Dhiva Sakit?

23 4 0
                                        

Keesokan harinya.


Kirasuma berada di kamarnya.


Dia sedang menerima telepon dari seseorang.
"APA? Dhiva masuk rumah sakit?"
"Dia sakit apa?"
"Katanya sih, demam berdarah"
"Demam berdarah?"
"Iya"
"Trus, dia dirawat dimana?"
"Dia dirawat di Rumah Sakit Dirgahayu, gedung Yakobus, ruang nomor tujuh"
"Ok. Terima kasih atas informasinya"


'Tut Tut Tut'
Kirasuma menutup telepon nya dan langsung menelepon Senja dan yang lain nya.
"Halo, assalamualaikum, Ja"
"Ya, wa alaikum salam. Ada apa, Lah?"
"Ja, kita ke rumah sakit, yuk!"
"Mau ngapain?"
"Kita jenguk Dhiva"
"Memangnya Dhiva kenapa?"
"Dia sakit demam berdarah"



"APA?!"
"Sebab itu aku mau mengajak kamu dan yang lain untuk menjenguk Dhiva. Aku khawatir dengan nya sekarang"
"Y…ya sudah. Kita kasih tau yang lain. Aku mau kasih tau kakak ku dulu, sekalian dia kasih tau Kak Bulan sama Kak Bintang"
"Ok"
balas Kirasuma singkat sembari menutup telepon nya.


Sementara itu, di rumah Senja.



"Kak, ikut adek yuk!"
seru Senja dikamar kakaknya.
"Kemana?"
"Jenguk Dhiva"
"Dhiva… Dhiva yang itu, yang waktu ulang tahun kita di undang sama Kirasuma itu? Kenapa dia?"


"Iya, Dhiva yang itu. Kata Kirasuma sih, dia sakit demam berdarah. Dia mau kita menjenguknya. Adek dengar nada bicara Kirasuma yang sangat khawatir, dia pasti sedih sahabatnya sakit"
jelas Senja.
"Oke deh, kakak ikut"
balas Kak Malam sembari tersenyum.


"Yeesss~ Kakak kasih tau Kak Bintang sama Kak Bulan, ya!"
"Iya"
balas Kak Malam singkat.


Tak lama kemudian.


Mereka langsung berkumpul di rumah Kirasuma.
"Sudah siap semua? Lho, Awan mana?"
tanya Kirasuma.
"Saya disini! Maaf terlambat"
ujarnya.
"Iya, tak apa"
balas Kirasuma.
"Memangnya kita mau kemana?"
tanya Awan.


"Nanti aku kasih tau dalam perjalanan. Sekarang ayo berangkat!" seru Kirasuma.
Sesampainya di rumah sakit.
"Gedung Yakobus, ruang tujuh…"
gumamnya.
"Kita ngapain ke rumah sakit?"
tanya Awan.
"Kita mau jenguk teman Kak Kirasuma, namanya Dhiva"
jelas Siang.


"Dhiva? Sepertinya aku belum pernah lihat orangnya"
"Nanti kau akan tahu"
balas Siang.
"Nah, ini ruangan nya. Itu Dhiva! Dhiva!"
ujar Kirasuma.
"Lalah~!"
balas Dhiva.
"Kamu kenapa sakit? Aku jadi khawatir"
ujar Kirasuma.


"Maafkan aku karena telah membuat mu khawatir. Dua hari yang lalu aku demam. Opnamenya baru tadi pagi"
jelasnya.
"Cepatlah sembuh Dhiva! Dan kembali riang seperti dulu. Karena aku menginginkan nya"
balas Kirasuma.
"Iya, terima kasih, Lah. Eh sepertinya ada wajah yang baru ku lihat?"


"Oh! Dia Awan, sahabatnya Siang saat dia di Jepang. Awan dia Dhiva, alasan kita kemari adalah untuk menjenguknya"
"Halo~ saya Dhiva, salam kenal~"
ujarnya sembari melambaikan tangan nya.
"Halo~ cepat sembuh, ya~"
balas Awan sembari tersenyum manis.
Dhiva tercengang melihat senyuman nya.


Wajahnya sedikit memerah.


"Aherm! Dhiva kau kenapa?"
tanya Kirasuma berbisik.
"Manisnya~"
gumamnya pelan namun masih terdengar oleh Kirasuma.
"Hm~ benar 'kan? Dia manis"
"Dia juga imut~"
"Aku juga berpikir begitu saat pertama kali melihatnya"
"Kapan dia datang?"
"Baru kemarin lusa"


"Berapa lama dia disini?"
"Seumur hidupnya"
"Benarkah?"
tanya Dhiva.
Kirasuma mengangguk.
"Tapi… sepertinya dia fasih berbahasa Indonesia?"


"Kak Malam pun heran dengan nya, tapi katanya dia memiliki gen orang Indonesia, dia tinggal dengan keluarganya yang rumahnya terletak disebelah rumah Siang"
balas Kak Malam.
Mereka pun berbincang-bincang.


Tak terasa hari mulai sore.


"Sudah jam 17:00, nih. Kita pulang dulu ya, Dhiv. Cepat sembuh, jangan sakit terus, ceria lagi"
"Iya, Lah. Terima kasih, ya"
"Dhiva kami pulang, ya. Cepat sembuh~"
"Iya, terima kasih, Senja"
"Dhiva, cepat sembuh, ya"
"Iya, terima kasih Sore"
"Yo~ Dhiv, cepat sembuh, ya~"
"Yoi~ thanks, Gi"


"Dek, cepat sembuh, ya"
"Terima kasih Kak Bulan~"
"Jangan sakit lagi, sakit itu ngga enak"
"Iya Kak Bintang"
balas Dhiva singkat.
"Hati-hati ya"
"Iya"
balas mereka serempak.
Mereka pun pulang ke rumah.
"Lah, jangan sedih lagi. Lalah 'kan sudah ketemu Dhiva"
ujar Senja.


"Iya, Lah. Kamu juga lihat 'kan dia tersenyum?"
sambung Pagi.
"Iya, aku tau. Terima kasih teman-teman karena sudah mau menghibur Dhiva. Aku sedih saat dapat kabar kalau dia sakit"
balasnya sembari tersenyum.
"Tunggu dulu! Kak Kirasuma, kenapa kau di panggil Lalah?"


"Karena itu adalah nama panggilan ku sejak kecil"
"Ohh…"
balas Awan singkat.


To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang