Truth #1

18 5 0
                                        

Pukul 16:30. Saat ini Senja sudah berada di taman menunggu Kirasuma.

"Duuh, aku ngomongnya kayak mana? Nanti kalau dia tau aku ditembak Caca, gimana reaksinya? Tapi kalau aku nolak Caca, dia bakal ganggu Kirasuma!" gumam Senja gelisah. 

Detik berikutnya, wanita yang ia tunggu datang. 


"Sudah nunggu lama, ya? Maaf, tadi ada urusan dulu di rumah"

"Ngga papa. Jaja baru aja kok disini. Duduk dulu" sambut Senja sambil menyuruh Kirasuma duduk di sebelahnya. 

Gadis itu menuruti Senja.

"Ah, iya. Jadi apa yang mau Jaja omongin?"

"Langsung to the point aja, ya. Jadi penyebab aku ninggalin kamu hari ini, karena aku dipanggil Caca..." ucapan Senja dibiarkan menggantung. Membuat Kirasuma penasaran.

"Maksudnya?"

"Dia nembak aku."

"Apa?!" mata Kirasuma membulat lebar. 

"Dia ngancam aku. Kalau aku ngga nerima dia, kamu bakal diganggu terus" jelas Senja sambil menundukkan kepala.

Terdengar nada serba salah dalam suaranya.

Keterlaluan Caca! Bisa-bisanya dia buat sahabatku merasa bersalah seperti ini! umpat Kirasuma dalam hati.

"Aku ngga sanggup liat sahabatku diganggu di depan mataku. Sudah cukup kamu tersakiti karena aku. Tapi aku mau minta maaf dan tanggung jawab atas kesalahanku. Butshe?" lanjut Senja sembari menatap lekat mata Kirasuma.

Hati Kirasuma terpukul. Kirasuma merasa hatinya telah ditusuk seribu pedang dengan tinjuan keras dari petinju ternama.

"Trus? Kamu mau terima?"
Pikiran Kirasuma dan yang ada di kepala Senja terucap dengan nada khawatir.

"Rencananya gitu."
Senja kembali menundukkan kepalanya.

Kamu ini udah main nyerah aja. Semangat dong! Kita cari solusinya barengan. Kok jadi kamu doang yang mikul beban seberat itu untuk ukuran anak SMP?

"Ja, kamu mau nerima dia demi aku?"

"Mau gimana lagi? Ga ada cara lain. Dia cuma kasi dua pilihan. Aku jadi pacarnya atau kamu yang dibully. Aku ngga mau Lalah-ku dibully, dan aku lebih ngga mau jadi pacarnya!" papar Senja dengan suara bergetar sambil menatap erat manik mata Kirasuma.

Kirasuma terdiam seribu bahasa. Tak tau ingin bicara apa. Senja, aku bangga denganmu. Tapi aku sedih. Karena aku, kamu jadi khawatir. Maafkan Lalah, Ja.

"Maaf ..." ucap Kirasuma lirih.

Senja kembali terdongak.


"Karena Lalah, Jaja jadi terjebak pilihan yang sulit" kini giliran Kirasuma yang tertunduk.

Senja tersenyum kecil.


"Ngga papa kok. Jaja udah biasa dikelilingi pilihan. Jaja cuma kaget aja dapat pilihan kayak gitu. Tenang aja. Jaja sudah lega kok bisa cerita sama Lalah. Thanks ya"

Senyum terpancar lagi di bibir Senja. Memberikan kesan kehangatan untuk siapapun yang melihatnya.

Dasar Senja. Tadi gundah sendiri, khawatir sendiri --ngga deng Kirasuma juga-- serba salah sendiri sampai mau nangis. Tapi sekarang? Dia sudah main pasang-pasang senyum semudah itu setelah apa yang dia perlihatkan pada Kirasuma. Tapi sungguh, itu adalah senyum tertulus Senja dan dia tak menyembunyikan rasa sakitnya karena masalah ini. Senja, kamu benar-benar hebat!

"Trus habis ini gimana? Jaja mau terima?"

"

Masih Jaja pikirin ..."

***

Dalam perjalanan ke sekolah, Kirasuma memimpin jalan mereka. Sengaja. Ia berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya dari mereka semua termasuk Senja. Senja, kamu pasti bingung harus apa. Sebaiknya kamu jangan mengambil keputusan yang salah, Ja.

Sesampainya di sekolah, Sore pamit mewakili kakak-beradik itu. Senja dan Kirasuma meng-iya-kan kompak. Mereka bertiga masuk dan kini tinggal dua insan yang menyimpan masalah rumit dan sengaja menutup rapat dengan senyum palsu mereka. Kirasuma mengembuskan nafas berat.

Sedetik kemudian, tangan Senja mendarat di pundak kanan Kirasuma. Berusaha menyalurkan energi positif. Manik mata Kirasuma langsung tertuju ke arah pemilik tangan itu.

"Jangan putus asa. Ini bukan salahmu kok" ucap Senja memberikan semangat.

Rona merah menyembul di kedua pipi Kirasuma. Telinganya dibuat hangat oleh kata-kata itu. Oh tidak! Tolonglah aku! Entah kenapa pipiku mulai panas. Adakah pemadam yang bersedia meredam panas di pipiku?

To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang