamu"

  ***

Farel menatap Siska yang sedang berhias di depan cermin. Lelaki itu melipat tangannya di dada sambil bersandar di lemari dengan posisi miring. Wanita di hadapannya ini selalu membuatnya terpesona akan kecantikan hatinya, kecantikan wajahnya, kata-katanya, dan semua tingkah laku Siska.

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang