How can you on here?

42 5 0
                                    

Kirasuma POV

Seperti biasanya. Aku datang lebih pagi. Di dekat jendela aku selalu merenung. Aku masih memikirkan chat-ku dengan Senja semalam. Maksud Senja apa ya? Sampai jumpa besok? Tapi dimana? Dia mau ngajak aku kemana? Semakin pusing aku memikirkannya. Ya, kata-kata itulah yang berkecamuk di pikiranku saat ini.

“WOY! Pagi-pagi sudah melamun aja! Mikirin apa, sih?” tegur Vina mengejutkanku.

“Ih apaan sih, Vin? Ngagetin aja! Untung aku ngga jantungan” balasku.

“Lebay lu! Betewe kamu sudah selesai PR belum?”

“Sudahlah” jawabku tersenyum angkuh.

Nice.” Vina mengangguk.

“Kenapa?” Pasti mau nyontek dia.

“Hehe, lihat dong PR-mu.” Tuh kan.

“Vina, Vina. Kebiasaan!” ocehku sambil mengambilkan buku PR.
“Nah!” serahku.

“Makasih ya~ Baik deh! Heheh” balas Vina sembari menerima buku-ku lalu kembali ke tempat duduknya.

“Baik, baik” celotehku.

Tak lama kemudian. Bel sekolah telah berbunyi. Tertanda kelas akan di mulai. Semua murid sudah mulai memenuhi ruangan kelas. Ruang kelas yang tadinya sunyi, kini mulai ramai dipenuhi 39 manusia berseragam putih biru.

“Kayaknya bakal ada korban bully lagi, nih!” sindir seorang gadis bersuara cempreng yang tengah bersandar di meja. Caca namanya.

"Tapi Lok gengs, si korban ngga jera-jera. Kita jangan mau kalah juga dong! Ya ngga?" lanjutnya sesumbar yang langsung disahut oleh empat orang di belakangnya.

Mereka berlima adalah sekumpulan geng yang merasa paling berkuasa di sekolah ini. Mereka menamakan diri mereka dengan sebutan The Queen. Caca sangat suka mem-bully seluruh siswa terlebih aku, namun aku selalu mengalah dan memilih untuk mendiamkannya. Kalian tanya kenapa mereka nggak dihentikan? Because, ketua gengnya itu, Caca, anak kepala sekolah dan yang paling dimanja karena dia anak tunggal.

Pernah salah satu murid di-bully sama mereka, dengar-dengar sih, adik kelas dan itu cewek. Habis-habisan di-bully cuma gara-gara dilirik sinis sama adek itu waktu mereka lewat di depannya. Tatapannya langsung dibalas tajam sama Caca dan langsung ditarik kerah anak itu terus dia bentak- ngga bentak juga sih, kayak digertak gitu. Kalau ngga salah anak itu tetap kekeh dengan tatapannya. Karena Caca ngga suka ada yang nantang dia, tanpa aba-aba Caca main tonjok anak orang. Merah? Ya iyalah. Lebam malah. Aku yakin emang lebam karena aku lihat sendiri. Kejadiannya itu katanya di lorong agak sepi. Jadi orang jarang lewat di sana.

Habis di tonjok, ada darah di sudut bibir kirinya. Trus udah puas, mereka main pergi gitu aja. Habis kejadian itu, adek kelas itu langsung lapor ke kepsek. Pas banget waktu adek kelas itu lapor, Caca baru aja masuk. Tatapannya langsung mengarah ke anak itu. Sedetik kemudian dia pasang muka ngga berdosanya seolah itu bukan kesalahannya. Parahnya lagi, dia memutar balikkan fakta kalau anak itu yang mengganggunya duluan. Hello! Adek kelas itu cuma sinisin dia aja, 'kan? Ngga ngomongin. Berakhirnya separah itu? Masih mending.

Gilanya lagi, tu kepsek gendut percaya sama cerita picisan anak kesayangannya. Astaghfirullah. Well, percaya anak boleh aja sih, ya. Tapi itu udah kelewatan coy! Adek kelas itu ngga percaya apa yang disaksikannya dan akhirnya memutuskan untuk undur diri dari sekolah ini di detik itu juga. Aku sempat mikir, ada ya kepsek kayak gitu? Pilih kasih ANJIIR!! Kan, ngumpat jadinya.

Pak Ridwan --guru IPS sekaligus wali kelasku yang super cuek parah-- masuk ke kelas. Ya Allah pak. Ini sudah jam berapa coba? Baru masuk aja ni orang tua.

"Selamat pagi anak-anak," sapanya yang langsung dibalas serempak oleh muridnya.

“Anak-anak, sebelum kita memulai kelas, kita kedatangan murid baru” sambut Pak Ridwan.

Murid baru? Pasti cewe!

“Dia anak pindahan dari London”
lanjut wali kelas.

London? Kira-kira Senja kenal ngga ya! Eh tapi London kan luas.

“Dia pindah ke sini karena pekerjaan ibunya sudah selesai di London, dan kembali lagi ke Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya. Come in,
lanjutnya.

Kok aku penasaran ya?

Aku yang tadinya melihat ke arah jendela, saat ini ia melirik perlahan ke ambang pintu kelas. Dan betapa terkejutnya aku melihat seseorang yang begitu aku kenal datang ke sekolahku. Lihat siapa yang datang Kirasuma!

Mungkin aja semalam itu ....

Well, new student, introduce yourself,” pinta Pak Ridwan mempersilakan.

Introduce, my name is Senja Wira Atmaja. I am a transfer student from London. Greetings,” kata Senja yang di susul senyum manis di wajahnya.

Sudah tau Ja, sudah tau! Pake ngomong Bahasa Inggris segala lagi. Bahasa Indonesia mu 'kan fasih, Ja. Kan, jadi salting.

Ruang kelas pun menjadi bising dan tidak terkendali, sampai-sampai guru yang ada didepan merasa terasingkan.

BRAK! Suara hantaman meja yang sangat keras, membuat satu ruangan menjadi geming.

“Kalian bisa ngga sih diam sebentar?!” tegur pak guru dan membuat satu ruangan sangat-sangat hening dan hampir tidak ada pergerakan.

“Maaf Pak!!” seru satu kelas membentuk koor.

“Sudah. Kali ini kalian bapak maafkan. Senja, you can sit now!” perintah Pak Ridwan.

Ok, Sir. Thanks you.”

Senja berjalan ke arah mejaku karena dia akan duduk di sini melihat tak ada lagi kursi kosong. Senja pun duduk dan menyapaku.

“Hey! Surprise ngga?” tanya Senja sembari berbisik.

“Itu tadi surprise?" tanyaku berniat bercanda.

Raut wajah Senja berubah datar.

"Canda. Kamu kok ngga kasih tau aku sih, kalau kamu mau satu sekolah sama aku? Jahat.”

“Hehe, aku 'kan mau kasih kamu surprise. Kalau aku kasih tau itu bukan surprise namanya."

"Oh ya, lagian aku pindah ke sekolah ini karena aku mau satu sekolah sama kamu."

"Aku mau ngerasain gimana rasanya pulang bareng, kerjakan tugas bareng, pokoknya apa-apa bareng deh sama kamu."

"Kamu kok cemberut? Ngga senang ya Jaja ada disini?” tanya Senja usai mengoceh.

“Ah, engga kok! Lalah seneeeng banget Jaja sekolah disini. Eh tapi yang Jaja bilang di chat semalam itu maksudnya-?”

“Iya”

“Ohh kirain mau kemana bilang sampai jumpa besok”

To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang