Who? #2

37 6 0
                                    

Kirasuma POV

Aku baru saja selesai membuang 'sampah' pada tempatnya setelah satu jam harus menahannya --karena pelajaran Pak Supri. Sebenarnya Pak Supri mengizinkan siapapun untuk pergi ke toilet di jam pelajarannya. Tapi aku ngga yakin bisa paham selama satu menit jika aku tertinggal.

Setelah aku mengeringkan tanganku dengan tisu, aku berniat keluar. Langkahku terpaksa berhenti karena sebuah tangan menghadang kepalaku.

"Akrab banget sama anak baru!"

Caca! Kok dia tau aku di sini? Dahiku berkerut. Aku curiga dia nguping obrolanku sama sahabat-sahabatku.

"Permisi aku mau lewat!" ujarku tidak mempedulikannya dan berusaha bersikap sesopan mungkin dengannya.

Sebenarnya aku ngga mau sopan sama tu anak. Tapi mau gimana lagi? Aku juga malas ngeladeni tu cewek.

"Mau kemana? Mau mojok sama anak baru?" cibir Caca.

Cewek berambut pirang hasil semir itu menghimpit 'ku ke dinding dengan tubuhnya dan mengurungku dengan kedua lengannya, membuatku merasa sesak. Aku tak bisa berbuat apapun lagi.

Aku ngga boleh ngelawan! Kalau aku lawan, sekolahku dalam bahaya.

"Kenapa diam? Takut?" tanya Caca dengan senyum mencibirnya yang terpampang sangat jelas.

"Engga. Aku ngga takut kok. Siapa bilang aku takut?" balasku menantang.

"Ohh, berani kamu ya!" respon Caca tak terima.

Dia meraih kerah bajuku lalu melayangkan tinjunya. Aku refleks memalingkan pandanganku karena hanya itu yang dapat kulakukan saat ini. Aku menunduk pun sulit. Cengkeramannya sangat kuat. Butiran bening menetes dari mataku dan jatuh ke ubin.

Aneh. Aku tak merasakan apapun. Kenapa ngga sakit? Apa ini khayalanku aja? Nggak. Nggak mungkin!

"Jangan ganggu Kirasuma!"

Tunggu. Aku kenal suara ini. Suara bass yang berhasil menyelamatkanku sebelas tahun yang lalu. Terjadi lagi sekarang. Kuputuskan untuk membuka mata.

"S-Se-Senja!" panggilku dengan nada takut bercampur lega.

Senja merampas 'ku dari Caca dan langsung mendekapku. Membawaku ke dalam pelukan hangatnya. Tenang. Lega. Kutumpahkan semua tangisku ke dalam pelukan Senja. Aku tak peduli siapa yang aku peluk. Yang penting aku nyaman dan merasa aman bersamanya.

"Denger, ya! Kalau kalian masih gangguin dia, aku gak akan segan-segan laporin kalian ke kepsek!" ancam Senja dengan nada menantang.

Oh tidak! Jangan lakukan Senja!

"Senja, dia itu anak kepala sekolah!" bisikku sambil menatap khawatir.

"Laporkan aja! Toh kalian yang dapat hadiahnya nanti! Cabut guys!" ancam Caca lalu pergi meninggalkan kami diikuti empat anteknya.

Senja melepaskanku dari dekapannya dengan lembut.

"Kirasuma? Kamu ngga papa?" tanya Senja khawatir.

Aku hanya mengangguk sambil tertunduk menyembunyikan air mataku.

"Ya sudah, kita ke kantin ya. Biar aku yang traktir" hibur Senja.

Aku sudah ngga bisa berkata-kata lagi. Aku yakin dia tau aku menangis. Sudahlah Kirasuma nggak perlu ditutupi.




To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang