Kehidupan Kirasuma

26 4 0
                                    

"Dan, begitulah ceritaku."
"Wah, Sore hebat! Juara satu turnamen bela diri!"
ujar Kirasuma bangga.
"Hei, Lalah. Sekarang giliranmu,"
ujar Pagi.

"Aku juga?"
Pagi, Senja, dan yang lainnya mengangguk kompak memberi jawaban.

***

Langkah kecil Kirasuma membawa dirinya ke rumah sahabatnya, Senja. Hari ini hari yang Indah untuk bermain. Sesampainya, Kirasuma memanggil nama Senja. Sudah lima menit berlalu, namun Senja tak kunjung keluar. Biasanya, sekali panggil Senja langsung membuka pintu.

"Senja kemana? Kok dia ngga keluar? Dia sakit?" ujar Kirasuma bertanya-tanya. Karena tak mendapat jawaban, Kirasuma memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Assalamualaikum, Lalah pulang"
ujarnya sembari membuka pintu rumah. Yuni yang tengah santai di sofa ruang tamu terkejut melihat putrinya pulang lebih awal.

"Senja ngga ada di rumah, Bu,"
jelas Kirasuma setelah ditanya.
"Oh, sini duduk di sebelah ibu," pinta Yuni berencana menghibur anaknya. Kirasuma pun menuruti permintaan sang ibu.

"Putri ibu jangan sedih, dong. Nanti cantiknya hilang, loh." Yuni mencolek hidung mungil Kirasuma. Senyum kembali terukir di wajahnya.
Tak lama, ponsel Yuni berdering. Dengan lincah ibu jari Yuni menekan tombol hijau di ponsel itu.

"Halo? Yuni, ada Kirasuma?"
"Ini Meta?"
"Iya, Yun! Ini sahabatmu, Meta"
"Kamu ada dimana Met? Kirasuma dari rumah mu untuk mengajak Senja main, karena beberapa hari ini dia ngga main ke rumah ku!"

"Aku ada di London, di rumah mama ku"
"Apa? Kamu di London?"
"Ya. Nanti aku jelaskan. Sekarang Kirasuma ada di mana? Senja mau bicara dengan nya"
"Ah, tunggu sebentar!"
balas Ibu.
"Sayang, ini Senja"
ujar ibu sembari memberikan handphonenya kepada Kirasuma.


"Halo? Senja!"
"Lalah!"
"Jaja! Kamu dimana? Aku dari rumah mu! Tapi kamu tak ada!"
"Jaja pergi!"
"Kemana? Kenapa Jaja pergi?"
"Ke London. Kata mama Jaja mau di sekolahkan di sini, dan Jaja tinggal dengan nenek"
"Berapa lama?"
"Kata mama selama beberapa tahun"


"Lalah akan rindu!!! Hiks hiks"
"Lalah jangan menangis! Jaja juga akan rindu! Tapi Jaja akan menunggu kapan pun Jaja akan pulang! Lalah tunggu Jaja pulang, ya! Hiks"
'Tut TuT Tut'
Kirasuma menutup telepon nya lalu ia menangis tersedu-sedu sembari tertunduk.


Ibu yang baru saja menghiburnya, merasa usahanya sia-sia.
(Pada akhirnya dia akan menangis juga. Maafkan ibu Lah, yang tak bisa membuat mu terhibur)
batin ibu.
Ibu memeluk putrinya yang menangis tersedu-sedu.
"Ibu…?"


"Biarkan ibu memeluk mu sayang. Ibu tak tahu lagi bagaimana caranya menghibur mu. Jadi biarkan ibu memeluk mu…"
ujar ibu dalam pelukan nya.
"Ibu… tak perlu menghibur Lalah lagi… Ibu berada disisi Lalah saja sudah membuat Lalah bahagia…"
balas Kirasuma.


"Ibu… Lalah mau ke kamar dulu, ya. Lalah ingin sendiri saat ini. Bukan karena Ibu, kok"
lanjutnya.
"Ahh… ya sudah. Nanti makan siang ibu panggil, ya"
balas ibu dengan nada sendu.
Kirasuma mengangguk lalu ia pergi ke kamarnya.


Keesokan harinya.


Kirasuma pergi ke rumah Pagi dan Siang unuk mengajak mereka main bersama. "Pagi~! Siang~! Main, yuk~!"
seru Kirasuma.
Namun tak ada satu pun yang merespon nya dari dalam.
Kirasuma lalu berpikir
(Mungkinkah mereka…)
batinnya.


"Hiks… hiks hiks…"
isak Kirasuma tertunduk.
Lalu ia pergi dan berlari dari rumah mereka dan pulang ke rumahnya dengan keadaan menangis.
'BRAK'
ia membuka pintu rumahnya dengan keras.
"Ehh…! Putri ibu sudah pulang…! Eh, lho…?!"
sambut ibu.
Namun sambutan itu tak direspon oleh Kirasuma.


Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang