03 Maret 2007
Zahra terbangun dari tidurnya saat ia mendengar suara tangisan. Ia tidak merasakan merinding. Suara itu sangat kecil, namun seperti menyakitkan.
Zahra melirik ke seluruh sudut di kamarnya. Suara itu seperti di dalam kamarnya. Namun kosong, tak ada apa pun di sana.
Zahra baru menyadari, jika itu bukan di kamarnya, bisa jadi dekat dengan kamarnya. Dan kamar yang dekat dengannya adalah kamar Ardan.
Apakah Ardan yang menangis pada jam 02.00 subuh begini???
Zahra menelan salivanya dan berjalan perlahan keluar dari kamar. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Saat ia sudah sampai di depan pintu kamar Ardan yang tertutup, argumennya semakin kuat kalau si empu kamarlah yang menangis.
Ya Allah, ada apa dengan kak Ardan?
Hati Zahra kalang kabut. Kak Ardan tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya tanpa izin darinya. Tapi, Zahra khawatir dengan keadaan Ardan.
Masuk?
Enggak!
Masuk?
Hmm..enggak!
Hmm..masuk??? Masuk aja!Zahra langsung membuka pintu kamar Ardan. Ia melihat kakaknya itu sedang merengkuh tubuhnya sendiri di pojok kamar.
"Astagfirullah kak Ardan"
Zahra mendekat ke arah Ardan. Ia menyentuh bahu Ardan yang bergetar.
"Kak, istighfar kak. Kakak kenapa?"
Ardan terdiam cukup lama. Lalu ia mengangkat kepalanya. Zahra pun menangis karena melihat Ardan yang begitu rapuh.
"Aku ga kuat, Ra. Kak Ardan gak kuat nahan beban sendiri"
Zahra menghapus air mata Ardan, sedang air matanya sendiri ia tidak hapus.
"Cerita sama Zahra, Kak"rengek Zahra.
"Kakak ga cinta sama Rista, dek. Kakak cintanya sama kakaknya Rista, bukan Rista"
"Kalo kakak ga cinta, jangan nikahi,kak"
Ardan menggeleng sambil menatap lantai.
"Kakak udah janji sama kakaknya Rista akan menikahi adiknya"
Zahra bingung. "Kenapa? Kenapa kakak berjanji akan menikahi orang yang kakak ga cinta?"
"Semua itu kesalahan, Ra. Rista melakukan hal yang menodai keluarganya sendiri, dan akhirnya kakaknya lah yang harus menanggung beban itu"
"Maksud kakak?"
"Rista mempunyai kakak angkat, jadi katanya ortunya Rista, kakaknya itu harus membayar balas budi kepada mereka"
"Astagfirullah"
Zahra tidak habis pikir pada orang tua Rista. Ternyata mereka tidak menyayangi anak angkat mereka seutuhnya.
***Ilham sedang mengatur berkas-berkas di asrama nya. Ia pusing karena file yang sudah dia kerjakan semalaman hilang karena virus.
"Astagfirullah"ucapnya sambil mengusap wajahnya kasar.
Drrrttt!!!!!!
Ilham melirik ponsel di sampingnya. Tertera nama "Aril"
Dia pun mengangkat teleponnya.
"Assalam—"
"Ham, gue ada di depan asrama lo nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Husband (✔)
SpiritualMenceritakan kisah cinta islami Sebagian part diprivate