Cheat

22 4 0
                                    

Pagi POV

Disaat semua murid fokus mengerjakan soal masing-masing, aku gelisah sendiri melihat deretan angka dalam lembaran di tanganku. Hmph, ini gimana caranya? Aku belum belajar yang ini. Apa aku tanya Sore aja kali ya? Sebenarnya kalau musim ulangan, jujur nih, bukannya sombong, tapi memang kenyataan, aku paling anti sama yang namanya nyontek.

Bukannya aku anak yang nggak pernah buat kesalahan. Tapi aku percaya kalau ada yang mengawasiku saat ini. Tapi disaat seperti ini, aku terpaksa melakukannya. Eits, tunggu dulu! Aku melakukannya dengan catatan: lupa caranya doang! Ga nanya jawaban loh ya. Jadi aku nggak salah. Khikhi.

Aku memanggil Sore dengan bisikan sambil menenggelamkan kepalaku supaya Bu Lia, yang mengawas ruang ini, tidak memperhatikanku. Karena Sore hanya membalas "hm", aku kembali menghantuinya sampai dia mau kasih tau jawab- eh salah, caranya. Sore menjawab "apa?" dan lagi-lagi tanpa menoleh.

Aku tak menyerah. Setidaknya pancing dia sampai menoleh ke arahku supaya dia mau kasih aku... caranya. Dan kali ini berhasil cuy!


“Apa, sih! Berisik taulah!” jeritnya dan suaranya hampir menggema.

Semua murid menegur kompak dengan menirukan suara ular dan sebagian menatap kami berdua.

“Kakaaak” aku mendengar Siang mendesiskan kata itu.

“Sorena, ada apa? Kenapa teriak-teriak?” tanya Bu Lia.

“Ma-maaf, Bu. Tadi si Pagi panggil-panggil saya, jadi saya terganggu” jelas Sore.

“Perbaiki dudukmu, dan kerjakan soal!” titah Bu Lia.

Tentu Sore patuh. Ia menyempurnakan posisi duduknya dan kembali fokus dengan soalnya. Aku masih gelisah. Detik berikutnya aku memajukan wajahku mendekati kepala Sore dan memanggilnya lagi.

“Apa lagi sih, Giiii?” balas Sore kesal dan kali ini menoleh sedikit ke arahku.

Alhasil wajah kami berdekatan. Oh no.

“A-aku mau nanya.”

“Nanya apa?”

Yes! Berhasil. Akhirnya Sore meladeniku. Menyerah karena sudah capek dihantui sama cowok paling nyebelin di hidupnya. I know it.

“Jawaban… nomor satu apa?”

Yaah, kelepasan. Sekalian deh. Sudah terlanjur nyebut juga.

“Ya ampun. Kamu ngga belajar? Katanya belajar?” Sore terperanjat.

“B-bukan gitu! Aku lupa caranya!” protesku tertahan.

“Ah, aku ngga tau!” Sore putar kepalanya ke depan.

“Aiih Sore jahat!” rengekku seperti anak kecil.

“Biarin!”

***


“Gimana ulangannya?” tanya Kirasuma tersenyum sumringah.

“Ya, gampang-gampang susah,” jawab Senja.

“Lumayanlah” tambahku dengan kedua lengan kuletakkan di belakang kepala dan masing-masing siku terangkat.

“Apa lumayan? Nomor satu aja kamu nyontek aku”

“Kyahaha! Katanya belajar?” cibir Kirasuma.

“Kan aku cuma lupa caranya aja!” aku menampik sambil menurunkan kedua lenganku lalu menatap Sore protes.

Cewek itu tak peduli. Kayaknya dia hari ini sensi sama aku deh. Biarin lah.


“Gimana ya, temannya Pagi yang posisinya sama kayak aku? Jawabannya dicontek Pagi, dia kesal ngga, ya? Haha”

He? Dia ketawa. Padahal tadi cemberut.

“Pasti kesal lah!” sahut Senja antusias.

Tau aja mereka kalau aku pernah nyontek pas ulangan kayak gini. Orang yang ku cotek itu gadis yang suka sama aku lagi. Tapi aku ngga peka. Aku jadi kangen sama dia. Hah, dasar playboy. Tanpa sadar aku cengar-cengir sendiri.

“Heh Gi! Kamu kenapa? Senyum-senyum sendiri kayak orang gila aja!” tegur Senja.

“Ngga kenapa-napa. Lagi mikirin hal yang lucu aja” jawabku santai.

***


Tokyo, Jepang, Tahun 2017 bulan Mei tanggal 1. Di SMP kyoko.


“Sekarang kalian boleh kerjakan soal ulangan yang sensei bagikan” ujar Hiroki sensei, pengawas ulangan menggunakan bahasa Jepang. Hal yang sama terjadi. Aku kebingungan. Melakukan hal yang sama pada Yoshi, gadis berambut kecoklatan yang duduk di depanku.


“Hm? A-ada apa Pagi-kun?” tanya Yoshi sambil menoleh dengan suara gugup. Yoshi lah gadis yang menyukaiku sejak hari pertama orientasi sekolah. Waktu itu aku menolong Yoshi yang terjatuh karena disenggol orang lain. Dari situlah Yoshi baper. Tapi aku nggak peka. Sadarnya aja waktu dia nembak aku. Dan itupun aku kira cuma bercanda. Jahat, 'kan?

“Aku boleh nanya nggak?” aku menatap serius.

Pipinya yang memerah menandakan ke-saltingan-nya padaku.

“Apa yang mau kau tanyakan Pagi-kun?

Kokaete…” ucapanku menggantung karena melihat kertas soal.

Wah, tanpa sadar aku benar-benar membuat anak orang salah paham.

Nani ga ichiban?” aku mendongak.

Yoshi terperanjat dan mematung. Waktu itu aku tak paham dengan perubahan raut wajah Yoshi.

“Me-memangnya kamu tidak belajar?” suara Yoshi tertahan, seolah menahan emosinya.

Eto, aku belum belajar yang ini” ucapku tersenyum naif sambil menggaruk tengkuk kepalaku.

Aku tau Yoshi ngeblush sengeblush-ngeblushnya. Mungkin karena senyumanku yang kelewat manis ini? Karena ngga tahan, Yoshi menghadap ke depan sambil membalas "Wakaranai!" Waktu itu aku mengerjap sambil membatin, dia kenapa, sih?


To be continued

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang