20B

16.1K 775 3
                                    

Ilham menancap gas, hatinya tidak karuan. Ia khawatir akan terjadi apa-apa pada ayahnya. Di hatinya selalu ia istighfar.

Zahra menggenggam kuat pegangan di sampingnya. Ia memejamkan matanya kuat.

Di sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian. Tidak ada yang membuka obrolan sekedar basa basi maupun gombalan kecil.

Mobil berhenti. Ilham segera turun. Zahra membuka matanya. Ia merasa oleng.

Perutnya merasa mual. Ia memegangi perutnya. Segera Zahra membuka pintu mobil di sebelahnya.

Pandangannya kabur.

"Ra?"

Brukk!!!

"Zahra!!!"

***

"Zahra gimana, Ham?"

"Zahra baik-baik aja, Yah. Dia belum siuman"

Ilham memandangi ayahnya yang pucat pasi.

"Ayah udah makan?"

"Udah, tadi ibu kamu bikinin Ayah bubur"

"Alhamdulillah"

Ayah Ilham tersenyum. Matanya terhenti pada pintu kamarnya. Ada seorang wanita tersenyum di balik wajah pucatnya.

"Zahra? Ayo sini, nak"

Ilham langsung berbalik kearah pintu. Benar saja, Zahra berjalan menuju kearahnya. Dengan sigap, Ilham membantu Zahra berjalan.

"Kamu masih oleng, Ra?"

Zahra mengangguk.

"Maafin aku ya"

Zahra tersenyum. "Enggak Mas, Mas ga salah. Ga harus minta maaf"

Ilham tersenyum mendengar perkataan istrinya itu. Dalam hati ia bersyukur mendapatkan istri sebaik Zahra.

"Ayah udah baikan?"tanya Zahra.

Ayah mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Ayah butuh sesuatu? Ah! Ayah lapar gak? Biar Zahra masakin kesukaan ayah"ucap Zahra antusias.

Ilham dan Ayah tersenyum. Ilham mengusap kepala Zahra pelan "Ayah udah makan, Ra"

"Ga apa-apa kalo Ayah udah makan, Zahra masakin aja. Nanti kan kalo laper lagi, bisa makan masakan Zahra"

"Tapi kamu sendiri masih pucat, Ra"jawab Ayah.

"Iya, yang ada bukan bikinin masakan tapi bikin khawatir"celetuk Ilham. Ayah mencubit lengan Ilham. Zahra tersenyum.

"Ga apa-apa Ayah, emang benerkan kalo tiba-tiba Zahra pingsan lagi pasti ngerepotin"ucap Zahra.

"Jaga ucapan kamu, Ham. Ga nyadar perkataan kamu bisa bikin Zahra sakit"bisik Ayah.

***

"Aku minta maaf ya, Ra"ucap Ilham sambil menatap Zahra. Sedang tangan kanannya masih fokus memegang stir mobil.

"Iya, aku maafin"

"Makasih sayang"

Zahra tersenyum di balik wajah pucatnya.

My Senior My Husband (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang