25. Marah?

238 25 3
                                    

You're mine and always be mine

Arka Fernandito

Setelah mengantarkan Keyfa, kini Revan telah tiba di Rumah Sakit untuk kembali bekerja seperti biasa.

Dengan langkah santai, Revan berjalan menuju Ruangannya yang ada di lantai 3, suasana Rumah sakit sepagi ini sudah cukup ramai, banyak orang yang sedang mengantri untuk berobat, mengantri untuk menebus obat dan mengantri untuk mengurus biaya administrasi.

Saat telah sampai di depan ruangannya, Revan tertegun karena mendapati gadis yang kini telah menjadi pasiennya sedang duduk manis pada kursi roda nya, namun gadis itu tidak sendiri, ada wanita yang cukup seumuran dengan ayahnya yang tengah duduk di kursi depan ruangan Revan. dapat Revan duga gadis itu diantar oleh sang ibu berbeda dengan kemarin yang hanya di antar oleh perawat pribadi nya.

Revan tersenyum melihat gadis itu, matanya tak henti-henti mengamati setiap pahatan Tuhan yang sangat indah menurutnya, 'Cantik' gumamnya pelan.

"Selamat Pagi" sapa Revan sembari tersenyum ramah pada keduanya.

Mereka pun membalas senyuman Revan dengan penuh keramahan, "Pagi, Dok" jawabnya secara bersamaan.

"Silahkan masuk dulu" ajak Revan sambil membukakan pintu ruangannya.

Mereka pun masuk mengikuti langkah Revan, mereka langsung saja duduk di sofa besar itu karena Revan pun duduk disana.

"Saya kemarin meminta Renata agar datang bersama keluarganya, khususnya bersama orang tua Saudari Renata itu sendiri, apakah ibu adalah orang tua nya?" tanya Revan begitu sopan, berbanding terbalik ketika Revan sedang ada di Rumah. Ya, Revan tentu saja mengetahui dengan baik kode etik kedokteran, tidak mungkin jika ia berbicara tidak sopan pada pasien-pasien nya. Revan harus tetap bersikap Professional, bukan?

"Iya, Dok. Saya ibunya Renata" jawab wanita itu tersenyum.

"Baiklah, perkenalkan nama saya Revan" ujar Revan memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangannya pada ibunda Renata.

Ia terseyum membalas uluran tangan Revan, "Nama saya, Mila"

Revan mengangguk, "Jadi begini saya ingin bertemu ibu sebagai orang tua Renata, karena saya perlu persetujuan ibu, agar kita bisa melakukan tindakan lebih serius pada Renata, dan mungkin untuk saat ini Renata harus mengikuti terapi untuk penyembuhan kakinya"

Mila mengangguk paham, "Iya dok saya sebenarnya sudah menyuruh Renata untuk terapi di Rumah Sakit di Luar Negeri tempat kami tinggal dulu, namun Renata bersikeras ingin berobat di indonesia, jadi saya setuju saja mengenai tindakan apa yang akan dokter lakukan"

"Bagaimana dengan Renata sendiri, apa kamu setuju untuk dilakukan terapi?"

Renata tersenyum manis, "Iya, Dok. Aku lebih semangat lagi untuk sembuh sekarang"

Detak jantung Revan mungkin sudah tidak beraturan sekarang, ia begitu terpesona dengan gadis yang ada di hadapannya ini.

"Baiklah, untuk terapi nya sendiri akan di lakukan 4 hari dalam seminggu, mungkin jika kondisi Renata sudah membaik dia bisa mulai menggunakan tongkat untuk berjalan"

Renata hanya mengangguk-ngangguk penuh semangat.

"iya, Dok. Makasih banyak"

***

Bel istirahat telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun Keyfa sama sekali tidak tertarik untuk pergi ke kantin, menurutnya sangat aneh ketika Dinda dan Rani mengajaknya ke kantin dan ketika ia tidak mau, Dinda dan Rani malah berkata, "Kalo lo sendiri di sini bahaya, lo mau kejadian kayak kemarin ke ulang lagi? Hah?" Keyfa mengernyit, "Apa maksudnya coba"

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang