Haunted House

34 5 0
                                    

Kirasuma bersiap pergi ke rumah hantu dengan Senja dan yang lainnya. Bedak, lip balm, dan make up lainnya ia aplikasikan tipis-tipis. Sudah selesai merias, Kirasuma langsung keluar dari kamar dan meminta izin dengan Yuni.


"Berdua aja?" tanya Yuni memutar kepala sembilan puluh derajat setelah Kirasuma meminta izin untuk jalan dengan Senja.

"

Nggak lah. Rame-rame. Boleh ya, Bu?"

"Yah, kirain berdua aja."

"Emangnya kenapa?" Kening Kirasuma mengernyit.

"Kan seru aja gitu kalau kalian cuma berdua," goda Yuni.

"Ih, Ibu apaan sih?" protes Kirasuma sembari menyembunyikan rona merah di pipinya.


“Bercanda. Mau pergi kemana?” tanya Yuni lagi sambil tersenyum kecil.

Kirasuma menjelaskan perginya ia ke rumah hantu karena di ajak Pagi dengan sangat antusias. Yuni ingat dimana letak wahana itu. Kirasuma semakin antusias lagi membujuk Yuni. Yuni menimbang permohonan putrinya.

Jika perginya ramai-ramai, tak ada yang harus dikuatirkan. Akhirnya Yuni memberi izin. Kirasuma melompat kegirangan. Yuni memberikan uang dua puluh ribu untuk Kirasuma. Kebetulan Kirasuma tak memegang uang dan tujuan datang ke Yuni tak hanya untuk minta izin. Itu tadi. Uang masuk. Kirasuma pamit lalu mencium punggung tangan Yuni.

Kirasuma pergi ke luar. Saat dilihat, mereka semua sudah siap dan menunggu Kirasuma dari tadi. Duh, aku merasa bersalah pikirnya.

“Lama banget!” protes Pagi sambil melipat kedua lengannya di dada.

“Iya maaf. Kan aku harus dapat izin dulu sama ibu. Yuk ah, jalan!”

“Eh! tunggu! Kita kesana naik apa? Yakali, kita jalan kaki?” pikiran Senja terlupakan dan dia berhasil menahan Kirasuma.

Tiba-tiba Malam keluar dari halaman rumah Kirasuma.


“Eh, Kak Malam! Mau kemana?” tegur Kirasuma.

“Sya, lu mau kemana?” Bintang pun memanggil dengan akhir yang sia-sia.

Malam tak mendengar jeritan Bintang apalagi Kirasuma karena jarak yang telah ia ciptakan membuatnya tak merespon panggilan mereka.

“Dia ngga ikut?” desis Bulan kecewa.

“Mungkin dia takut?” timpal Pagi dengan suara remeh.

“Mungkin dia lelah” seloroh Bintang mengejek.

Tak lama kemudian, muncul mobil Toyota Rush hitam legam di depan rumah Kirasuma. Suara klakson berisik dari mobil itu membuat mereka semua kaget. Kirasuma melayangkan protes kekesalan untuk pemilik mobil itu.

Kaca mobil itu perlahan terbuka dan menampakan seseorang di dalamnya.

“Kak Malam/Malam!?” seru mereka bersamaan.

Malam tersenyum menyeringai lalu mengedipkan mata kanannya ke arah mereka semua tanda tebar pesona.

“Ada yang mau ikut?” celetuk Malam.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang