Happy Birthday Kirasuma #1

37 4 0
                                    

KIrasuma POV

Hari ini aku akan kembali sekolah karena kondisiku sudah fit. Dan, entah kenapa mood-ku hari ini bagus banget. Mungkin karena aku kangen mereka semua? Entahlah. Apapun itu jangan sia-siakan hari yang indah ini. Like people say, start day with the smile. Baru saja kulakukan.

Seusai mandi, ku balut tubuhku dengan seragam putih biru ciri khas anak SMP lengkap dengan dasi yang baru saja ku lingkarkan di balik kerah baju. Tak lupa ikat pinggang ikut melengkapi. Sudah selesai membenahi diri, sekarang saatnya aku mempersiapkan buku pelajaran hari ini yang sudah ku siapkan tadi malam.

Semua catatan dari Senja sudah kusalin ke dalam buku. Tunggu apa lagi, Lah? Ayo berangkat! Oh! Ponselku berdering. Panggilan masuk dari ... Senja. Senyumku semakin merekah. Buru-buru kujawab panggilan itu.

"Halo, assalamu'alaikum, Ja. Sudah siap kah? Lalah sudah siap nih. Kayak biasa, tinggal sarapan" sapaku memulai obrolan.

"Wa alaikum salam. Eee ... Lah. Hari ini kamu berangkat sendirian ya," balasnya dengan nada dingin.

Tumben! Aku kaget mendengar suara Senja berubah seperti itu. Ngga biasanya dia dingin.

"Kenapa? Kamu sakit? Kalau sakit buat surat, nanti aku kasih ke Pak Ridwan. Biar aku berangkat sama yang lainnya."

Suaraku hampir gemetar karena khawatir.

"Ngh, bukan gitu, Lah. Mereka juga ngga mau berangkat sama kamu hari ini."

"Ng-nggak mau?"

Aku mau nangis!

Kenapa Senja? Ada apa dia hari ini? Aku ada buat salah apa sama mereka sampai ngga mau berangkat bareng? Ya Allah kenapa ini? Aku mendengar Senja membuang nafas berat.

"Sorry, Lah. Letter I'll tell with your father to deliver you at school."

Aku tak membalas karena menahan tangis yang hampir pecah. Jika aku bicara se-di-kit aja, suaraku pasti serak lalu air mata 'kan jatuh setelahnya. Aku menggigit bibir bawahku. Please don't cry! Don't cry! Don't cry! Lah you strong!

"Lah, you strong!"

Kalimat itu diucapkan Senja bersamaan dengan batinku. Aku terdongak. Entah demi apa rasa sesak di dadaku hilang.

"Iya thanks. Ya sudah ngga papa. Tapi kamu turun, 'kan?" tanyaku putus asa.

"Hm" balas Senja semakin dingin dan sesak di dadaku kembali.

Tanpa memberi aba-aba, Senja menutup telpon yang padahal aku baru mau bilang 'bye'. Senja kenapa kamu berubah?

Aku menuruni undakan tangga dan bergabung dengan keluargaku untuk sarapan. Aku melirik ayah yang serius dengan telponnya. Aku lemas. Hilang sudah mood-ku untuk hari ini.

"Iya, Ja," tukasnya menutup telpon.

Ayah menghela nafas sementara aku menarik kursi lalu terduduk lemas. Aku bertanya dari siapa telpon itu tanpa seulas senyum dan tak menatap lawan bicaraku. Aku mengambil selapis roti dan mengolesinya dengan selai.

"Senja," balasnya lalu meneguk susu yang sudah ibu siapkan.

Seketika aku mematung.

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang