Prolog

423 25 3
                                    

Waktu menunjukkan pukul 17:30 sore. Langit tengah memainkan warna jingganya matahari. Di sebuah taman, di atas bukit, dan disinilah aku berada. Rambut hitam terhempas akibat tiupan angin. Manik hitam menatap sendu. Berkawal pohon besar di belakangku yang setia menjadi sandaran until Aku menumpahkan semua emosiku sehari-hari. Aku Kirasuma. Yang Ada di pikiranku saat ini adalah sahabat kecilku.

"Seandainya kamu di sini. Aku kangen kamu."

Senja. Sahabat kecilku yang saat ini di London. Alasanku selalu pergi ke bukit ini karena this is the first place for me to meet he.

Aku selalu ke bukit kalau aku kangen masa kecilku bersamanya. Aku paling kecewa kalau hujan menerpa. Jadi ngga bisa ke taman ini.

Tiba-tiba seseorang memanggilku. Lantas aku terkejut dan tidak langsung menanggapinya. Untuk yang kedua kalinya, suara misterius itu kembali menghantui pendengaranku. Aku mulai kesal. Kuputuskan untuk menyipitkan mata untuk mengetahui siapakah yang memanggilku.

"Kirasuma!"

Kudengar derap langkah mendekatiku. Aku ternganga melihat sosok misterius itu. Pria berambut pirang, manik biru muda, bertubuh tinggi, dan berkulit putih. Fix! Dia orang yang aku kenal. Tapi ada perubahan seidikit. Bodo amat. Intinya orang itu berhasil buat aku ngga kedip-kedip.

"Kamu ... Kirasuma, 'kan?" pria itu tertunduk dengan tangan menumpu tubuhnya.

Mataku semakin membulat. Benarkah itu? Apa Aku sedang bermimpi? Bukannya dia di London? Seseorang tolong cubit aku.

“Kamu Senja? Senja Wira Atmaja?” senyum terukir di wajahku saat ini.

Pria itu tersenyum lega dan nafasnya kembali normal. Dengan tubuh tegak, ia mempertanyakan kabarku yang tak disangka aku juga menyebutkan hal yang sama. Kami tak bisa menyembunyikan kebahagiaan kami. Akhirnya, hubungan yang telah lama terpisah oleh jarak kembali disatukan oleh takdir.

Kisah kami baru dimulai ....

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang