Baru Hari Pertama

31 3 0
                                    

Senja POV

Waktu cepat berlalu. Saat ini pukul empat tepat dan sekolah kami hari ini telah usai. Saatnya kami pulang ke rumah. Pagi sudah mulai mengeluh. Dasar. Baru juga sehari di sini.

“Dih, baru hari pertama masuk sekolah udah ngeluh aja lu. Ah, cemen! Senja yang sudah dua hari aja ngga ada ngeluh!” cibir Kirasuma.

Aah, dia membandingkanku. Tolong cegah kepalaku membesar.

"Iya tau. Yang dipuji jangan gede kepala dong!" sindir Pagi sambil menampar kepalaku.

Aku langsung mengusap bekas tamparan Pagi sambil meng-aw perih.

"Sakit goblok! Kalo otakku sengklek gimana?" umpatku protes.

"Senja! Mulutnya!" Kirasuma melotot ke arahku, kaget saat mendengar kata kasar yang terlontar tak sengaja.

"Biarin! Aku jadi ada temennya. Buahahaha"

Buset. Besar banget mulutnya. Inginku masukkan sesuatu tapi terlambat. Dia sudah mengatupkan bibirnya.

"Tapi aku seneng lho Bisa satu sekolah sama kalian. Ya, meskipun ngga lengkap, sih” lanjut Pagi.

“Iya. Kutau siapa yang kau maksud” sahut Kirasuma.

“Kak Sore, 'kan?” Siang menyambung.

"Aku kangen gangguin dia," ungkap Pagi.

"Ah masa? Ntar suka loh" godaku membalas yang dia perbuat tadi.

"Gak!" sanggah Pagi tegas.

"Eleeh, ngga usah ngelak!" Kirasuma pun ikut menghardik.

Pagi mengelak lagi. Siang menambahkan "Gausah bohong kalau ngga mau kehilangan koleksi lego kesayangan, Kak".

Begitu terus sampai lima cewek muncul dan menghalangi jalan kami.

“Wah, wah. Lihat siapa yang lewat disini?” itu cewek yang bully Kirasuma kemarin.

Senyum kami terurai seiring terhentinya langkah kami. Suasana menjadi serius. Ada aura gelap yang terpancar dari Kirasuma. Dia marah? Atau mungkin dendam?

“Siapa mereka, Lah?” tanya Pagi kepada Kirasuma.

Tak ada jawaban dari Kirasuma. Aku juga sempat bertanya hal yang sama padanya setelah kejadian kemarin. Kata Kirasuma namanya Caca terus dia bilang "Ngga perlu dipikirkan". Kalau dia bilang begitu, gimana aku ngga curiga?

“Mau apa kalian disini?” tanya Kirasuma sembari menatap sinis kearah mereka dengan nada tajam.

“Uuh, sepertinya dia sudah berani sama kita gengs mentang-mentang pulang udah ngga sendirian!” balasnya memancing emosi Kirasuma.

“Heh Caca! Aku ngga pernah takut ya sama kamu!” tantang Kirasuma naik pitam.

“Oh, iya kah?”

"Iya!" tukas Kirasuma.

"Kalo gitu, lawan gue sendirian! Tanpa bantuan siapapun," ketus Caca.

Tantangan Caca membuatku terkejut. Ini sudah kelewatan! Kalau begini terus Kirasuma akan terluka lagi. Nggak. Aku ngga boleh biarkan itu terjadi lagi!

Aku melangkah maju ke arah Kirasuma yang siap meledakkan emosinya kapan pun lalu menepuk pundaknya.

“Kirasuma sudahlah. Aku ngga mau kau terluka lagi!” bisikku dengan nada khawatir.

“Tapi-”

“Tolong nurut Kirasuma. Kalau kamu ngga mau mundur, aku ikut maju dan lawan mereka tanpa ampun! Luka, luka dah. Bodo amat!” ancamku.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang