More Attention

27 5 0
                                    

Dihari yang sama di kampus Malam.



Saat ini dia dan Bintang tengah berada di kantin karena sudah waktunya untuk istirahat.
Mereka kali ini tak bersama Bulan semenjak Malam putus dengan nya.
“Hai~ Malam~”
beberapa wanita menyapanya.
“Hai”
balasnya dingin tanpa menoleh.
Bintang heran melihat tingkah sahabatnya.



Tak biasanya dia dingin seperti ini.



“Lo kenapa, Sya? Tumben lo dingin banget? Ada apa?”
“Sudah gua bilang, gue lagi pusing”
“Kalo lo pusing, minta dispen aja sama dosen hari ini ngga usah kuliah”
“…”
“Sebenarnya lo itu ada apa, sih? Cerita sama gue”
“…”
Malam masih belum menjawab.



“Lo putus 'kan sama Bulan?”
bisik Bintang mendekat.
Malam terkejut mendengar ucapan Bintang.
“Lo… tau dari mana?”



“Kemaren gue ngga sengaja liat lo sama Bulan di taman. Gue perhatikan gerak-gerik lo sama Bulan ngga kayak orang pacaran. Akhirnya gue sedikit mendekat supaya gue bisa denger kalian ngomong apa. Lo bilang 'Honey, why are you telling me to come here?' Bulan bilang 'Kita putus, ya' gue juga kaget Bulan ngomong kayak 'gitu. Lo nanya nanya 'Kenapa?' gue juga sudah tau alasannya. Bulan bilang 'Aku cuma capek aja disakiti' trus dia pergi, lalu lo tahan dia. Gue juga lihat dia nangis. Trus dia jelaskan semua alasan nya dan dia bilang 'jangan hubungi aku untuk sementara', ya 'kan?”



Flashback kemarin.



Gue habis belanja bulanan di minimarket.




Lewat taman gue pulang.



Sekilas gue lihat ke taman ada Malam dan Bulan.
‘Malam sama Bulan di taman. Pasti lagi ngedate’
batin gue.
Gue perhatikan gerak-gerik mereka berdua ada yang aneh.



Akhirnya gue sedikit mendekat supaya bisa mendengar pembicaraan mereka.
Honey, why are telling me to come here?
kata Malam.
Dengan wajah yang memasang senyum 'terpaksa', dia berkata
“Kita putus, ya”
sontak gue kaget dengar keputusan Bulan.



‘Putus? Beneran?’
batin gue.
“Tapi, kenapa? Kamu bercanda 'kan?”
seketika gue mengerti alasan Bulan minta putus sama Malam.
‘Karena Katalin?’
batin gue.
“Ngga, aku ngga bercanda. Aku cuma lelah aja. Sudah ya, itu aja yang mau ku omongin.”
Bulan berjalan selangkah lebih jauh dari Malam.



Gue lihat dia nangis.



‘Bulan nangis. Apa Bulan masih sayang ya, sama Malam? Gue rasa 'gitu,’
batin gue.
Malam menahan Bulan dan berkata
“Tunggu Bulan! Aku bisa jelasin-”



“Mau jelasin apa lagi? Semuanya sudah jelas. Aku tahu kamu itu baik orangnya. Tapi baik juga ada batasnya. Sudahlah aku lelah. Untuk sementara jangan hubungi aku. Lepas!”
Malam melepaskan tangan Bulan.
Bulan pergi dalam keadaan menangis.
Gue cuma membatin
‘Kasihan Bulan.’



Flashback Off.



Malam tercengang.



“Sya, lo itu orang nya memang baik, dan gue tau itu, malah gue bersyukur have the best friend like you…”             
-Bintang.
Tiba-tiba Bulan dan teman-teman nya lewat disebelah meja mereka.



Malam dan Bulan saling menatap.



Namun tatapan nya kali ini terasa canggung.
Tak ada lagi tatapan ceria diantara mereka.



“Hai… Bulan…”
sapa Malam canggung.
Bulan hanya membalas senyuman tipis diwajahnya.
“Ayo Bul, kita pesan makan!”
seru teman Bulan.
“Ah! Iya. Emm… duluan ya…”
Bulan pergi.




Malam dan Bintang hanya terdiam.



“Oh iya Bul, dia pacar mu 'kan? Kok tumben ngga sama dia?”



“Ehm… lagi pengen makan bareng kalian aja, emang ngga boleh?”
“Boleh lah~”
balas teman Bulan.
Malam masih memperhatikan Bulan dengan tatapan ingin memohon maaf.
Bintang menatap Malam dan membuyarkan lamunan nya
“Gue tau, lo itu masih sayang sama Bulan 'kan?”



“…”
Malam membisu dan mulai tertunduk dan mengacak rambutnya.



“Lo itu baik, ganteng, pintar, mahasiswa pertukaran pelajar, punya beasiswa, siswa terfamous di kampus, idaman wanita dan para dosen, orang terpercaya, bertanggung jawab, suka menolong orang lain, kalau berteman ngga memandang apapun. Tapi lo itu kurang peka, kurang memahami perasaan. Terlebih lo itu punya pacar. Harusnya lo itu more attention lagi sama Bulan…”



“…”



To be continue.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang