Valuable

41 4 0
                                    

Sudah pagi. Saatnya Kirasuma meninggalkan alam mimpinya. Ia membuka mata dengan berat. Merentangkan tubuhnya lalu menggeliat ke kanan dan ke kiri. Setelah itu Kirasuma bangkit dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Oke skip. Kirasuma sudah selesai mandi dan tentu saja dengan seragam rapih yang sudah melekat di tubuhnya. Ponselnya berdering.

Kirasuma sudah menduga siapa yang menelponnya. Ia menggeser tombol hijau lalu menjawab.

"Ya, Ja?"

"Iya, Ja. Aku dah siap nih"

"Biasa, tinggal sarapan"

"Oke, kalian tunggu aja di depan rumahku kayak biasanya."

"Nggak mau tau! Pokoknya kalian harus ada di depan rumahku sebelum aku keluar!"

"Oke aku tunggu! Assalamualaikum."

Telpon ditutup setelah Senja menjawab salam Kirasuma dari seberang. Kirasuma cengar-cengir sendiri lalu keluar dari kamarnya dan pergi sarapan dengan keluarganya.

***


Jam pelajaran akan dimulai lima menit lagi. Namun beberapa murid masih berkeliaran di luar kelas. Berbeda dengan yang lainnya, Kirasuma dan Senja di kelas sedang berbincang heboh dengan Vina dan Ria.

Mereka asik membicarakan film Comic 8 yang dibintangi komedian itu. Entah apa yang salah dengan Vina. Ia terlihat marah dengan Kirasuma. Kenapa dia marah? Apakah Vina badmood? Sejak tadi, Vina terlihat mendiamkan Kirasuma. Dia marah ya sama aku? Karena apa? Aku salah apa? Kirasuma menatap Vina dengan tatapan canggung.

Bel pelajaran pertama berbunyi. Semua murid yang berada di luar kelas memasuki kelasnya dan duduk di kursi masing-masing. Pak Supri masuk dan memulai jam pertama. Kirasuma melirik Vina dengan rasa cemas.

***


Jam istirahat pertama. Kirasuma, Senja, Pagi, Sore, dan Siang saat ini sudah menghinggapi meja kantin. Kepala Kirasuma tertumpu pada tangan kanannya. Kirasuma sedih. Pasalnya, hari ini Vina berbeda.

"Lah, kenapa kamu kelihatan cemas?" tanya Sore yang sedari tadi memperhatikan Kirasuma.

"Iya, Lah. Jaja perhatikan di kelas tadi kamu keliatan murung. Ada apa?" imbuh Senja yang juga khawatir.

"Engga kok, nggak papa. Hehe" balas Kirasuma memasang fake smile.

"Kamu bohong, 'kan? Kelihatan, tuh," pungkas Pagi serius.

Kirasuma tercekat. Kejadian kemarin jangan sampai terulang lagi. Daripada ada salah paham, lebih baik Kirasuma menjelaskan kegalauannya saat ini. Kirasuma mengembuskan nafas sebelum menceritakan semuanya.

Gadis itu menjelaskan dengan suara lirih dan sedikit bergetar lalu ia menjatuhkan kepalanya di atas kedua lengannya yang terlipat. Lemahnya aku, begitu Kirasuma mencela dirinya sendiri. Kemudian pundak Kirasuma terasa berat. Sebuah tangan mendarat di atasnya. Menyalurkan energi positif yang menenangkan.

"Lah, aku tau kok. Aku tadi juga lihat ekspresi Vina. Aku kaget dia tiba-tiba diemin kamu. Biasanya dia yang paling riang"

"Beneran, Ja?" seruduk Pagi.

Dengan malas Kirasuma mengangkat kepalanya. Ternyata tangan Senja yang membuat pundaknya berat.

"Iya. Aku yakin kok, dia ngediamin Kirasuma pasti Kirasuma ada salah. Ga mungkin dia marah tanpa alasan. Aku tau Kirasuma selama ini berteman sangat baik dengannya. Buktinya dia selalu bisa menghibur. Tapi sekarang ...." ucapan Senja dibiarkan menggantung.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang