The Wound

31 4 0
                                    

Dalam perjalanan pulang, mereka sedikit terlambat karena Kirasuma merasa kesakitan akibat lukanya yang begitu banyak. Senja memapah Kirasuma karena gadis itu tak sanggup berdiri tegak. Memar dimana-mana pada tubuh Kirasuma membuat hati Senja menjadi ngilu saat melihatnya.

Rasanya Senja ingin menangis dan 'balas budi' sampai ia puas dan lega. Kenapa ngga aku aja yang di posisimu sih, Lah? Ini semua salahku karena ngga lindungi kamu tepat waktu, rutuknya dalam hati.

Rintihan Kirasuma membuat Senja tersadar dari lamunan. Senja melirik Kirasuma memegangi perutnya sejak tadi dan cowok pirang itu tau kalau sejak tadi pula Kirasuma menahan sakitnya agar terlihat 'Ngga papa'.

“Tahan, Lah! Ntar lagi sampe,” tutur Senja menyemangati yang langsung mendapatkan anggukan dari lawan bicaranya.

“Ayo jalan!” pinta Kirasuma dengan nada lirih dan kepalanya tertunduk.

'Ayo jalan' memang yang mulutmu cetuskan, tapi aku yakin hatimu berkata sebaliknya, imbuh Senja.

“Kamu kayaknya kesakitan. Aku gendong belakang, ya?” tawar Senja dengan nada selembut mungkin.

Alih-alih menerima, Kirasuma justru menolaknya dengan berkilah: masih kuat jalan. Kebohongan sangat kontras sekali padanya. Alhasil Senja kembali meyakinkan Kirasuma sambil ikut menunduk dengan harapan wajah mereka saling terlihat karena sedari tadi Kirasuma menunduk.

Kirasuma mengangguk lemah lagi dan kali ini lebih pelan dari sebelumnya. Senja menegakkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Baru selangkah mereka berjalan, Kirasuma merintih kesakitan lagi ditambah cengkraman erat di pinggang kanan Senja yang langsung dihambur rasa panik.

“Aku ngga apa-apa, Senja!”

“Aku ngga percaya! naik ke punggungku sekarang!” perintah Senja yang langsung memasang ancang-ancang untuk membopong Kirasuma.

“Tapi Senja-”

“Naik!” Senja jadi terpaksa meninggikan suaranya agar Kirasuma mau mendengar dan menurutinya.

Tak ada pilihan lain. Kirasuma harus menerimanya suka-tidak suka karena luka-luka itu tak seperih ketika ia melihat sahabatnya kecewa dan marah dengannya.

“Maaf ya, Lah. Tadi Jaja bentak Lalah. Tapi ini demi Lalah juga. Daritadi Lalah nahan sakit, 'kan? Aku tau Lalah ngga sanggup jalan sebenarnya. Tapi Lalah keras kepala. Hehe, bertahan, ya,” ungkap Senja seraya menenangkannya setelah menegakkan tubuh jenjangnya.

***

Yuni harus menerima rasa terkejut dan kekhawatiran yang bersatu-padu bak gado-gado saat melihat putri sulungnya berpenampilan lusuh tak beraturan dan banyak luka lebam dengan bercak darah yang menyebar di tubuhnya. Untuk senjenak waktu seolah berhenti bagi ibu dua anak itu.

"N-nak, kamu kenapa sayang? Kok bisa jadi gini? Ada apa?” tanya Yuni khawatir namun masih ada kelembutan di dalamnya. Tentu saja. Orang tua mana yang ngga panik saat melihat putrinya penuh luka seperti itu? Aku khawatir kalau ini kelakuan Caca, batin Yuni akhirnya dengan pikiran jernih.

“Engh, tadi … Kirasuma … habis di bully, Bu!” jelas Senja gugup.

“Apa? Sama siapa?”

“Sebaiknya, Kita obati Kirasuma dulu, Bu” pinta Senja karena sudah ngga tega melihat Kirasuma kesakitan.

“Ah iya, kita obati Kirasuma. Ayo masuk!” suruh Yuni lalu masuk ke dalam rumahnya.

Mereka mengobati seluruh luka yang ada di tubuh Kirasuma dan Senja menjelaskan apa yang sudah terjadi pada Kirasuma.

Mulai dari kejadian gadis yang memanggil Kirasuma, peristiwa nggak logis yang Senja alami tadi, sampai ending yang tak mengenakkan dan berujung luka.

“Jadi karena Caca.” Sejenak Yuni menghentikan aktivitasnya.

“Ibu kenal?” tanya Senja hati-hati.

“Ibu sudah ngga asing lagi sama nama itu. Kirasuma sudah sering dibully sama dia. Ibu sudah tau kalau yang bully Kirasuma itu Caca. Ibu mau kasih peringatan, tapi Lalah suruh biarin aja” cicit Yuni.

“Ohh, I see” Senja mengangguk paham.

“Alaah, sok Inggris lu! Mentang-mentang dari London,” sindir Kirasuma sembari memukul halus pipi Senja.

Terlihat so sweet di mata Yuni.

“Oh iya, Senja satu sekolah sama Lalah, ya?” tanya Yuni.

“Ibu ngga lihat, seragam Senja sama kayak Lalah?” seloroh Kirasuma yang masih terbaring di sofa ruang keluarga.

“Iya ya. Senja kamu jaga Kirasuma, ya. Kalau dia ada apa-apa kamu harus lindungi dia. Ya?” Yuni berpesan yang langsung dibalas "Siap" oleh lawan bicaranya.

Wanita itu percaya Senja dapat melindungi putri sulungnya itu.

To be continue

Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang