Calmness

29 5 0
                                    

Ujian nasional tingkat menengah pertama sudah selesai hari ini. Tinggal persiapkan diri untuk acara perpisahan.

"Ahh, akhirnya selesai juga ujiannya. Aku capek! Mau istirahat bentar" papar Pagi sambil meregangkan tubuh.

"Istirahatlah, habis itu siap-siap perpisahan" balas Senja.

"Oiya! Kalian ikut ke Balikpapan ngga?" suara Pagi kembali semangat.

"Aku ikut kalo Lalah ikut!" putus Senja menatap Kirasuma.

Kirasuma pura-pura berpikir menimbang pilihan antara ikut dan tidaknya ia perpisahan. Tentu saja Kirasuma ikut. Karena Senja bilang begitu, pikiran jahilnya muncul.

"Ayolaaah. Pliiissss" ucap Senja memohon.

Yang begini Kirasuma suka. Soalnya Senja imut kalau lagi memohon.

Kirasuma tertawa receh lalu mengiyakan permintaan Senja.

"Yes Lalah ikut!" girang Senja sambil menarik kepalan tangannya dari udara.

"Re, kamu mau ikut ngga?" tanya Pagi.

"Ikutlah. Bosen juga di rumah kalo ngga ikut. Sepi nggak ada kalian. Masa kalian haha-hihi di sana, aku ngenes di rumah?"

"Siang ikut ya, Kak."

"Ga usah!" kumat lagi jahilnya Pagi.

"Aiihh, Kakak jahat" Siang cemberut nyaris mewek.

"Pagi seneng betul ganggu adeknya nah! Iya, Siang boleh ikut kok! Jangan dengerin kakakmu" Kirasuma berusaha menaikkan lagi keceriaan Siang.

"Yeay. Kakakku Kirasuma!" sorak Siang lalu menjulurkan lidahnya, mengejek Pagi.

"Heh! Awas kamu ya!" Pagi berusaha menggapai Siang yang berlindung dengan Kirasuma.

Keceriaan kentara di raut wajah mereka semua. Rasanya, jika salah satu di antara mereka ngga ada, sepi banget. Padahal hanya satu yang ngga ada.

Setelah kesenangan mereka berlangsung, mendadak lima orang: Caca dan keempat anteknya menghadang jalan dan membuat langkah mereka kontan terhenti. Wajah Kirasuma dan Senja menjadi waspada.

Suara cempreng yang sudah lama tak berkicau menyapa Senja dengan genit. Mata Senja menatap nyalang dan menusuk mata amber terang milik Caca.
Mereka bertiga yang ngga tau apa yang terjadi saat ini bertanya-tanya.

"Mau apa kamu?" sengit Senja menantang.

"Hm? Aku cuma mau jawaban" Caca tersenyum licik.

"Jawaban? Jawaban apa?" Pagi menatap Kirasuma heran.

Terbongkar juga akhirnya. Rahasia yang berusaha mereka sembunyikan. Kirasuma pasrah menjelaskan semuanya. Tentang cerita Senja yang ditembak Caca.

"Dan jawabanmu?"

"Aku menolak!" Senja membalas dengan angkuh.

"Oh gitu? Kamu nggak takut kalau aku ganggu dia lagi?" tangan Caca menunjuk ngga sopan ke arah Kirasuma.

"Hah?" Pagi mengikuti arah telunjuk Caca.

"Dia ngancam" Kirasuma menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke arah 'wartawan kepo' di sebelahnya.

Pagi dan dua orang nggak tau apa-apa lainnya tersentak.

"Kata Senja, kalau dia nolak, Caca sama gengnya bakal bully aku. Begitu juga sebaliknya. Kalau dia terima, aku ngga akan di-bully. Tapi aku ngga yakin betulan berhenti atau malah makin..."

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang