Rencana

31 5 0
                                    

Keesokan harinya, di kampus Unmul.



Kak Bintang saat ini sedang memikirkan sesuatu.
‘Hmph. Kok jadi canggung sih? Dulu pernah marahan, tapi ngga secanggung ini. 'Gimana ya, caranya supaya mereka akrab lagi walaupun ngga harus pacaran dulu? Huh… ini membingungkan.’
batin Kak Bintang yang menautkan kesepuluh jarinya.



‘Parah banget tadi pagi’



Tadi pagi.



Kak Bintang dan Kak Malam baru datang ke kampus.
Mereka berdua berjalan sejajar di koridor.
Pagi ini Kak Malam berbeda dengan sebelumnya.
“Sya, lu ngapa? Ngga biasanya lu diem. Ada apa?”
tanya Kak Bintang yang sedaritadi memperhatikan Kak Malam.
“…”
Kak Malam tak menjawab.



“Gue tau, lo itu masih galau 'kan karena Bulan mutusin lo?”
Kak Bintang serius.
“…”
“Itu semua berawal karena lo. Lo itu terlalu baik dan lo ngga peka. Sebaiknya lo ubah sifat lo, jangan sampai hubungan persahabatan kita sampai kayak 'gitu”
“Maaf, gue… gue ngga tau kalau Bulan cemburu.”



“Sebaiknya lo minta maaf langsung ke dia, karena dia yang lo sakiti.”
“…”
Kak Malam terdiam.
Mereka berdua hampir sampai didepan kelas.
Namun Kak Bulan baru saja keluar kelas.




Dan tak sengaja mereka berpapasan.



Yang dulunya mereka saling menyapa, kini tak ada lagi percakapan diantara mereka.



Selang beberapa langkah jarak mereka, Kak Bintang menegur Kak Bulan tanpa mengalihkan pandangan nya.
“Bulan”
mereka bertiga berhenti.
Kak Bintang langsung berbalik badan.
Dan perlahan Kak Bulan juga ikut berbalik badan.
“Ya… ada apa…?”
“Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan”



“Maaf aku harus buru-buru-”
“Tunggu! Ok aku mau nanya, kok tumben kamu ngga berangkat bareng kami? Ada apa? Apa kamu mau menjauhi kami?”
“Ha!? Bukan seperti itu. Aku cuma-”
“Aku yakin kalian sama-sama masih ada rasa sayang 'kan?”
“…”
mereka berdua terdiam.



“Bulan, Malam, gua ngga mau ya persahabatan kita hancur cuma karena masalah ini. Kita itu sudah berteman sejak kecil. Bahkan kalian sudah gua anggap saudara sendiri. Kalian sakit, gue lebih sakit dari kalian. Kalian tahu 'kan gue punya trauma apa, masalah apa, dan hal yang paling gue ngga suka itu apa. Jadi janganlah buat gue tersiksa hanya karena gue lihat kalian memutus hubungan. Cukup gue yang ngerasain nya.”



“…”



Normal.



‘Hah… ini ribet.’
batin Bintang.
“Malam~ kamu kok sendirian? Kenapa kamu ngga sama pacar mu?” goda Katalin dari belakang kursi Kak Malam.




Kak Malam tak merespon nya.



‘Dasar pengganggu…’
batin Kak Bintang melirik kearah Katalin.



***



Sepulang sekolah.



“Sya lo pulang sama gue ngga?”
-Kak Bintang.
Kak Malam hanya mengangguk dan berdiri.
Mereka pun pulang bersama dengan mobil Kak Bintang.



***



Sesampainya dirumah Kak Malam.



Melukis Senja {Revisi} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang