Party part 2

53 5 0
                                    

Kirasuma POV

Keesokan harinya, mereka berkumpul di rumahku. Aku memastikan kelengkapan mereka. Setelah dirasa sudah lengkap, aku memutuskan untuk langsung berangkat menuju birthday party sahabat SMP-ku. Dhiva.


Karena aku terlalu tergesa-gesa, Senja menahanku. Dia mempertanyakan letak acara yang akan kita tuju. Aku menjelaskan. Mungkin tidak rinci karena aku sudah ngebet ke party.

"Iya, ayo sudah kita capcus!" seru Sore dengan gaya bahasa lebay.

"Ahh, alay lu. Ayo sudah!" cibir Pagi sembari berjalan meninggalkan Sore.

"Untung temen!" gumam Sore kesal.

Kami pun langsung bergegas pergi ke acara ulang tahun Dhiva.

“Iiih! Pagi jangan ganggu dong! Rese ah!” keluh Sore yang sedari tadi dijahili oleh Pagi.

“Kak Bintang kalau jalan jangan main hp!”

“Sudah, biarkan aja dek. Nanti kalo jatoh, kan kita tinggal ketawai. Ya ngga sih?” cibir Kak Malam.

“Jahat lu Sya!” balas Kak Bintang mengalihkan pandangannya ke Kak Malam.

“Kok Sya kak? 'Kan nama kakak, Malam” tanyaku dengan hati-hati.

“'Kan nama kepanjangan kakak Malamsya Wira Atmaja, Kak Bintang panggilnya 'Sya' karena habis kata Malam ada 'Sya' nya. Kalau kamu mau pake kata 'Sya' nya juga ngga papa" jelas Malam.

"Ooh, gitu" balasku mengerti.

Wah, sebuah fakta yang menarik nih dari Kak Malam.

Setelah beberapa menit kami berjalan, kami sampai di pertigaan. Senja kembali menanyakan rute perjalanannya. Karena malas menjelaskan, alhasil aku memutuskan untuk memimpin jalan. Mereka menyetujuinya.


S

ingkat cerita, kita sudah sampai di rumah Dhiva. Senja bergumam kagum. Rumah Dhiva cukup megah. Dari luarnya memang sederhana, namun saat masuk ke dalam rumahnya sangat luas. Dhiva mengadakan pesta di halaman depannya yang sangat lebar. Warna hijau rerumputan dan putih dekorasi serta balon biru dan putih menghiasi pestanya.

Aku melihat Dhiva yang berada di tengah-tengah halamannya. Cantik menawan dengan gaun utuh yang sederhana. Lantas aku memanggilnya dan Dhiva pun menghampiriku. Saat dia sudah di hadapanku, aku menyapanya dan dia bertanya padaku tentang mereka semua. Ku jelaskan dan perkenalkan mereka semua.

"Hai. Pantes aku sering keselek pas makan, kamu ngomongin aku ternyata." Senja menepuk kepalaku diiringi dehaman dari mereka.

Aku tak paham apa yang mereka pikirkan. Perkenalan terus berlanjut dan lancar. Awal yang canggung memang tak terelakkan. Namun akan ada kehangatan setelah saling mengenal. Setelah itu, kami pun pergi menyantap hidangan yang disajikan.

Selesai makan, kami bercanda gurau, mempererat hubungan persahabatan. Benar kan? Tak lama, Tante Emi -Mama Dhiva- datang menghampiri kami dan memanggil putrinya. Dhiva memperkenalkan mamanya pada sahabat-sahabat kecilku.

Oh iya. Sejak sahabat kecilku pergi, kabut kesepian menutupiku selama beberapa tahun sampai Dhiva datang dan menghalau kabut itu.


To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang