Tokoh Baru (Aurora)

23 4 0
                                    

Di rumah Bintang.



Bintang saat ini berada di kamarnya.



Dia tengah asik memainkan game di handphonenya.
Tiba-tiba seseorang masuk ke kamarnya.
'Cekrek'
"Bintang, kamu sudah makan?"
"Sudah"
balasnya singkat dan masih setia dengan gamenya.
"Bintang, ayah ingin bertanya kepada mu..."
ujarnya sembari mendekat.
"Hm?"




"Kau yakin tak ingin menemui ibu mu lagi...?"
tanya ayah.
"...Pertanyaan macam apa itu?"
"Apa...?"
"Sudah jelas 'kan kalau aku tak ingin menemui wanita tak terhormat itu? Kenapa masih Ayah tanyakan?"
balasnya sembari menatap tajam pada lawan bicaranya.



"Setidaknya kau memaafkan nya, Bintang"
"UNTUK APA AKU MEMAAFKAN ORANG YANG TAK MENGHARGAI HASIL KERJA KERAS ORANG LAIN?"
bentak Bintang.
Ayah menjadi murung.



"Ayah, Ayah tahu 'kan kalau aku tak ingin kita membahasnya? Aku seperti ini karenanya, Ayah! Semua orang boleh berpendapat. Dia boleh tak menghargai karya ku. Tapi jangan merusaknya. Aku tak menyangka kalau aku marah dengan nya hanya karena itu. Aku sebenarnya tak ingin membencinya. Namun, yang dia lakukan itu tak bisa ku lupakan. Setiap kali aku ingin melupakan nya, aku selalu mengingat hal itu. Sepertinya memang dia sangat membenci ku dari dulu. Apa salah ku, Ayah? APA?"
lanjutnya.



"Sebenarnya... ibu mu itu sangat menginginkan anak perempuan... dia sudah membeli peralatan anak perempuan, baju perempuan, kereta bayi warna pink, dan ranjang tidur warna pink. Namun setelah dia mengetahui bahwa anak yang dia kandung adalah anak laki-laki, dia langsung tak percaya, dia ingin menghabisi mu dari rahimnya, namun ayah hentikan. Biar bagaimanapun memiliki seorang anak adalah anugerah terindah dari tuhan"
jelas ayah.



"Aku tak percaya... ada manusia yang tidak bersyukur atas apa yang dia miliki. Membenci ku itu satu hal. Namun tak bersyukur atas apa yang dia miliki... itu sudah kelewatan!"
"Ayah tau..."
"Jika Ayah sudah tau, kenapa Ayah ingin Bintang menemuinya? Kenapa?"
"Karena bagaimanapun, dia itu ibu mu..."



"Hah? Ibu? Haha, HAHAHAHA... IBU MANA YANG TAK INGIN ANAKNYA BAHAGIA KARENA KERJA KERASNYA SENDIRI DAN MENDUKUNG ANAKNYA BERUSAHA DALAM MERAIH KEBAHAGIAAN NYA DAN IBU MANA YANG SANGAT INGIN MEMBUNUH ANAKNYA DARI DALAM RAHIMNYA? ITUKAH YANG DISEBUT DENGAN IBU?"
balasnya membentak.



Ayah tercengang.




Bintang beranjak dari duduknya dan meraih jaket yang berada di kursi belajarnya.
"Bintang kamu mau kemana?"
"Bintang mau sendiri dulu. Jangan cari Bintang! Bintang pulang kalau hati Bintang sudah tenang"
jawabnya sembari menutup pintu kamarnya.
'Blam'
"Hah~"
ayah menghela nafas.




Saat ini Bintang sedang berjalan menuju taman untuk menenangkan diri.
"Hah~"
(Maafkan Bintang ayah, karena sudah membentak ayah. Bintang hanya tak ingin membahas hal itu lagi. Karena Bintang sudah sakit hati dengan nya)
batin Bintang.
Sesampainya di taman, dia duduk di kursi taman dan menatap langit.



"Ha~"
dia menghela nafas sekali lagi.
(Hari ini cerah, tak secerah kehidupan ku)
batin Bintang yang masih setia menatap langit.
Tiba-tiba seorang gadis datang menghampirinya.
"Excuse me"
ujarnya.
Bintang melirik keasal suara itu.



Gadis itu berambut kuning dengan model dikuncir satu dan bermata ungu.



Dia terkejut melihatnya.



"Are you know where is Jalan Langit?"
lanjutnya.
"Aurora Cancli Amoore"
gumam Bintang.
"Bintang Caprisa Armstrong"
balasnya.
"Hey, what are you doing here?"
tanya Bintang.
"Tak perlu memakai bahasa Inggris, aku fasih berbahasa Indonesia"
balasnya.



"Oh... ok. Apa yang kau lakukan di Indonesia?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu kepada mu"
"Apa itu?"
"Kau tak rindu dengan ibu mu?"
"Pertanyaan bodoh macam apa lagi itu? Kenapa kau tanyakan itu?"
"Karena aku lihat, kau sangat tak peduli soal itu"
"Itu sudah jelas 'kan?"



"Aku ingin jawaban yang lebih efisien dari mu"
"Cukup! Aku tak ingin membicarakan wanita tak bermartabat itu lagi! Sudah cukup aku membentak ayah ku! Jangan sampai aku membentak mu hanya karena kau mengungkit hal itu! Dan aku yakin kau kesini tak hanya untuk membicarakan hal ini"



"Aku akan tinggal disini"
"Alasan nya?"
"Entahlah. Mami sama papi tak memberitahu ku tentang itu"
"Ohh... maafkan aku tentang tadi. Aku terbawa suasana karena ayah membahas hal yang sama pada ku"
"Kau pasti sangat sedih setelah mengetahui semuanya"



"Mengetahui... semuanya?"
"Ya. Sebenarnya aku sudah mengetahui semuanya sebelum kau"
"Sebelum aku?"
"Ayah mu memberitahu ku sejak kita masih SMP. Ayah mu bilang kau dibenci oleh ibu mu karena dia menginginkan anak perempuan 'kan?"
"Kau benar"
jawab Bintang singkat.



"Ha~ sudahlah. Aku tak ingin ini dibahas lagi. Aku hanya ingin tenang sekarang. Dan kau tak perlu meninggalkan ku sendirian disini..."
lanjutnya.
"Baiklah..."
balas Aurora singkat.



To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang