Happy Birthday Pagi #3

15 2 0
                                    

Normal POV

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru lagi. Kali ini dia dari Italia. Kalian bertemanlah dengan baik dengannya” sambut Pak Supri mendampingi Sore.

“Iya Paak” balas semua murid serempak.

“Anak baru perkenalkan namamu.”

"Pak! Dia mana ngerti bahasa Indonesia," tegur Febri sambil mengacungkan telapak tangannya.

Pagi tersenyum menahan tawa sambil menatap Sore yang juga menatap dirinya sambil tersenyum.

"Oh iya, ya. Jadi gimana dong?" tanya Pak Supri kebingungan.

"Biar saya tanya Pak!" usul Pagi menawarkan diri.

"Oh iya. Pagi, 'kan dari luar juga. Yaudah silahkan."

"Hey, what is your name?" tanya Pagi antusias.

My name is Sorena Febria Galli. Saya dari Italia. Migliori saluti. Artinya, salam kenal” balas Sore ikut antusias.

Sembilan puluh dua persen murid kelas IX B dibuat ternganga karena mendengar Sore menggunakan bahasa Indonesia.

"Tuh, bisa kok Pak" ujar Pagi sambil melempar pandang ke arah Pak Supri.

"Iya ya. Bisa" balas Pak Supri sambil mengangguk heran.

“Yaudah, silahkan duduk” lanjutnya masih dengan sisa keheranan di kepalanya.

Thank you

Setelah itu Sore melangkah ke meja kosong di sebelah Pagi.

***

Waktu cepat berlalu dan sekolah mereka berjalan dengan lancar. Tanpa adanya 'pengganggu rese aneh ga jelas' yang selalu berpenampilan paling mencolok di sekolah itu. Siapa lagi kalau bukan The Queen? Hari ini mereka pergi liburan --anak sultan mah bebas. Sekolah adem-ayem kalau mereka ngga ada.

Mereka berlima langsung berkumpul di depan gerbang sekolah. Kirasuma menyuruh kakak-beradik di antara mereka untuk pulang dengan dalih mereka bertiga ada urusan mendadak. Tanpa rasa curiga, Pagi menuruti suruhan Kirasuma. Setelah Pagi dan adiknya hilang dari pandangan, Senja langsung menghubungi toko kue yang sudah ia pesan sejak istirahat pertama tadi.

Mereka langsung pulang setelah Senja selesai menghubungi pemilik toko kue dan mendapat kabar bahwa kue sedang dalam perjalanan.

***

Mereka semua: Kirasuma, Senja, Malam, Bintang, Sore dan Bulan, sudah stand by di taman. Kue tar dengan lumeran coklat dari atas sampai bawah bertuliskan 'HBD PAGI' kini bertengger di kedua telapak tangan milik Senja.

"Halo Siang. Bawa dia ke sini sekarang!" tegas Kirasuma dalam sambungan telpon.

Sementara itu di kediaman Akira.

“Iya, Kak” balas Siang serius lalu menutup telpon.

Siang balik badan lalu memulai dramanya.

“Kak, ayo iku aku!” seru Siang sambil memasang raut wajah panik sampai-sampai membuat kakaknya yang kini duduk di sofa ruang tamu terkejut.

“Kemana?”

“Sudah, ngga usah banyak tanya! Itu Kak Sore lagi di-bully di taman sama cewek-cewek yang kemaren!” jelasnya panik sambil berharap hal itu tak akan terjadi.

"Apa?!" Pagi terperanjat dan refleks ia berdiri. "Jangan bercanda kamu!"

"Ish, beneran Kak! Ini tadi Kak Sore sendiri yang nelpon!" Ya Allah jangan jadikan ucapanku ini kenyataan! batin Siang.

"Ayo kita ke sana! Keterlaluan dia! Bisa-bisanya dia bully anak baru!" gumamnya sambil berjalan mendahului adiknya.

Siang yang belum beranjak dari posisinya menahan tawa melihat tingkah kakaknya yang ngga sadar kalau dirinya juga murid baru. Dengan segera ia mengikuti langkah Pagi yang kini sudah berjarak dua meter.

***

Pagi dan Siang datang dengan langkah terburu-buru. Pikiran Pagi berkecamuk dengan perkataan Siang dan semakin gelisah saat dalam perjalanan tadi.

“Mana dia dek? Mana Sore?” tanya Pagi setelah menyapu pandang dan balik badan menjadi berhadapan dengan Siang.

“Tunggu aja. Nanti juga bakal datang kok” jawab Siang santai melepas drama.

"Hah? Maksudnya?" lipatan dahi muncul di kening Pagi.

Mereka keluar dari balik pohon besar --yang cukup untuk mereka jadikan tempat persembunyian-- diam-diam.

Setelah sampai di belakang Pagi....

“Selamat ulang tahun Pagiii!”

Pagi terperanjat lalu berbalik. Sejenak ia berusaha memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

"Tunggu! Ini hari ulang tahunku kah?"

"Nah, kan dia lupa," sungut Malam.

"Loh ini tanggal berapa?"

"23 Maret, adek" balas Bulan.

"Hah? Iya kah? Aku lupa. Makasih ya teman-teman sudah inget hari ulang tahunku" suara Pagi agak bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Elah, yang punya hari lupa" sahut Bintang.

“Pagi, kita ngga bisa kasih apa-apa. Cuma ini yang bisa kita kasih ke kamu. Selamat ulang tahun, ya!” ucap Kirasuma mewakili.

“Iya ngga papa, Lah. Aku sudah senang kok kalau kalian ingat ulang tahunku.” Pagi tersenyum lepas.

“Kakak selamat ulang tahun, ya. Cieee udah tua, ehehe~” cibir Siang sambil memeluk cowok yang ia panggil 'kakak' itu.

Yes my sister, you are the best. Thank you” balas Pagi sambil mencubit pipi Siang.

Nani ga! Ittai!*” (*Apa sih! Sakit!).

“Pagi, aku sudah kasih kamu hadiah, loh” papar Sore.

“Apa? Mana? Kapan?”

“Hadiah yang sangat terkesan untukmu. Sudah kukasih. Tadi pagi”

“Maksudmu ... yang kamu masuk sekolah itu?"

Sore mengangguk.

"Kamu sudah lama rencanainnya?” Pagi menatap mata Sore dalam-dalam dan yang ditatap mengangguk lagi.

“Makasih.”

Air mata Pagi benar-benar jatuh jika Bintang tak merangkulnya dan mengejek Pagi duluan.

Mereka menikmati pesta ulang tahun kecil-kecilan Pagi di bawah langit senja yang kini sedang memainkan warna jingganya.

To be continued

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang