The Lie

35 5 0
                                        

Senja POV

Bel sekolah belum berbunyi dan kelas belum terlalu ramai. Kirasuma menatap jendela kelasnya yang berada di tingkat dua gedung sekolah ini dengan tatapan kosong. Entahlah apa yang dipikirkannya saat ini.


"Lalah mikirin apa?" tanyaku sembari menepuk pundaknya.

Aku sudah tak bisa menahan rasa penasaranku ini. Dia terperanjat.

"Senja, kaget tauk!" pandangannya langsung beralih ke arahku.

"Ada apa?"

"Lalah kenapa? Kok pagi-pagi udah melamun? Mikirin apa, sih?"

"Ngga mikirin apa-apa."

"Bohong."

"Beneran."

"Ngga mungkin."

"Ngh, cuma kebiasaan lama. Setiap pagi sebelum jam pertama mulai dan pas lagi bosen, Lalah suka liat ke jendela buat ngademin mata."

"Oh gitu. Liat aku aja biar adem."

"Dih, pede banget Anda."

Bel berbunyi. Semua murid mulai memenuhi kelas. Jika sudah seperti itu, tandanya akan ada kegiatan belajar mengajar.

***


Saat ini sudah waktunya untuk istirahat. Aku, Kirasuma, Pagi, Sore, dan Siang berkumpul di kantin sambil menyantap makanan yang barusan kami pesan. Vina, Ria, dan Dhiva kok nggak ikut? Kami sudah mengajak mereka tapi balasannya "Kalian duluan aja. Kita bertiga ada perlu. This is you all time".


Tadinya Kirasuma memaksa mereka untuk ikut, tapi mereka bersikukuh menolak ajakannya. Yah, kalau itu mau mereka, Kirasuma bisa apa?

Kami bercanda gurau bersama. Melepas tawa tanpa beban. Kirasuma nampak senang dan lebih sering tersenyum akhir-akhir ini. Syukurlah. Setelah piring makannya bersih, Sore berucap
"Alhamdulillah, aku sudah kenyang." Disusul Pagi yang juga sudah menghabiskan makanannya.


"Kita ke taman yuk! Belum bel masuk juga. Yuk!" ajak Kirasuma.

"Ayo!" balas Pagi bersemangat.

Kami beranjak dari tempat duduk dan melangkah pergi meninggalkan kantin.


Saat melewati toilet wanita yang letaknya bersebelahan dengan kantin, suara cempreng memanggil namaku dengan nada menggoda. Bukan Kirasuma ataupun yang lainnya karena mereka semua berada di depanku dan lagipula suaranya berada di belakangku. Aku menengok ke belakang melihat siapa yang memanggilku.

Rupanya Caca. Apa-apaan cara memanggilnya itu? Menjijikan!

"Hai Senja~" lanjutnya masih dengan nada suaranya yang cempreng.

Karena aku merasa jijik dengan cara memanggilnya, akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya dan membiarkan Kirasuma dengan yang lainnya pergi tanpaku.

"Apa-apaan suaramu itu?"

Aku mendesak Caca dan memepetkan ya ke dinding. Nyaris tak ada celah.

"Woohoho. Santai dong! Aku 'kan manggilnya baik-baik!" balas Caca sambil membuat tameng dengan telapak tangannya di depan dada.

Ya ampun! Apa yang baru saja kulakukan? Kami bisa jadi tontonan banyak orang. Senja khilaf Ya Allah. Aku melepas kurunganku.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang