Cerita dari Awan

25 4 0
                                    

Ditaman.



Mereka sudah menunggu Awan untuk membuktikan bahwa dia fasih berbahasa Indonesia.
"Seperti apa sih, orangnya? Aku jadi penasaran!"
gumam Kak Malam.
"Sabar, Kak. Sebentar lagi juga datang"
balas Kirasuma.
"Cih. Tak sabaran!"
cibir Senja.
"Mau mati?"
ancam Kak Malam bercanda.



"Lebay~!"
balas Senja.
"Heehhh sudah sudah! Adik kakak ini tak ada habisnya!"
tegur Kirasuma. Mereka terdiam.



Suasana sedikit tenang.



Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka.
"Maaf saya terlambat!"
ujarnya.
Suara itu tak asing dari telinga Siang.
Dia tersenyum dan berkata
"Dia datang…!".
Dia yang dimaksud oleh Siang mulai mendekati mereka.
Mereka tercengang melihatnya.



"Imutnya~"
gumam Kak Bulan.
"Benar 'kan~?"
balas Sore.
Tak salah lagi.
Perjuangan mereka menunggu tak sia-sia.
Akhirnya yang mereka tunggu datang juga.
"Halo~"
sapa Awan sembari tersenyum manis melambaikan tangan nya.
"Dia tersenyum lagi~"
gumam Sore.



"Manisnya~"
balas Kak Bulan.
"Kalian menunggu ku? Maaf telah membuat kalian menunggu lama"
ujarnya.
"Tak apa. Kami baru sampai. Jadi, ceritakan apa yang ingin kau ceritakan"
balas Siang sembari menghampirinya.
"Baiklah~"



(Dia… benar-benar fasih berbahasa Indonesia. Dia juga imut, manis, tampan. Sayangnya dia bocah)
batin Kak Malam.
"Hm? Sepertinya kita belum saling kenal. Tiga orang yang kemarin berada disini. Namun sepertinya ada tiga orang baru?"
gumamnya.
"Oh! Iya. Kalian belum saling kenal"
balas Siang.



Lalu Siang meperkenalkan mereka dengan Awan.
"Hmm… jadi… tujuan kalian datang kesini adalah… untuk mendengarkan cerita ku menggunakan Bahasa Indonesia…?"
tanya Awan.
Mereka mengangguk serempak.



"Baiklah~ akan ku ceritakan. Sebenarnya papa dan mama ku berbeda negara"
jelasnya singkat.
"Hah?"
mereka tercengang.
"Benarkah?"
tanya Sore.
Awan mengangguk.



"Mereka sebenarnya bertemu di universitas Jepang. Mama ku orang Indonesia asli, menikah dengan papa ku orang Jepang murni dan kebetulan ayah ku orang islam"
"Sama seperti orang tua ku"
gumam Senja.
"Ya! Aku juga . Tapi ibu ku dan Siang memang orang Jepang murni"
balas Pagi.



"Aku pun juga"
lanjut Sore.
"Kak Bulan juga"
"Gue juga!"
sambung Kak Bintang.
"Benarkah? Wah~ kalau begitu kita sama!"
balas Awan.
"Berbeda dengan ku"
gumam Kirasuma.
"Kalau Kak Kirasuma kenapa?"



"Kalau aku orang Indonesia murni tak ada campuran. Kedua orangtuaku orang Indonesia. Mereka juga bertemu di satu kampus yang sama. Sebenarnya sih, mereka berdua sudah bertemu saat SMA. Tapi mereka baru kenal lebih dekat saat di bangku kuliah dan bertemu dengan Mamanya Senja, Ayahnya Pagi, dan Ayahnya Sore. Mereka bersahabat"
jelas Kirasuma.



"Ohh… jadi begitu. Lalu, apa yang membuat mu datang ke Indonesia? Apakah kau ingin liburan?"
tanya Senja.
"Tidak. Aku akan tinggal disini tuk selamanya~"
jawabnya riang gembira.



Mereka terkejut.



Wajah Siang sedikit memerah.



(Apa? Tinggal disini… tuk selamanya? Uhh… kenapa aku ngeblush?)
batin Siang.
Sore yang berada disampingnya itu melihat wajah Siang yang memerah.
(Dia ngeblush! Apa karena kata Awan akan tinggal disini tuk selamanya? Godain ahh~)
batin Sore girang.



"Ciieee~ yang gebetan nya tinggal disini selamanya~"
goda Sore membisik.
Wajah Siang semakin memerah dan perasaan Siang tak karuan.
"Kak Sore!!!"
balasnya.
"Mungkin, aku juga akan satu sekolah dengan Siang"
gumam Awan.
"Kyyaaa~"
sorak mereka serempak.



To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang