Flashback #2

135 10 1
                                    

“Tolong!!”

“Ini suara teriakan anak perempuan. Tapi dimana?” desisnya tanpa jawaban.

Ia putuskan untuk beranjak dari duduknya dan mencari asal suara itu. Bocah berusia 3 tahun itu berhasil menemukan sumber suaranya yang berada di atas bukit.

Tanpa pikir panjang, dia mendaki bukit kecil itu dengan langkah mungilnya dan dengan gagahnya ia berdiri tegak lalu berkata, “Hentikan!”

Seruan tersebut membuat beberapa pasang mata menatapnya namun masih tetap acuh dan terdiam di tempat tidak melakukan sesuatu untuk mereka.

“Jangan sakiti dia!” lanjutnya memerintah.

Salah satu anak nakal itu menghampiri bocah laki-laki tersebut.

“Wah, wah. Siapa ini yang berani datang kesini, hah?” tantang anak nakal tersebut sambil menatap remeh.

“Jangan berani-berani menyakitinya! Kalau ngga-”

“Kalau ngga apa hah? Mau jadi pahlawan kesorean? Ahahahaha” cibir anak nakal itu.

Perkataannya itu membuat anak laki-laki tersebut merasa kesal, dan tanpa sadar ia melayangkan tinjunya kepada anak nakal itu. Anak nakal itu menangkis tinjunya.


“Hahaha, segini aja kekuatanmu, Hah? LEMAH! Kutunjukan kekuatan yang sebenarnya!” anak nakal itu melayangkan tinju balasannya.

Dia membuat pipi sebelah kiri lawannya menjadi memar lalu mendorongnya ke tanah dan meninggalkannya.

“Huh! Ngga ada gunanya berkelahi dengan orang lemah. Ayo teman-teman!" dengus anak nakal itu sambil meninggalkan lawannya yang tersungkur di tanah.

"Hah? Lemah katamu? kalau memang ngga ada gunanya berkelahi dengan orang lemah, kenapa kau melawan anak perempuan? Dasar bodoh!" desis anak laki-laki itu dengan nada pelan dan disertai dengan senyum seringai.

Anak laki-laki itu bangkit dan menghampiri anak perempuan yang tadi dibully yang kini menarik nafas lega.

“Kamu ngga apa-apa?” tanya anak laki-laki itu dengan raut wajah khawatir.

“A-aku nggak apa-apa kok! Terima kasih ya sudah mau menolongku!” jawabnya sambil tersenyum manis.

“Iya sama-sama. Oh ya, nama kamu siapa?”

“Aku Kirasuma, kalau kamu siapa?”

“Aku Senja, salam kenal!”

“Iya, salam kenal juga. Hei Senja, apa pipimu ngga sakit?” tanya Kirasuma sambil memegang pipi Senja yang lebam dengan ragu akibat pukulan tadi.

“Engga kok ini nggak papa,” balas Senja bohong sambil tersenyum kelu.

“Beneran?” Kirasuma khawatir.

“Iya beneran. Senja 'kan kuat! Hehe..” balas Senja menghibur Kirasuma.

“Hehe..”

[Author : anak ini, masih bisa care sama orang lain padahal dia sendiri penuh luka karena pukulan dan tendangan anak nakal tadi_-]

“Kita main yuk!” seru Senja.

“Ayok! Mau main apa?” Kirasuma langsung bersemangat mendengar kata main.

“Kita main kejar-kejaran, mau nggak?” Senja memberi saran.

“Iya mau!” balas Kirasuma menyambut dengan senang hati.

Sejak saat itu mereka mulai bermain bersama, di bawah langit senja yang indah.

Flashback end

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang